MET PAGI TINO SIDIN SE INDONESIA?

Saya perlu menyapa begini karena di seluruh Indonesia ini banyak pelaku pendidikan ala Tino Sidin.

Yaitu menjadi guru gambar khusus anak-anak. Setidaknya untuk usia TK, SD, dan SMP.

Ada yang guru PNS ada juga yang .... saya harus menyebut apa kalau bukan PNS, yang biasanya ngasuh sanggar gambar atau melatih dan jadi juri pengarah di sana-sini tetapi gak dapat gaji negara?

Ah, pokoknya selamat pagi Tino Sidin semua.

Saya juga menikmati enerji guru gambar itu sejak masih kelas 1 dengan seragam putih abu. Maklum sekolahnya di Sekolah Pendidikan Guru. Meskipun prestasi juga yang membawa saya ke ranah kerja lain.

Ada juga yang bilang saya gagal jadi guru. Jadi PNS. Meskipun pernah juga dulu 2 tahun jadi guru sukwan di SD Negri, guru swasta di SMP dan guru ekstrakurikuler di SMEA. Tapi itu tudingan mereka. Saya sendiri menikmati yang saya jalani selama ini.

Tentu di luar institusi sekolah, saya membina Sanggar Sastra, Sanggar Gambar dan Sanggar Teater.

18 tahun lalu, waktu saya sudah programmer (manajer) Radio, saya sudah berfikir. Belum tentu seumur hidup saya bisa ngumpul berhadap-hadapan dengan semua anggota, pada sebuah sanggar yang punya program pertemuan rutin 2-3x seminggu seperti saat itu.

Untuk itu tahun 1999 saya merasa perlu melembagakan fikiran saya menjadi yayasan seni Cannadrama.  Tujuannya sederhana, seumur hidup saya harus terus menemani proses Apresiasi Seni masyarakat. Seniman dan pencinta seni. Dengan tema, seluruh persoalan hidup.

Pada banyak waktu hari ini. Hal itu mulai saya nikmati. Berlama-lama depan laptop. Atau menulis spontan. Yang penting terus menemani yang mau ditemani. Apalagi kalau umur saya trus semakin tua. Sekarang saja umur saya tidak jauh beda dengan Mentri dan Gubernur. Bahkan ada Mentri yang umurnya di bawah saya.

Sebagai orang tua, tokoh masyarakat, tempat bertanya, seniman-budayawan, tentu kita mesti ihlas bergotong-royong memajukan masyarakat. Bangsa ini. Bahkan masukan-masukan kita akan sangat besar manfaatnya untuk para pejabat itu.

Bahkan kalau para pejabat publik itu tuli. Tidak bisa dengar. Generasi intelektual Indonesia pada waktunya akan melihat. Rupanya itu kata matinya.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG