HADIAH BOLA DAN BURUNG MERDEKA


BOLAKU BOLAMU

kalau bolaku bolamu
kemenganku kemenanganmu

karena bolaku bolamu
kekalahanku kekalahanmu

bahagia sedih kita sama-sama 
tetap sahabat

selalu semangat
berlomba-lomba jadi yang terhebat! 
------

LINGKARAN MERDEKA

rumah kotak santri
itu lingkaran merdeka

Kemayoran, 18 08 2018
#puisipendekindonesia 
------

Anggap saja saya dapat bisikan dari burung-burung. Terserah anda akan menafsirkan apa soal burung-burung ini asalkan pakai standar kebaikan dan SNI.

Yang paling hebat dan tinggi tentu saja kalau bisikan itu dari Burung Garuda yang dalam mitosnya adalah Sang Pencari Air Kehidupan untuk kesembuhan dan keselamatan. Yang menginspirasi Burung Garuda Pancasila. Pancasila sendiri adalah kemuliaan masyarakat Nusantara yang dirumuskan di kemudian hari. 

Yang tersebut perkasa, mendapat bisikan dari burung elang atau burung rajawali yang banyak dipakai sebagai perlambang dalam latihan-latihan ketentaraan, bahkan diperkenalkan secara edukatif pada anggota pramuka Indonesia.

Tapi yang paling sehari-hari dekat rumah, dapat bisikan burung gereja dan burung siriwiti, atau dari kutilang dan prenjak kalau rumahnya agak dekat-dekat kebun.

Okelah. Terserah. Tapi kalau boleh 'serakah' yang halal dan santun, saya milih dapat bisikan dari semuanya deh. Dari Burung Garuda, dari elang, rajawali, bahkan gagak. Dari burung gereja, siriwiti, kutilang, prenjak, bahkan dari burung jalak. Bahkan saya 'nrimo' dibilang, "Sebagai Jawa dibisiki perkutut dan deruk juga". Oke! Oke!

Apa bisikannya? Pertama, "Jangan nesu dulu. Jangan mudah emosi". Maklum saya kemarin marah-marah gara-gara sebagai Tuan Rumah Asian Games, main di kandang sendiri, Timnas Sepakbolanya malah kalah di penyisihan grup dari Tim Palestina. Kalah dengan kondisi tim yang tidak meyakinkan ketika itu, padahal lawan cuma mengandalkan postur tinggi besar dan power. Skil permainannya sebenarnya masih bisa kita atasi.

Ada suasana yang berkembang semerbak, karena tim kita main terlalu bersahabat dengan Palestina yang memang secara kemanusiaan bak saudara kandung. Bahkan di barisan penonton banyak berkibar bendera Palestina yang dibawa oleh suporter Indonesia. Bahkan lagi dalam suatu wawancara TV, beberapa suporter Indonesia meneriakkan, Indonesia Juara tetapi disertai kalimat, Hidup Palestina.

Oke. Oke. Itu suasana harmonis yang bagus. Sangat bagus. Berprikemanusiaan. Patut dijaga. Tetapi kita juga mesti mengajari generasi kita bahwa ADU PRESTASI itu juga berprikemanusiaan. Lihatlah, ketika pertandingan baru dimulai beberapa menit, tim Palestina ---sengaja atau tidak--- sudah melakukan pelanggaran. Tentu saja sebuah pelanggaran dalam sistem permainan yang terukur, bukan pelanggaran hukum. Hal itu jelas menunjukkan mereka main fair, bebas, terbuka, ngotot, dan ingin menang dari awal.

Lalu lihatlah juga ketika pertandingan memasuki 20-10 menit terakhir. Para pemain Palestina berjatuhan cedera dan meringis-ringis bin aduh-aduhan. Memang masuk akal sih. Meskipun cederanya ringan, tetapi itu kan cedera juga. Tapi jelas-jelas itu bermaksud mengulur-ulur waktu karena sudah unggul 2-1. Itu bagian dari ngotot menang juga. Bagus. Sementara tim kita seperti main setengah hati dengan sahabat sendiri. Padahal kalaupun kita menang telak 9-0, kita tidak sedang memecat sahabat karib, saudara kandung, atau memutuskan tali silaturahmi. Segalanya biasa-biasa saja. Sebab sepakbola itu urusan pemainan, profesionalitas, hiburan, dan keikutsertaannya berarti eksistensi kebangsaan. Itu saja.

Maka di akun media sosial facebook saya menulis, "saya kalah, saya sedih".

Dengan kekalahan itu kita baru memiliki 3 poin hasil menang pertama melawan Chinese Taipei. Dan kita berharap masih bisa menang melawan Laos dan Hongkong di pertandingan berikutnya. Tetapi lagi-lagi terkesan ada argumentasi yang pragmatis di dunia pertandingan yang viral di media sosial, di dunia berlomba-lomba dalam kebaikan melalui sepakbola itu. Seolah-olah ada wacana, "Gak apa-apa kalah dari Palestina, asalkan menang dari tim-tim lain". Lalu apa bedanya Tim Palestina dan Tim lain? Permakluman model apa itu? Karena cinta kita kepada Palestina tidak akan pernah luntur meskipun kita menang.

Dari sudut pandang prestasi wacana negatif itu jelas mengganggu. Kita kehilangan prestasi menang terus. Kehilangan prestasi bikin banyak gol. Bisa kehilangan prestasi top score. Kehilangan peluang lebih cepat lolos ke putaran kedua, 16 besar. Bisa mempersulit diri-sendiri, bahkan bisa gagal menabung kemenangan untuk lolos. Malah lebih memilih teori, "kalau, andaikata, jikalau" menang dengan tim lain. Dll.

Tapi masih untung. Tepat di hari baik, hari Jumat, hari keramat. Tepat di Puncak 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Di laga ketiga kita menang sukses 3-0 melawan Laos. Sampai kita masih bisa leluasa berteriak, "Merdeka! Merdeka! Merdeka!" Sebab kalau Allah kasih kalah, kita akan meratapi hasil pertandingan sejak laga melawan Palestina, meskipun wajib berjalan tegak.

Mungkin Laos dikalahkan oleh tiga hal juga. Pertama oleh strategi dan permainan tim nasional yang memang bagus. Kedua, oleh kebangkitan semangat Timnas setelah kalah dari Palestina dan takut gugur di babak penyisihan. Dan ketiga, Laos dikalahkan oleh Timnas Indonesia yang mau menebus kekeliruannnya ketika tampil setengah hati lawan Palestina dan dapat kritik tajam dari banyak pihak. 

Sebab kalau Tim Garuda itu menang dengan dalil, boleh kalah dari Palestina asalkan tidak dari Laos, itu jelas sangat tidak fair. Apa alasannya? Ini kan dunia persahabatan. Dunia bermain bersama. Oleh karena itu dalil ini tidak boleh berkembang pada sedikit orang sekalipun. Selain itu, kita pun tetap masih belum yakin di dua laga setelah itu bakal menang dengan menganggap remeh lawan. Menganggap Laos dan Hongkong sangat mudah diatasi.

Tapi semoga masih banyak pihak yang bisa mengingatkan pihak tertentu yang uporianya seperti yang sudah saya uraikan itu. Sehingga semuanya berjalan menghibur, fair, sportif, dan memunculkan proses dan prestasi yang tinggi.

Tapi alhamdulillah, laga lawan Laos kita menang. Saya seperti mendapat bisikan kedua setelah itu dari burung-burung yang hebat, "Ayo bangkit dan semangat demi Indonesia. Saling berbagi motivasi! Jangan lagi bilang, saya kalah saya sedih! 

Maka di akun media sosial facebook sayapun menulis begini akhirnya:

"HADIAH BOLA HUT RI

Alhamdulillah, akhirnya Allah kasih hadiah spesial tepat di hari Jumat, hari keramat, 17 Agustus, berupa kemenangan Timnas Indonesia, Tim Pemersatu bangsa, menghadapi LAOS dengan skor akhir 3-0 di laga ketiga Asian Games 2018".

Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!"

Ya. Timnas Indonesia, terutama sejak peristiwa 312, yaitu peristiwa Presiden Jokowi hadir menonton Semifinal Leg Pertama Aff Cup 2017, untuk memotivasi pemain, penonton dan seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dst. Memang menjadi pusat perhatian untuk membangkitkan spirit nasionalisme. Ini jelas lekat kaitannya dengan momen hari ini, momen Agustusan, di saat sepakbola Asian Games diselenggarakan di Indonesia selaku Tuan Rumah.

Maka setelah kemenangan atas Laos tersebut, sambil tidak lupa dengan penuh semangat menyiarkan spirit keindonesiaan atau kenusantaraan kita yang santun dan beradab dalam pergaulan dunia, saya berharap Timnas bisa mengatasi laga terakhir di fase grup melawan Hongkong. Sebab dengan kemenangan itu kita bisa berharap banyak melenggang ke babak 16 besar sepakbola Asian Games, 2018.

Trimakasih atas bisikan seluruh burung-burung yang berdendang tentang kedamaian dan keharmonisan manusia.

Sukses Timnas Indonesia. Jayalah Indonesiaku. Sekali merdeka tetap merdeka!

Kemayoran, 18 08 2018 

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

#Timnas23
#TimnasAsianGames
#TimnasAsianGames2018
#PSSI
#SCTV
#GNPSIndonesia
#GNPSI_312

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG