PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

PERLU GAK HARI AYAH?

Jujur, saya gak inget kalo 12 November adalah Hari Ayah. Apalagi saya sering nulis, yang utama dan yang pantas dipropagandakan itu adalah Hari Ibu. Salahsatu alasan utamanya adalah, "Telah aku suburkan rahim wanita" dan kalimat sejenis. Artinya, manusia itu lahir dan dilahirkan. Artinya apa? Setiap anak manusia itu harus saling mencintai antar pria-wanita, sampai akhirnya mereka menikah dan beranak cucu, hingga berstatus ayah dan ibu. Sentrumnya adalah, IBU. Kalimatnya adalah, IBU. Kodenya adalah, IBU. Yang tidak saling mencintai antara pria dan wanita, serta tidak berhasrat, dan tidak mendukung pernikahan, ia dipertanyakan oleh SENTRUM IBU, CINTA IBU, RUMAH IBU, RAHIM IBU. Lalu di mana posisi ayah? Ayahlah yang pertama mengatakan ini dan yang mengakhirinya dengan kalimat, AMIN. 

Pertanyaannya, jika engkau yakin hanya sanggup hidup di dalam rahim ibu, bagaimana engkau melestarikan rahim wanita, rahim ibu? 

Sayangnya, sudah lama saya merasa, pada suatu ketika pada angin buruk saya bisa tersisih dengan tulisan seperti ini.

Tapi saya terprofokasi oleh virus baiknya. Ini foto saya dan Bapak saya yang suka nyebut dirinya, Wong Alas atau Orang Hutan karena kerja di perkebunan. ❤❤❤❤❤. 

Ibu dan ayah itu memang punya cinta yang sangat dasyat kepada anak-anaknya yang merasa dilahirkan dan kelak akan melahirkan anak. Tapi sering disebut-sebut, ayah itu kurang istimewa, sebab ia tidak identik dengan darah, sulitnya mengandung, dan air susu. Sebab ia cuma punya keringat laki-laki sejati. Keringat prikemanusiaan. 

Kemayoran, 12 11 2020 
#HariAyah
#HariAyahNasional 
#HariAyahDunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG