MEMECAH RIMBUN PUISI GILANG TEGUH PAMBUDI
1
MEMECAH RIMBUN
seekor burung
memecah rimbun daun
menjadi kicau yang banyak
turun ke tanah
pada rerumputan hijau
seperti datang dari kotamu
membawa cinta yang segar
dan masa depan
dada yang tegak
bola mata yang bening
dan halus bulu hingga ekornya
rimba dan taman kota mana
yang tak sudi bermain-main
dengan warna tubuhnya?
indah di situ bertukar tempat
seperti dalam nyanyiannya,
"Menolak gaya bahasa,
melahirkan gaya bahasa baru".
kepada ulat di tanah
sebelum dipatuknya
ia berkesaksian tentang cinta
dan permohonan maaf
atas kesetiaan-kesetiaan
sampai ia mendengar
ulat itu berkata
pada gelinjang terakhir,
"Aku pulang, dan kau pergilah!
bawa tubuh segarku
ke dalam luasnya asmara"
bahkan burung
tidak pernah memangsa
nyawa
sejak hidup memerintahkan
ambil sahnya saja
maka siapakah
di depan burung-burung
yang telah memangsa nyawa
untuk nafsu iblisnya
yang memangsa nyawa manusia
untuk membeli kekuasaan?
alangkah biadab!
sementara pada jalan agama
kepada daging ikan
dan panggang ayam
kita menikmati halal
tidak menyiksa dan memangsa nyawa:
sebab barang siapa
makan daging
dengan tidak
mencukupkan bismillahnya
makan nyawalah ia
seekor burung itu
masih di situ
lama menikmati kaki-kakinya
menyentuh tanah, rumput, dan lumut
seperti mengabarkan syukur
kepada tinggi yang tak perlu diterbangi
sebab keindahan
sedang menerima waktunya
karena tidak selamanya
sayap berarti terbang
apalagi yang tercinta
sudah lekat di hati
ke atas batu pinggir kali
ia cipratkan bening air
dengan paruhnya
kicaunya mengabarkan,
mencintai tanpa cinta
adalah juga pembunuhan
seperti kebutaan
para suami
juga para istri
yang selalu ingin menang sendiri
melupakan kekuasaan
Yang Maha Kasih
meskipun pada manusia
tak ada lelaki paling sempurna
yang sanggup apa saja
yang menjadikannya
selamanya hamba
seperti pecundangnya wanita
yang setelah mengebiri cinta suami
lalu kepada lelaki mana saja
ditumpahkan tangis dan syahwatnya
sebab hidup di rumah
selalu dikatakanya
dalam penjara
dalam siksa
dalam dunia laki-laki!
kesana-kemari mencari pengampunan
untuk terus berdosa.
Seperti laki-laki
yang setelah menghamili
sesungguhnya tak sudi
pada anak istri sendiri
sebab baginya
nakalnya laki-laki
adalah pelarian dari tanggungjawab
yang sudah dimanipulasi istri
menjadi pemerasan dan penyiksaan
burung di atas bening kali
terbang tak jauh
sebab baginya sekali kepak sayap
adalah karya fotografi
adalah lirik lagu
syair yang tidak mati
lalu mendongaklah ke langit
dari atas sebuah tonggak
seakan membaca huruf-huruf tebal
tentang sebuah lompatan
dan terbang yang sah
menginspirasi seluruh petualangan
dan gerak profesional
bayangan pada air
memasukkan catatan kali
yang disembunyikan
ke bawah batu-batu
dikenangnya pagi
ketika meninggalkan rimbun daun
dan hangat tubuh kekasihnya
impian-impian masa depan
yang sekali ini terpaksa
melupakan lamunan tentang bidadari
sebab hadir sudah rahasia dan bahagia
biarkan saja pulang
kepada rahasia dan bahagia
ia masuki logika imannya sendiri
membayangkan bahwa dia dan semua
seperti anak-anak Adam
yang berjarak cuma satu generasi
seperti air kali
rata di kaki
maka kepada anak cucunya kelak
sampai beranak pinak
tak berkesudahan
juga berjarak sama, satu masa saja
dan mereka seperti anak-anak Adam kini
pasti akan bercinta
seperti peristiwa semalam
maka sebagai aku, katanya
berapa banyak wanita
berapa banyak pria
akan melayani cinta?
bukankah bidadari itu tak jelas jumlahnya
semau kita mau
sesuka kita minta
dan pada waktu itu
semua adalah halal
karena hidup di dalam halal
berkicau lagi ia
setelah mereguk sejuk
sedikit liar
mengabarkan hari makin siang:
menolak bahagia adalah dosa
memeras airmata adalah pahala
sebab telah dilihatnya juga
di dahan-dahan
juga di jembatan
sekawanan burung
menghabisi matahari
beberapa bahkan terjun ke kali
seperti bidadari mandi
seekor burung di atas tonggak itu
tiba-tiba melompat tinggi
gesit sekali
ke atas pucuk dahan
sebab ada yang mengagetkannya
lalu sambil melihat berang-berang itu
menghabiskan ikan segar
ia berandai-andai
andai berang-berang sedang bercinta seperti dirinya
dia pasti berfikir seperti manusia
mencipta beribu wanita di hatinya
sesukanya
beragam usia
beragam warna kulitnya
beragam bentuk rambut dan jilbabnya
beragam pula daya tarik syahwatnya
beragam pula tangan lembut syurganya
mereka bidadari paling sempurna
yang selalu datang ketika diminta
yang kelak melahirkan imaji
seorang wanita, seorang istri
yang lahir dari tubuhnya sendiri
dari tulang rusuknya
yang bengkoknya karena pembawaan manusia
lalu akan dipakainya bercinta kapan saja
sebagai satu tetapi seluruh bidadari
sampai di puncak-puncak
puasnya telah meniduri wanita seribu
lalu di sepanjang kotamu
dia ingat gadis-gadis seksi
yang diberkati
wanita-wanita yang terjaga
persembahan syurga
seperti halnya kamu mengingat juga
saat laki-laki mulia
di sekeliling tempat peribadatan
memadati bumi dengan parfum asmara
lalu sama-sama dibawa
ke dalam pesta persetubuhan
seorang suami dengan kekasihnya
seperti pejantan tangguh
di atas tubuh beribu bidadari
seorang istri yang liar dan selalu perawan
seperti bersenggama
dengan ribuan laki-laki syurga
bergantian
burung sepasang di dahan
adalah alamat buku harian
yang kau ambil dari pesan agama
bahwa laki-laki pilihan syurga
telah menikahi wanita syurga
yang artinya, laki-laki halal
hanya untuk wanita halal
yang artinya,
kawin itu kepemilikan dan
tanggungjawab yang tersaksikan
yang artinya,
menikah adalah ikatan
adalah penyelesaian
yang artinya,
bidadari dan lelaki yang melayani
hidup dalam petistiwa mulia
yang artinya,
anak-anak adalah cinta yang mesra
di depan berang-berang yang pergi
sesudah hari siang
burung yang kembali
pada setiap rimbun daun itu
tentu menemui lagi wangi cintamu
sudah berkali-kali
seperti kesetiaan pada manusia
sebelum akhirnya salalu terbang jauh
memutari kota dan desa
sampai kelak menyerah pada tanah
sebagai kemenangan
kau tentu dengar lagi
kali ini dalam kisah tersendiri
ketika tubuh rapuh burung-burung
seperti terjadi juga depan rumahmu
jatuh ke tanah
pada saat melangit nyawanya
bub! Sempurna!
menunaikan semuanya
juga asmaaranya
yang membuat manusia
juga ingin perwira sepertinya
bub! Sempurna!
hancur di dalam tanah pemakaman
yang penuh asmara
atau kau masih
mengenang
burung yang menggali tanah itu
yang menguburkan teman
atau kekasihnya
sambil berdoa,
"Terimalah wahai penguasa langit
penguasa bumi"
sebab besok
pada ruas jalan pulang
sudah banyak yang menunggu
Kemayoran, 12 04 2018
------
2
SEPERTI BURUNG-BURUNG
bersarang bukan mencari tepi
bukan mencari sepi
tetapi memusuhi celaka
bertengger bukan karena ranting tinggi
bukan dahan yang rendah
tetapi menemui kebutuhan
sejahtera dan bahagia
berkicau sepanjang hari
bukan karena pengangguran
sebab dilakukannya
sambil mencari makan
kalaupun itu mencari perhatian
karena sudah menjadi hukum keindahan
bukan ujub
bukan ria
bukan takabur
paruh dibiarkannya tajam
tapi tubuhnya berdandan
mata dilatihnya melihat tajam
tapi ekornya mekar birahi
cakar kuat mencengkram
tapi tubuhnya halus dan seksi
manggut-manggut lucu sekali
dekat dan akrab
padahal siap melesat tinggi
sebab tak mudah menjalin kepercayaan
padanya apalah api
jika matahari dan hangat tubuhnya
sudah memberinya hangat api
padanya
apalah artinya menyimpan makan
kalau hukumnya
berputar-putar mencari makan
(kalau manusia kehabisan nasi
pergi lagi mencari lagi
padanya kehabisan tempat mencari
menjauh pergi untuk kembali
kecuali jika sarang dan dunianya
direbut keserakahan)
lalu apa bedanya manusia
dengan burung-burung?
berumah bukan pergi ke tepi
bukan mencari sepi
tetapi melindungi diri
berwibawa bukan karena jagoan
bukan karena kekuasaan
tapi kewajiban rasa manusia
bertempat bukan karena kuat
beralamat bukan karena hebat
tetapi kesejahteraan mempersilahkannya
kebahagiaan menunggunya
berharap sepanjang hari
membuka pagi
menebus siang
sebab begitulah menadahkan tangan
ke hadapan Tuhan
sehingga harum wangi doa-doa
rahasia-rahasia menjadi pintu malaikat
hadir dan kata-katanya kuncup harum
mekarnya rasa yang indah
kalaupun menjadi perhatian
ia kembalikan kepada Tuhan
bukan ujub
bukan ria
bukan takabur
ada menjadikannya saksi
lembut yang berisi
hidup baginya mencerahkan
cahaya dari panas api
hadir wajah diri
dan telapak perbuatan
kalimatnya diluruskan
dan kata-katanya hiburan
posisinya ditegakkan
bersimpuh setia pada sajadah
majunya diganjilkan
suritauladan terdepan
di belakang sekali memberi kepercayaan
kebahagiaanya berjamaah
setidaknya di dalam rumah
padanya diciptakan kerja
pilihan-pilihan
dan jalan kemudahan
padanya disemai rasa cinta tak berkesudahan
sebab dari situ kesetiaan dan persetubuhan terjaga
kemanusiaan dan kekeluargaan
menjadi jaminan syurga
Kemayoran, 12 04 2018
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
Komentar
Posting Komentar