Pada catatan Dinding Puisi sebelumnya saya pernah menulis ini, tetapi kali ini menarik karena mempersoalkan posisi kebenaran tafsir penyair atas puisinya sendiri. Saya tergelitik karena penyair RgBagus Warsono menulis di grup media sosial FB, Lumbung Puisi, "Orang yg paling benar menafsirkan puisi adalah orang yg mencipta puisi itu, tetapi ada juga pembaca yg menafsirkan dng tdk salah". Komentarnya itu saya komentari, "Tentu. Puisi itu multi interpretasi. Seorang penyair dengan kesaksian, kesadaran dan niat pencerahannya, melepas puisi sebagai misi dirinya yang besar bukan dirinya yang kecil. Manusia dengan M besar bukan m kecil. Ia boleh menafsir, halal, bahkan harus, tak perlu ditabukan secara keji, tapi itu baru satu kebenaran di antara seluruh kebenaran. Ketika ia menyebut mawar merah adalah gairah membara, pembaca yang elok, cerdas, sidik, dan hidup di dalam pakem multi interpretasi puisi bisa berkata, "Aku menemukan darah juang yang harum". Sebab padanya ...