DINDING PUISI 200

Catatan ini saya buat di hari yang disebut-sebut Hari Puisi Indonesia, 26 Juli. Dan saya tidak sedang siaran Apresiasi Sastra di #radio. Kalau saya sedang siaran di radio, backsound saya angkat lalu pelan-pelan saya tarik turun. Begitulah self operating. Lalu saya bilang, "Pendengar, kalau anda sedang bersama saya di sini, coba lihat. Dia naik panggung. Melakukan kebiasaan yang gak penting, mengetuk-ngetuk mikrofon. Mengucap salam. Sedikit membuang waktu dengan pelan melipat ujung kemejanya. Senyum alakadarnya kepada angin malam yang dingin di bawah lampu panggung. Lalu mengangkat sebuah buku. Dia bilang, "Teman-teman, sebuah puisi akan saya bacakan. Dari sebuah antologi Komunitas Laut yang saya dapat dari seorang kenalan. Dia dapat dari anggota komunitas itu yang masih hidup. Puisi ini ditulis oleh seorang penggiat sastranya yang sudah meninggal dalam suatu tragedi bencana alam. Puisi yang menggetarkan. Dan maafkan saya karena tiba-tiba sedikit bergetar dan merasa seperti ...