ONDEL-ONDEL SABTU-MINGGU DAN PERMANEN

Persipura Jayapura belum lama menekuk tamunya AREMA Indonesia, 3-1. Tim futsal Indonesia vs Myanmar baru dimulai. Jam 4 sore di Jakarta, saya keluar rumah. Manasin motor sebentar dengan keliling  30 menit.

Sesekali berhenti di toko burung kicau. Setidaknya ada 5 toko yang saya hampiri selintas-selintas. Meskipun minggu ini gak ada niat beli burung. Sebab yang ada di rumah sudah cukup. Yang saya perlukan cuma beli pakan burung.

Tapi tahukah Anda, apa kira-kira rahasianya? Cuma 30 menit keliling ke tempat-tempat yang gak jauh, saya melihat dua gapura hajatan yang memakai sepasang ondel-ondel di kanan kirinya.

Gara-gara jalan-jalan singkat sore ini saya mau nulis sekilas-sekilas tentang beberapa hal berikut:

1. NGARAK ONDEL-ONDEL
Sudah sering saya urai mengenai prinsip ngarak ondek-ondel. Ngarak ondel-ondel tidak hanya yang secara konvensional dikenal masyarakat, berkeliling membawa ondel-ondel yang diiringi musik, dari rumah ke rumah untuk mendapatkan apresiasi berupa uang saweran atau uang kencleng. Atau berpindah-pindah dari satu titik ke titik berikutnya. Di tiap titik melakukan pertunjukan sejenak.

Dari dua model ini, model keliling yang pertama mirip dengan berkelilingnya barongsai dari toko ke toko. Sedangkan model kedua mirip pertunjukan Jaran Kepang atau Doger Monyet yang sewaktu-waktu berhenti di satu titik kumpul.

Tetapi oto-kritiknya adalah kondisi kota Jakarta yang kian padat, ramai lalulintas, dan semakin sedikitnya titik pemberhentian untuk suatu pertunjukan seperti itu. Ditambah lagi ada yang ngarak ondel-ondel tetapi tidak menjual eksotisitas senibudaya Betawi itu, tetapi malah menawarkan kekumuhan. Meskipun tidak semua begitu.

Maka saya rasa perlu propaganda multi tafsir tentang ngarak ondel-ondel. Yang maksudnya kemanapun dan vagaimanapun Jakarta bergerak, semestinya membawa ondel-ondel. Minimal berupa gambar atau poster.

Beberapa jenis ngarak ondel-ondel yang sangat menonjol dalam bentuk lain misalnya,  membuat patung atau tugu ondel-ondel. Menjadikan ondel-ondel sebagai maskot di gerbang keluar masuk kampung. Terutama di lintasan jalan besar yang representatif untuk memanjakan mata, bahkan untuk mengambil foto. Tentu bentuknya permanen dari bahan yang kokoh. Selain itu menjadikan ondel-ondel sebagai gapura hajatan atau event-event tertentu yang bisa bongkar pasang.

Ada juga yang sudah lama dikenal dan bersifat eklusif, jika ondel-ondel dipakai ngarak pengantin sunat. Ini menambah panjang kajian kita soal "ondel-ondel ade anaknye", serta kajian soal "nyetak jawara Betawi". 

Selain itu, yang sepantasnya tidak boleh ditinggalkan adalah pemberian space khusus untuk pertunjukan ondel-ondel di suatu hajat daerah atau bahkan hajat perusahaan-perusahaan. Sehingga grup ondel-ondel bisa diundang secara profesional.

2. GAPURA ONDEL-ONDEL
Pada poin satu, kita sudah bicara sekilas soal ngarak ondel-ondel versi gapura kampung dan gapura hajatan/ event.

Mengapa model gapura menarik? Pertama tentu karena filosofi ondel-ondel adalah perlambang keharmonisan umat manusia secara plural-universal. Keharmonisan kaum, kesetaraan pria dan wanita. Keharmonisan suami-istri. Dan keharmonisan berbangsa dan bernegara, merah dan putih. Cinta suci dan keberanian.

Kedua, secara sosio-kultural gapura adalah ekspresi bentuk keramahan-tamahan. Kegotong-royongan. Kesetiakawanan sosial. Dan tentu saja ucapan selamat datang. Maka wajar kalau Betawi menempatkan ondel-ondel untuk keutamaan fungsi itu.

Jangankan yang diundang ke suatu hajatan, bahkan saya yang cuma keliling selewat naik motor 30 menit, bisa merasa diberi senyum selamat datang. Dibuat tenang dan senang hati saya.

4. MASKOT ATAU KODE PERMANEN
Di tahun-tahun lampau kalau kita nonton film layar lebar, ada stereotype yang muncul. Untuk menunjukkan peristiwa sampai ke Jakarta ada beberapa gambar yang dipaksa-munculkan atau dispontan-munculkan, yaitu Tugu Monas, bajay, ondel-ondel, gedung-gedung bertingkat, 'nama' stasiun kereta api yang populer, dll.

Kita bisa menyandingkan dua kode. Yaitu ondel-ondel dan bajay. Kalau hari ini kita nonton film yang memvisualisasikan alat transportasi bajay, tentu ada dua kemungkinan. Pertama, menggambarkan Jakarta tempo dulu. Kedua, menunjukkan daerah-daerah tertentu di Jakarta yang masih dilintasi bajay. Akan lebih mencolok lagi di masa depan, ketika alat transportasi umum, alat transportasi yang merakyat, adalah kebutuhan perjalanan bukan kebutuhan bentuk. Pada saat itu bajay adalah sebuah bentuk yang bisa digantikan oleh alat transportasi lain. Bahkan yang disebut masyarakat menengah ke bawah pun, ketika menjajakan alat transportasi pasti sudah beralih ke model alat transportasi baru atau terbarukan.

Berbeda dengan ondel-ondel. Sampai kapanpun justru masyarakat membutuhkan suatu bentuk paling kuat ini. Simbul paling merakyat. Kode yang mudah memberikan pencitraan. Itulah jawabannya. Maka dunia mutahir malah sangat butuh ondel-ondel. Eksotika Jakarta. Ibukota negara.

Maka menyandingkan kode layar film soal Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bajay akan punya waktu tertentu seperti halnya becak, sedangkan ondel-ondel tak berbatas waktu.

Semoga catatan pendek ini besar manfaatnya, untuk Jakarta dan untuk Indonesia.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG