HARI GINI KOESPLUS-AN?
Saya suka banyak diam saja. Menanggapi sementara pihak yang komentar, kok mau jadi koodinator Koes Fans Club? Apalagi teman-teman biasa nyebut saya seniman, penyair, penyiar, jurnalis atau budayawan. Harus sabar. Jaim.
Anak-anak sekarang nyebutnya, itu jadul banget. Musiknya nenek gue, katanya. Sama sekali gak ada identitas Indonesia-nya di situ.
Padahal di Inggris, mulut masyarakat basah menyebut kata BEATLE, artinya AKU INGGRIS 100%. Atau aku Eropa. Atau, aku inspirasi dunia. Gak ada yang bilang, jadul banget. Inggris kuno kuleuheu! Sudah gak keurus.
Lalu saya menulis singkat di halaman Facebook:
SALAM PENCINTA LAGU-LAGU KOESPLUS
Hai pencinta lagu-lagu Koesplus, indah ya, kalau di tiap kelurahan di seluruh wilayah Indonesia ini ada satu saja penggemar lagu Koesplus yang suka denger atau nyanyiin semisal lagu Kolam Susu atau Kembali Ke Jakarta atau Bunga Di Tepi Jalan atau Manis Dan Sayang. Seluruh Indonesia seperti satu ikatan mesra jadinya. Menikmati tari pergaulan Nusantara ala Koesplus.
Eh, padahal kenyataannya ada ratusan bahkan ribuan pencinta lagu-lagu Koesplus di tiap kabupaten. Iya kan?
Salam kompak dari saya, Koordinator Koes Fans Club.
Yang penting satu, hati-hati dengan lagu Telaga Sunyi, jangan bunuh diri seperti dalam cerita rakyat yang banyak membuat masyarakat menangis di depan cerita nenek. Hiii.
Lalu saya membuat tulisan lain untuk penegas :
KOES FANS CLUB
Koes Fans Club yang dikoordinatori oleh Gilang Syaputra (Gilang Teguh Pambudi) sejak di aula radio Lita FM Bandung dan Graha Harmoni, tahun 1998, adalah komunitas pencinta dan penyanyi (band) lagu-lagu Koes Plus.
Menurut saya, pembawa acara Koes Plus di beberapa radio, dan ketua Cannadrama, lagu-lagu Koes Plus itu bagaikan tari pergaulan nusantara. Sampai saya tuangkan dalam suatu lomba menulis artikel tentang Cinta Indonesia.
Kata saya, asal ada satu dua band Koes Plus-an naik panggung, atau asalkan ada beberapa penyanyi karaoke Koes Plus-an naik panggung, maka para penggemarnya akan berkumpul bersama dalam suasana silaturahmi yang merakyat. Bahkan saking renyahnya lagu Koes Plus, paramuda, para pendengar baru lagu-lagu Koes Plus pun biasanya akan langsung gabung dan suka.
Acara Koes Plus-an cenderung sejuk dan aman, bahkan bisa diusung ke obyek wisata, bahkan di panggung atau lingkaran spontan, dalam suatu tour, karena banyak dihadiri ibu-ibu dan remaja perempuan.
Menurut saya, maraknya penggunaan nama Koes Fans Club di mana-mana, itu hal wajar. Bagian dari fenomena musik Indonesia. Tetapi yang penting Koes Fans Club yang diresmikan di aula radio Lita FM dan Graha Harmoni Bandung ini oleh Gilang Teguh Pambudi dkk, serta disambut oleh Yon Koeswoyo dalam suatu wawancara, adalah sarana untuk tali silaturahmi pencinta dan penyanyi (band) lagu-lagu Koes Plus.
Adapun group dan halaman facebook Koes Fans Club hanya salahsatu ajang informasi dan curhat saja.
Resistensi tema-tema lagu Koes Plus nyaris tidak ada. Banyak bertema cinta yang mesra, sedihnya patah hati, semangat hidup, semangat kerja, nasionalis, humanis dst. Tetapi dalam acara Apresiasi Senibudaya saya pernah mengkritisi lagu Telaga Sunyi, karena fenomena mati bunuh diri karena cinta suci adalah ingkar sunah, tidak relijius, tidak sesuai HAM, tidak Islami. Tetapi sudut pandang Koes Plus adalah, itu sebuah kisah bersumber dari cerita rakyat tentang penolakan atas pemaksaan cinta. Mirip penolakan, kawin paksa. Begini liriknya:
Di kala sang bulan purnama
Bersinar di atas telaga
Terdengar suara menggema
Melagukan balada tua
Reff :
Kisah seorang putri
Yang telah patah hati
Lalu bunuh diri
Tenggelam di telaga sunyi
Bersama cintanya yang murni
Tenggelam di telaga sunyi
Bersama cintanya yang murni
Kritik saya di acara Apresiasi Seni juga diberikan untuk lagu Lonteku dari Iwan Fals. Karena kesengajaan syair, berjalan di dunia hitam sambil bercinta adalah bagian dari kehidupan ini. Sebagian orang muda menyebut, itu gila tapi romantis. Sehingga selama lebih 20 tahun saya siaran apresiasi seni, lagu itu tidak pernah diputar. Meskipun lagu-lagu Iwan Fals yang lain diputar. Juga menyarankan agar masyarakat tidak memutar lagu itu. Tetapi di berbagai media, Iwan Fals sudah menjawab, "Pada diri tiap orang, ingin mencintai dan dicintai". Begini lirik lagunya:
Hembusan angin malam waktu itu
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Kau usap luka di sekujur tubuh ini
Sembunyilah-sembunyi ucapmu...
Nampak jelas rasa takut di wajahmu
Saat petugas datang mencariku
Reff:
Lonteku... Terima kasih
Atas pertolonganmu di malam itu
Lonteku... Dekat padaku
Mari kita lanjutkan cerita hari esok
(*)
Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Benih cinta tak pandang siapa
Meski semua orang singkirkan kita
Genggam tangan erat-erat kita melangkah
Kembali ke Reff, (*), Reff (2x), fade out
Gilang Teguh Pambudi Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar