PUASA DAN LEBARAN ONDEL-ONDEL

Kalo kita bicara puasa ondel-ondel, tentu jangankan orang Betawi, orang se-Nusantara, bahkan sedunia pun akan langsung memahaminya sebagaimana layaknya muslim berpuasa.

Menahan haram. Segala maksiat, segala dosa. Bahkan menahan makan, minum, dan berhubungan suami-istri yang halal sampai batas waktu tertentu. Begitulah keunggulan puasa Romadon. Sehingga prinsipnya, jangankan yang haram, yang halal pun bisa 'ditolak (dikendalikan)' pada waktunya.

Oleh karena itu ondel-ondel di dunianya, setidaknya di dunia kisah, dunia cerita, pasti selain ibadah wajib yang sudah rutin, mereka berbuka puasa, tarawih, santap sahur, bersaksi atas peristiwa besar nuzulul Qur'an, menyongsong Lailatul qodar, beri'tikaf, bersedekah dan berzakat fitrah, dan akhirnya berlebaran.

Lebaran itu membentuk pribadi muslim berkarakter selesai. Tidak suka maksiat. Menolak berbuat dosa. Senantiasa hidup ihlas di jalan Allah.

Dalam lagu ondel-ondel yang populer oleh seniman Betawi legendaris, Benyamin Sueb, disebut, "ondel-ondel ade anaknye'. Maka otomatis mereka, suami istri ondel-ondel yang sakinah mawadah warohmah itu, juga mendidik anaknya sejak bayi. Sampai usia balig (bisa membedakan baik dan buruk) sehingga bisa menjadi orang baik. Sampai memahami bahwa hidup ini semata menjalani jalan kebenaran dan kemuliaan Allah SWT. Sampai mereka menjadi para dewasa yang mencerahkan.

Ondel-ondel yang suami istri itu sudah merepresentasikan eksistensi manusia, pria dan wanita yang telah turun-temurun beranak pinak. Maka tak perlulah mencari-cari sebentuk apa fisik boneka anaknya?

Ingat humor cerdas Rosul SAW? Bahwa kuda atau onta yang tua-tua pun statusnya anak dari ibu bapaknya. Oleh karena itu bagi para pengaji hikmah akan langsung fasih tahu, mereka berdua adalah ayah-ibunya sekaligus anak. Maka menjadi nampak cerdaslah lirik lagu Benyamin Sueb itu. Atau lagu orang Betawi itu.

Secara umum wajah laki-laki ondel-ondel cenderung merah, sedangkan istrinya cenderung putih, meskipun ada variasi pada gaun dan pernak-perniknya. Itu melambangkan ke-Indonesiaan, nasionalisme. Ya, termasuk nasionalisme Betawi. ke-Indonesiaan Jakarta. Meskipun ada juga wajah dengan warna lain. Tetapi tetap representasi merah-putih secara nilai.

Merah berani karena benar, putih berorientasi pada  kesucian, menunjukkan kesadaran puasa Indonsia. Puasa Jakarta.

Jadi ingat pesan ranah Haram. Dilarang bertempur. Bukan waktunya. Itu waktu suci. Jalan memuliakan Allah bersama-sama. Kecuali jika Allah memanggil kita untuk berjihad apapun di situ.

KeIndonesiaan kita juga mendapat ancaman itu. Perang dan melepaskan peluru, harus atas ijin dan panggilan Allah SWT. Lain tidak. Tidak boleh sembarangan. Karena senjata bagi ummat muslim (manusia yang selamat), adalah kalimat tegaknya keadilan . Tidak sembarangan. Semangat ini pula yang muncul dengan kode dan lambang pada ondel-ondel.

Ondel-ondel Betawi itu kalo lebaran juga mengenal ziarah Maqom dan silaturahmi. Bahkan kenal pemanfaatan libur untuk piknik keluarga.

Jangankan lagi bagi masyarakat Betawi (DKI Jakarta), bahkan pada seluruh manusia se-Nusantara, pesan tradisi ondel-ondel bisa diakui secara universal. Itu sebabnya banyak warga luar Jakarta, bahkan turis mancanegara, sangat bangga berfoto bareng ondel-ondel, atau berfoto di monumen ondel-ondel. Mereka merasa bangga berfoto di ibukota negaranya. Miliknya. Kebanggaannya.

Sebagai boneka maskot ibu kota negara, ondel-ondel memang punya pesan moral yang banyak, meskipun sayangnya, cuma sedikit orang yang sudi mengupas dan menyiarkannya. Mengarak pesan moralnya. Banyak yang gagap, 'ngarak' ondel-ondel itu apa?

Di hari lebaran Idul Fitri, layak kita membaca kemenangan puasa Romadon dan tradisi lebaran ondel-ondel.

Maka pagi-pagi 1 Syawal 2017, seusai sholat Id dan silaturahmi keluarga, di depan tugu ondel-ondel Kemayoran aku teriakkan untuk semua, "Ondel-ondel ngucapin maap lair batin".

Ondel-ondel gak kenal tawuran di malam takbiran. Ondel-ondel tahu iklim kondusif yang diinginkan warga masyarakat Jakarta. Bahkan ondel-ondel memahami semangat universal, rahmatan lil alamin atau keselamatan untuk semesta itu.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG