TERORIS (Ratusan Jemaah Mati)

kenapa, Pa?
tanya anakku depan tivi
ada yang membunuh sholat Jum'at,
jawab airmataku, 
ratusan jemaah mati  
siapa, Pa?
tanya anakku lagi

Kemayoran, 26112017 
Judul Puisi: TERORIS
#puisipendekindonesia
-----

Lebih dari 300 orang meninggal dalam tragedi terorisme di saat sholat Jum'at di Mesjid Ar-Raudah, Sinai Utara, Mesir. Terdapat 27 anak-anak di dalamnya. Padahal untuk satu dua nyawa korban terorisme yang selalu anti kemanusiaan, kita sudah mengecam. Kita sudah marah besar. Sebab kebiadaban itu sungguh luar biasa.

Apa yang kita pikirkan sekarang? Ada sakit hati seperti apa di dalam hati kita demi melihat musuh kehidupan, terorisme, yang masih bisa terjadi di mana-mana, bahkan dengan korban yang tidak sedikit? Bahkan di tengah orang-orang dan anak-anak yang tengah beribadah kepada Allah.

Kita pantas marah besar. Marah yang tak perlu berkesudahan. Karena terorisme adalah bahaya laten yang bisa menyerang manusia-manusia di muka bumi ini kapanpun. Terlebih-lebih dalam setiap peristiwa bom bunuh diri atau tembakan yang membabi buta ke arah khalayak ramai, korbannya sungguh tak terduga. Bisa siapa saja, termasuk anak-anak.

Wajar kalau negara-negara di dunia bersuara sama. Khususnya negara-negara Islam, atau negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim, atau semua negara yang memiliki jumlah umat Islam signifikan, bahkan negara-negara non-muslim yang cinta umat ISLAM. Mengutuk tragedi kemanusiaan itu. Mengecam keras aksi terorisme di Mesir itu, dan segala bentuk terorisme di muka bumi.

Terorisme adalah sebuah tindakan/ aksi/ pilihan keji, tetapi bisa menjadi kebiasaan yang diajarkan, terutama untuk mengatasi keadaan-keadaan tertentu. Ini akan terus dipertahankan sebagai ancaman maut dari pihak-pihak radikal. Meskipun belum tentu mencerminkan kekuatan mereka yang hebat. Sebab eksistensi dan daya serang mereka juga akan berhadapan dengan kekuatan dunia yang anti terorisme.

Dalam setiap aksi terorisme. Untuk setiap peristiwa tragedi kemanusiaan. Sedikit atau banyak korbannya. Kita harus vokal. Bersikap sama dan konsisten. Berteriak bersama. Mengecamnya. Menyemangati untuk melawannya.

Bahkan di dalam negri, jangankan lagi untuk tindak terorisme, bahkan untuk aksi-aksi yang bisa mengarah kepada radikalisme harus kita musuhi. Harus kita hindari. Karena sikap-sikap radikal, adalah cikal terorisme.

Meskipun kita juga sering mendengar, aksi terorisme biasa dipersiapkan dan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak terlihat atau tidak dikenal radikal.  Oleh kelompok-kelompok yang punya misi-misi tertentu secara rahasia. Namun tetap saja ketika jaringan itu sudah melakukan beberapa kali aksinya, kita pun tetap menyebutnya kelompok radikal. Kelompok yang sangt keji. Tidak berprikemanusiaan. 

Dalam paham kita, yang saya sebut Budaya Anti. Atau kalau dikaitkan dengan semangat kebangkitan nasionalisme menjadi, Bangkit Itu Anti. Sudah pasti di dalamnya memasukkan spirit anti terorisme sebagai upaya membangun karakter bangsa yang utama.

Melihat peristiwa terorisme di Mesir atau di manapun, tidak pantas kalau kita berfikir bahwa peristiwa itu terjadi nun jauh di sana. Itu sikap dan kebiasaan dari karakter yang buruk. Semestinya kita mampu berempati. Sangat merasakan bahwa peristiwa internasional itu adalah peristiwa yang terjadi tak ubahnya di kampung tempat tinggal kita sendiri. Sehingga rasa kita selalu berkontribusi memusuhi terorisme itu.

Bahkan di tengah-tengah latihan Kelompok Drama Radio, ketika memahami dan menghayati karakter tokoh,  tahun 1995 saya sempat mengingatkan. Pada manusia akan muncul dari bawah sadar karakter baik dan karakter buruk. Jika sudah terbangun karakter baiknya, maka secara sensitif karakter baik itu akan selalu menang, selalu muncul, menjadi sikap dan perbuatan. Sebab karakter buruk adalah kematian kemanusiaan dan kematian cinta. Maka dalam bermain peran, karakter jahat mesti mendatangkan rasa benci. Sebab secara sengaja kita sedang memancing, membangun, menguatkan karakter baik pada penonton atau pendengar. 

Dari rasa seorang pribadi yang berkarakter, yang terdidik terbangun, yang kemudian menjadi keluarga, masyarakat dan bangsa, akan selalu melahirkan kontribusi semangat anti terorisme dari segenap bangsa Indonesia untuk seluruh dunia.

Bahkan semangat anti terorisme harus selalu diajarkan sejak dini, sejak awal usia sekolah dasar.
------

TUBUH SEDUNIA

tulang baik
aku sekali

Kemayoran, 2017
-----

INI MESJID

mesjid damaiku
memetik hening 24 jam
wangi nabi

Kemayoran, 2017
-----

ALLAH TIDAK BERSALAH

keindahan api, kelembutan besi, dan melodi bising, masih menemui hati yang terpilih

Kemayoran, 2017
------

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG