JOKOWI NAIK MOTOR, TEATER WUSHU DAN EMAS PERTAMA

BUNGA DI TELINGA

setelah menutup cerita 
tentang remaja 
yang menyelipkan bunga 
di telinga gadisnya
aku menyentuh bungamu
yang diselipkan Indonesia

Kemayoran, 19 08 2018
#puisipendekindonesia
------

Pembukaan Asian Games Jakarta-Palembang 2018 akhirnya dibuka juga pada 18 Agustus 2018. Sehari setelah acara puncak yang hidmad dan meriah, peringatan hari kemerdekaan, 17 Aguatus. Dibuka dengan sangat meriah dan teaterikal. Sehingga saya bisa menyebut, panitia sukses bikin pertunjukan! Bahkan dengan keberanian meningkatkan kadar kemeriahan dan popularitas even model ini bisa mewujud Indonesia siap menyelenggarakan Olimpiade.

Beberapa hal bisa saya sebut sebagai keberhasilan. Misalnya, atraksi Presiden Jokowi mengendarai motor setelah meninggakan istana menuju GBK, lalu melintasi para penonton, lalu muncul dari belakang panggung. Sangat film dan sangat teater. Lalu Tari Saman ribuan penari yang wangat memukau. Dengan jilbab-jilbab yang enerjik dan ucapan salam yang 'marak-ramah'. Lalu devile peserta yang menakjubkan dari seluruh negara peserta. Lalu lagu promosi Asian Games 2018 dari Via Valen yang sedang in dan sudah familiar, yang bisa bikin Tuan Presiden GOYANG DAYUNG. Lalu pengibaran bendera Merah Putih dan bendera Asian Games yang sangat hidmad. Dan tentu saja 'tarian merah' perlambang api semangat serta penyalaan api Asian Games yang dipadukan dengan semarak kembang api yang super mempesona. Sempurna! Selain itu kode Sabang-Merauke melalui tari dan lagu juga marak dan menonjol, diserai munculnya maskot Asian Games yang lincah-seru. Bhin Bhin (Cendrawasih), Atung (Rusa Bawean) dan Kaka (Badak bercula satu) yang terinspirasi oleh kalimat Bhineka Tunggal Ika, yang bermakna universal meskipun berbeda-beda kita tetap satu.

Di sebuah akun media sosial teman ada yang ngritik, mengapa Presiden Jokowi mesti membuat pencitraan kebut-kebutan, terbang pakai motor Paspampres, dan ngerem mendadak segala? Saya jawab: "Ada yang dilupakan. Pertunjukan film atau animasi padat dengan simbul-simbul. Gambarnya harus dicerna, diurai. Termasuk ketika saya membahas, mengapa dalam film-film anak SMA, pelajar ceweknya ada yang harus cantik dan seksi? Itu simbul. Tidak semua film atau sinetron wajib begitu. Tapi ya, itu simbul semua. Bukan bahasa sekolah-sekolah pada kenyataannya. (Mentri pendidikan wajib terdidik oleh ini!). Perlu ditafsir dan ditonton oleh kelembutan rasa seni atas rasa menghibur dan terhibur. Ada 'lucu-lucuan' juga. Begitupun kenapa ada tokoh anak SD agak gondrong? Itu logika kebutuhan keseruan film. Kalau di kelas beneran wajib digunting rambutnya sama guru BP. Haha".

Lalu saya tambahi penjelasan singkat itu dengan komen kedua; "Di akun lain, ada yang menyayangkan. Cincin Jokowi tidak divisualisasikan sempurna oleh pemeran penggantinya. Entah benar atau tidak demikian. Saya belum meneliti. 

Kalaupun benar demikian saya jawab:
Pengabaian gambar jauh dan gambar dekat (yang bukan close up atau gambar medium yang utama) sering dilakukan dalam film kita. Itu sudah biasa. Lagipula letak kejutannya bukan pada titik itu, tetapi pada kode besarnya. Visualisasi yang tertangkap secara 'massal'. Setelah itu semuanya selesai. Mau dikuliti bagaimanapun, pihak yang dikuliti cuma bilang, sudah selesai. Misi sudah tercapai".

Apresiasi acara seremoni pembukaan Asian Games 2018 di dalam negri di berbagai media memang akhirnya sangat marak. Wajar. Apalagi sebelumnya ada degdegan paripurna, apakah semarak Asian Games kedua di Indonesia ini bisa berlangsung tidak cuma aman dan lancar, tetapi juga mampu menunjukkan sukses besar, terutama untuk promosi perdamaian manusia dan promosi kenusantaraan? Dan nyata, akhirnya terjawab sudah. Sukses!

Bahkan dalam adegan Jokowi masuk 'arena panggung', para peserta dari berbagai negara itu melongo takjub lalu senyum dan tepuk tangan. Padahal apa anehnya tokoh formal yang tiba-tiba hadir? Tentu, ya tentu, karena Jokowi berhasil membangun misi besar dengan pencitraan baiknya. Tidak sekadar menunjukkan formalitas.

Selanjutnya di hari pertama, karena kebetulan pas libur hari Minggu saya tidak kemana-mana. Milih nyantai depan TV nonton tayangan cabang wushu bersama anak laki-laki saya yang ngakunya baru mau berangkat bersama rombongan sekolah besok ke JIEXPO tempat penyelenggaraan wushu itu. Lalu saya nulis status facebook begini: 

"#TEATER WUSHU 
( Indonesia Raih Perak )

Gratis. Gak pake tiket. Abis ngasih makan burung trus nancep depan TV. Dari jam 8 nonton cabang Wushu. Mantep banget. Serasa lagi main teater atau nanton film kungfu.

Selamat, Indonesia meraih medali pertama Asian Games 2018, Medali Perak! Dipersembahkan oleh atlet wushu, Edgar Xavier Marvelo.

Sampai saya inget teman saya di Bandung dulu. Elvis Pongsapan. Spesialis pengurus Wushu dan Barongsai".

Begitulah bunyi status saya. Lalu saya cerita banyak soal wushu kepada anak saya.

Mengapa saya beri judul Teater Wushu? Sebab buat saya nonton wushu memang seperti nonton cerita teater atau film. Apalagi saya punya kenangan, pertama kali nonton pertunjukan wushu secara langsung, bukan di layar TV, adalah di Gelanggang Remaja Kota Bandung. Ketika itu di tengah-tengah pertunjukan puisi, musik dan teater, ternyata penonton bisa dihipnotis oleh panggung wushu. Itu jelas menarik. Sebab wushu memang selalu pantas dipanggungkan kapan saja di mana saja. Selain itu saya juga biasa mengadakan wawancara on air di radio tentang senibudaya, termasuk dengan tema wushu dan barongsai. 

Setelah bangga Merah-Putih 'naik tahta' di hari pertama, saya teringat sebuah analogi. Ketika ada sebuah negara menjadi juara sepakbola di dunia, meskipun cuma runner up, atau bahkan cuma langganan semifinal, biasanya negara itu langsung dikasih stempel, NEGRI BOLA. Nah pertanyaannya, bagaimana jika di hari pertama, di laga perama penyelenggaraan Asian Games kita meraih medali perak? Ya ya ya, Indonesia adalah Negri Wushu. Salut. Hebat! Sempurna! Itu sebutan Indonesia juga, selain sebutan Indonesia Negri Bulutangkis, Pencak Silat, dll.

Menjelang sore saya harus bersyukur juga karena meskipun saya tidak hadir nonton langsung, ternyata presiden Jokowi sudah ada di lapangan nonton cabang Taekwondo. Subhanallah. Itu pesan sportif dan penuh motivasi supaya masyarakat Indonesia yang punya banyak peluang untuk nonton sebaiknya meramaikan perhelatan akbar ini. Di Jakarta maupun di Palembang.

Dan yang spektakuler, Jokowi tidak cuma disambut oleh penampilan atlet Taekwondo yang super hebat dan penuh semangat. Tetapi juga disambut oleh emas pertama di hari pertama dari kontingen Taekwondo yang berhasil dipersembahkan oleh atlet berjilbab, Devia Rismaniar. Selamat! Selamat! Dan .... Indonesia merdeka! Lagu Indonesia raya pun menyusul mengiringi bendera yang naik tahta itu. Subhanallah. Sempurna.

Ini hari yang bagus, setelah masa Bung Karno tahun 1962 dulu. Minggu yang bagus untuk pelaksanaan hari pertama Asian Games era Jokowi. Demikianpun hari-hari selanjutnya. Kita kasih doa sukses terus. Amin.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG