PUISI PENDEK PRESIDEN ITU

kalau aku masa lalu
aku pasti sedang di sana
tetapi tuhan menyebut
akulah masa depan

Kemayoran, 2015
Judul Puisi : Kalimat Terakhir
#puisipendekindonesia

------

Berikut ‎puisi Dewi Dee Lestari yang dibacakan Preiden Jokowi :

SUMPAH ABADI

Ketika pemuda besumpah
Sumpah yang bukan hanya untuk dirinya
Melainkan Tanah Airnya

Ketika pemudi bertekad
Tekad yang bukan hanya untuk kaumnya
Melainkan segenap bangsanya

Gegar gunung dan lembah
Gemetar lautan dan pantai
Bergetar jantung dan berdesir darah

Ketika pemuda dan pemudi
Menyeberang keberagaman
Ketidaksamaan demi bersama bekerja
Abadi bersumpah untuk Indonesia
------

Itulah puisi pendek yang dibacakan oleh presiden di hari Sumpah Pemuda, Oktober, 2017 lalu. Saya dapati dari TribunNews.com.

Puisi tersebut memberi banyak kabar. Diantaranya, presiden baca puisi, presiden baca puisi sumpah pemuda, presiden baca puisi pendek Indonesia, presiden baca puisi karya novelis Dee, presiden baca puisi yang lugas dan mencerahkan, Dee pluralitas dan kebersamaan, dst.

Di sekolah-sekolah akan sangat menarik jika puisi itu disebut, dicontohkan, dipelajari bahkan dipanggungkan sebagai puisi presiden karya Dee. Bahkan kalau saya sedang menyentuh teater remaja atau teater sekolah, puisi ini bisa menginspirasi untuk lahirnya sebuah pentas teater / kabaret.

Puisi ini juga bagus sebagai aura pada berbagai wisata sastra pada momen yang tepat ketika presiden kita masih Jokowi. Menjadi semacam, presiden di tengah Wisata Sastra.

Atau dibawa naik Malam Sastra. Bersama lampu-lampu. Sebab minimal tiga ruang yang kita sebut, Komunitas Sastra (termasuk komunitas sastra sekolah), Wisata Sastra, dan Malam Puisi, selalu marak dan lengkap. Padahal masih ada ruang-ruang yang lain.

Puisi karya Dee tersebut menurut hemat saya masuk klasifikasi puisi pendek Indonesia. Mengingat beberapa ciri khasnya:

1. Puisi Pendek itu bisa dibaca normal dengan cara baca cepat dalam setarik nafas

2. Puisi Pendek itu biasa ditunjukkan dengan jumlah kata atau kalimat  yang sedikit

3. Walaupun bisa ditulis memanjang ke bawah, menjadi lebih dari 15 baris, tetapi rumusnya tetap, dia singkat. 

4. Puisi Pendek itu kadang sebentuk pekik, atau semisal pantun atau kata-kata mutiara. Bahkan seperti doa-doa harian yang pendek. Bisa menyerupai itu. Tetapi lebih umum bersifat ekspresionis. Bagaimanapun bentuknya. Bebas. Tetapi ia berfungsi semisal lampu sen, kode yang singkat, untuk cepat dimengerti. Meskipun sebagai kode, sinyal, ia bisa memiliki pesan rahasia yang agak rumit. Seperti ketika kita bicara dengan isyarat tertentu. Memang pendek pesannya, tapi harus lekas dimengerti 'sesuatunya'.

5. Puisi pendek itu bisa juga berbentuk pengucapan satu, dua, tiga kata atau lebih untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat luas. Sehingga presenter dalam sebuah acara talkshow terbiasa berkata, "Silahkan ungkapkan dalam tiga kata!".

Gilang Teguh Pambudi

Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG