DINDING PUISI 213
Teks proklamasi itu puisikah? Begitu pertanyaan Juru Baca di akun medsos FB-nya. Lalu saya komentari, "Pada hakekatnya teks proklamasi itu puisi karena memenuhi standar karya puisi, meskipun dibuat tanpa niat membuat puisi. Selayaknya kita menemukan tulisan di dinding atau pada secarik kertas, kita bisa spontan menyebut, "Ini puisi". Bahkan lirik lagu di atas kertas, termasuk lagu Hari Merdeka dan Indonesia Raya. Tetapi untuk lagu-lagu sudah terputus hukumnya sebagai puisi setelah disosialisasikan sebagai sebuah lagu. Sebab dalam musikalisasi puisi interpretasi membacakan dan menyanyikannya bisa beda-beda. Tidak sama dengan lagu Bagimu Negri dan Kebyar-Kebyar yang selalu dinyanyikan dengan notasi yang sama oleh siapapun. Meskipun demikian sebaliknya dari musikalisasi puisi, kita juga mengenal puitisasi lirik lagu atau lagu yang dipuisikan untuk lirik lagu yang dibacakan, misalnya yang paling populer lagu Tuhan dari Bimbo". Dia pun kasih tsnda jempol.
Catatan ini saya tulis tepat di hari 17 Agustus 2020. Di suasana pandemi corona yang mengakibatkan kegiatan tahunan pesta rakyat tidak terselenggera di banyak tempat, terlebih-lebih di Jakarta yang sangat rentan. Mungkin masih ada di beberapa daerah tertentu yang dianggap aman dan tetap menggunakan protokoler kesehatan.
Imbauan pemerintah cukup patriotik, setidaknya pada pukul 10:17 seluruh bangsa Indonesia di manapun diminta berdiri dengan sikap sempurna sampai pkl 10:20. Mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan NKRI. Tentu saja saya dan anak-anak melakukannya di samping rumah untuk menyemarakkan suasana peringatan secara virtual se Indonesia.
Tapi di beberapa daerah sejak awal Agustus ini masih diberitakan ada yang menggalang dana 17-an. Sampai penyair Ahda Imran menulis status: "Dengan iringan lagu dangdut dari pengeras suara seadanya, saban tahun kita harus mengerahkan anak-anak dan pemuda ke tengah jalan, minta sumbangan untuk ongkos merayakan kemerdekaan...".
Tulisannya itu saya komentari, "Cara menggalang dananya semestinya tetap tradisi rakyat. Swadana. Ditambah anggaran kegiatan kalo setidaknya Pemda bisa ngasih. Misalnya untuk di tatar Sunda, dg syarat harus ada tari jaipongannya 20-30 menit, atau dengan syarat dan pendekatan lain. Dengan panggung kegiatan yang direkomendasikan ketua RW setempat atas inisiatif warga masyarakat. Tetapi teknis penggalangan dananya harus lebih baik, tidak lagi mengumpulkan uang di jalanan".
Ya. Wajar saya membuat komentar itu. Sekadar membuka ruang berfikir bahwa sesungguhnya Pesta Rakyat Agustusan adalah bagian integral dari politik kebudayaan Indonesia. Kita tidak cuma bisa kreatif melestarikan berbagai kegiatan yang inspiratif, yang masih banyak kurangnya itu, tetapi juga mesti kreatif mengoptimalkan anggaran untuk suatu yang bermanfaat. Sehingga pesta rakyat yang meriah itu tidak "kesepian" pada waktunya. Justru semakin mengukuhkan kebersamaan, persaudaraan nasional.
Minimal ada dua titik keceriaan Agustusan itu. Lomba-lomba rakyat yang bersifat seru-seruan, yang hadiahnya pun mulai dari mainan anak-anak, alat-alat tulis dan perabotan rumah tangga, dan panggung puncak Agustusan. Selain itu ada level lain yang eklusif, yaitu lomba-lomba serius dengan hadiah yang lebih besar termasuk piala dan piagam. Untuk level lain ini bahkan skupnya bisa tingkat kelurahan, kecamatan, bahkan kabupaten. Saya sendiri dulu pernah mengadakan lomba seni tingkat kabupaten meskipun panitia pelaksananya tingkat RW.
Sambil membayangkan keprihatinan istana negara, karena dikabarkan Presiden Joko Widodo bakal menggelar upacara puncak Agustus yang sangat sederhana, hanya dihadiri sedikit orang dengan protokol kesehatan yang ketat, sejak sehari sebelum hari ini, 17 Agustus, saya coba mencatat beberapa aksi kreatif, aksi rakyat yang murah meriah itu yang tentu saja masuk pilihan pada level pertama dan utama. Beberapa di antaranya adalah sbb.:
100 AKSI AGUSTUSAN YANG INSPIRATIF
Berhadiah dan ber-doorprize rasa syukur yang khidmad, senang-senang, ketawa, mainan anak, jajanan, alat tulis, dan perabotan rumah tangga.
1. Tarik tambang
2. Tarik sarung pinggang berempat
3. Lari kelereng
4. Lari kelereng estafet
5. Memasukkan paku/pinsil ke dalam botol
6. Memasukkan benang ke dalam jarum
7. Memasukkan paku tali berempat
8. Makan kerupuk
9. Makan kerupuk ikat kaki
10. Pukul bantal
11. Panjat pinang
12. Panjat bambu miring
13. Joget balon berpasangan
14. Lari jepit balon
15. Lari balon pasangan
16. Pukul air
17. Tangkap belut
18. Tangkap bebek
19. Tendang bola ke lobang sasaran
20. Sepakbola lumpur (pake daster)
21. Sepabola ibu-ibu
22. Sepakbola dalam sarung berdua
23. Sepakbola corong
24. Lomba kiper
25. Lomba tendangan finalti
26. Balap karung perorangan
27. Balap karung beregu
28. Balap karung seluruh badan
29. Tarik karung
30. Lomba bakiak
31. Koin dalam tepung
32. Koin semangka
33. Lomba kuda bambu
34. Merias wajah mata tertutup
35. Anak kecil merias ibunya
36. Menempel kumis pada gambar wajah
37. Lari sambil menyumpit sozis
38. Memindahkan bola pingpong pake sumpit
39. Memindahkan baso dari mangkuk ke mangkuk lain pakai sumpit
40. Memindahkan air
41. Memindahkan karet gelang dg sedotan
42. Memindahkan tepung ke belakang
43. Memindahkan tepung pakai sendok di mulut
44. Memindahkan beberapa bendera kecil
45. Memindahkan bola pakai tali
46. Memindahkan kelereng pake sendok
47. Lari membawa barang di atas kepala
48. Lari tampah
49. Suami lari gendong istri
50. Ibu-ibu lari gendong anak
51. Lari suami istri satu sarung
52. Jalan santai
53. Lomba sepeda lambat
54. Lomba speda TK roda tiga
55. Bersepeda di jembatan sempit di atas air/lumpur
56. Pawai sepeda hias, biasa juga dusatukan dengan Pawai / arak-arakan Agustusan
57. Berjalan di atas sebatang bambu
58. Dorong bambu besar
59. Dorong bola pakai terong gantung
60. Memecahkan balon
61. Menumpuk gelas
62. Menumpuk pentul korek api
63. Balap engrang
64. Ibu-ibu daster bedah kolam
65. Badminton tok-tak dengan raket kayu/bambu
66. Mewarnai gambar perayaan Agustusan
67. Mewarnai kentongan
68. Puzzle tema Agustusan
69. Menyanyi barbel
70. Shooting bola basket
71. Lomba mirip pahlawan
72. Puisi pekik merdeka
73. Baca teks proklamasi
74. Lomba mancing
75. Senam masal, perorangan anak-anak
76. Senam masal, perorangan ibu-ibu
77. Lomba bikin nasi goreng
78. Lomba masak berbahan mie instan
79. Lomba / festival layang-layang
80. Membentang merah putih di tengah sungai
81. Membentang merah putih di pantai
82. Membentang merah putih di tebing
83. Aksi puncak Panggung Agustusan
84. Silahkan lanjutkan, .... 17 lagi, Bro & Sis.
Di tengah pandemi corona sulit rasanya kita menikmati aksi rakyat itu dengan leluasa. Tapi setidaknya ini catatan untuk jangka panjang. Bukankah kita sudah biasa menikmati aksi puitis melalui aksi rakyat ini?
Kemayoran, 17 08 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar