KEMENANGAN ITU SEJARAH YANG MENGUATKAN

LANGIT ISTIRAH YANG GEMURUH

aku punya lonceng di atas bukit
kamu punya bel berdering
atau kita punya keduanya?
trus cerita yang ini siapa punya? 
seorang anak tergopoh-gopoh
dari lapangan bola
payah menaiki bukit 
disuruh Guru Olahraga
memukul lonceng sekolah
lalu langit istirah dan gemuruh
menjadi bumi yang selonjor
padahal tenaganya sudah dihabisi bola

Kemayoran, 14102018
#puisipendekindonesia 
------
Nonton ujicoba Timnas, baik U-16, U-19 ataupun U-23 melawan timnas dari negara manapun selalu seru. Pertama, kita syukuri sebagai laga persahabatan internasional yang sarat gengsi dan mempertaruhkan hargadiri. Kedua, menang di laga seperti ini adalah kalimat besar  yang juga dicatat sejarah. Setidaknya selalu menjadi sumber motivasi, seperti ketika seorang pelatih mengingatkan, "Jangan takut, dulu Timnas kita juga pernah ngalahin tim ini, meskipun di laga uji-coba".

Rasa itu pula yang menggelayuti hati saya ketika menyaksikan timnas U-19 berjibaku melawan Yordania, Sabtu, 13102018 di Stadiun Wibawa Mukti Cikarang yang disiarkan oleh televisi RCTI.

Baru menang 1-0 di babak pertama saja saya sudah senang sekali. Apalagi kalau bisa menyudahi laga internasional ini dengan CATATAN KEMENANGAN untuk disejarahkan. Sebab kalau kalah, kita cuma diuntungkan punya bahan evaluasi yang serius. 

Pada 30 menit awal laga persiapan Piala AFC 2018 ini sebenarnya kedua tim bermain agak menjenuhkan meskipun Indonesia mengendalikan permainan, kedua tim main lambat. Terlalu membaca permainan lawan dan memancing lawan maju. Tetapi setelah Egy Maulana Fikri yang dalam tim ini selalu dibintangkan masuk, Timnas sangat tetinspirasi dan agak beringas. Sehingga tercipta gol pertama dari tendangan jarak jauh Firza Andika.

Pada ajang Piala AFC U-19 2018, Indonesia berada di grup A, bersama China Taipei, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Memasuki babak ke dua Timnas Indonasia tampil meyakinkan bisa mengatasi Yordania yang pernah menduduki posisi empat pada Piala AFC 2004. Meskipun Yordania sudah tampil lebih agresif dan berkali-kali merepotkan pemain belakang Indonesia. Hasilnya di menit 54 Indonesia mampu menambah golnya menjadi 2-0 setelah dalam kepanikan pemain Yordania salah membuang bola hasil lemparan ke dalam. Terjadi gol bunuh diri.

Sebelum laga ini berakhir saya sempat berfikir, arif dan tenangnya penonton Timnas Indonesia, sesungguhnya mekipun pernah kecewa pada banyak laga resmi internasional sebelumnya, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah kemenangan pada laga di depan mata saat ini. Meskipun di laga persahabatan sekalipun. Ini menarik. Apalagi kalau bisa sukses di momen resminya nanti.

Baru merenung sejenak, sebuah gol kembali bisa dilesakkan oleh Firza Andika dari jarak jauh di menit ke 75. 3-0 untuk kemenangan Timnas Indonesia. Subhanallah. Inilah yang saya msksud. Secara hitam di atas putih setidaknya kalau kemengan ini bisa dipertahankan, Indonesia bisa mengalahkan tim yang pernah di posisi 4 besar Asia 2004. Meskipun dalam sejarahnya Timnas U-19 kita lebih bersinar daripada Yordania.

Ah. Baru saja berfikir soal peluang menang, Yordania bisa memperkecil skor jadi 3-1.

Dan drama ketegangan itu belum reda. Berlanjut di menit 85. Tendangan pemain Yordania lagi-lagi bisa menaklukan penjaga gawang Indonesia. 3-2. Ah, bikin deg-degan paripurna. 

Alhamdulillah. Setelah perpanjangan 4 menit dari waktu normal, akhirnya Timnas Indonesia U-19 ini dapat memenangkan pertandingan dengan skor skhir 3-2. Ini menjadi ujicoba terahir yang sedikit menghibur sebelum berjibaku di Piala AFC 2018, sebab dalam ujicoba sebelumnya Timnas sudah dua kali kalah dan cuma sekali imbang. 

Sambil merasa-rasa kemenangan Timnas yang lumayan menghibur, saya merenungkan lagi puisi di awal tulisan ini. Setidaknya kita bangsa Indonesia yang di kota-kota maupun yang di pelosok desa, kaum pekerja maupun pelajar SD, memang sudah biasa dengan hobi bola. Atau hobi nonton bola. Semua tidak muluk-muluk sebenarnya, cuma ingin sekali-kali, syukur-syukur berulang kali, bisa merasakan istirah di puncak kemenangan Timnasnya. Jadi juara!

Sehabis nonton siaran bola di RCTI saya pindah ke channel 'TV Nostalgia'. Saya biasa menyebut begitu untuk TVRI. Karena selain saya lahir di era Indonesia satu TV, ---bahkan srmpat ngalami di kampung saya dulu bapaklah yang pertama kali punya TV---, saya juga pernah merasakan pendidikan jurnalistik TV di Gedung Dakwah Muhammadiyah Pusat dengan observasinya ke TVRI Jakarta. Di sini saya tertegun atas penutupan Asian Para Games 2018. Apalagi kontingen Indonesia sukses menempati posisi 5 dengan total mendali emas 37. Sungguh suatu prestasi yang luarbiasa. Padahal target awalnya di posisi 8 dengan  16 mendali emas. Sehingga presiden Jokowi bilang, kita gak kepleset ke bawah tapi kepleset ke atas.   

Inilah yang saya maksud. Kemenangan itu sejarah yang menguatkan. Bayangkan di tahun-tahun yang akan datang, pasti pimpinan kontingen saat itu akan terus memotovasi dengan kalimatnya, "Ingat, kita pernah di posisi 5 dengan 37 emas. Ternyata itu tidak mustahil". 

Lalu saya juga teringat kalimat mentri olahraga sehari sebelumnya yang akan segera mencairkan semua bonus untuk para peraih mendali sebelum keringatnya kering. Yang ditafsirkannya, sebelum Asian Para Games menuntaskan laga di hari terakhirnya. Tentu saja saya dibuat senyum-senyum. Baguslah itu. Sebab setahu saya, dalil tentang upah atau bonus yang dijanjikan itu kalau dalam dunia kerja yang rutin, berarti harus dibayarkan selama karyawan masih berstatus pekerja. Sebab selama itu pula tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, tiap tahun mereka masih berkeringat. Karena itu dalil itupun mewajibkan, kalau di dunia kerja kita wajib punya aturan atau perjanjian pengupahan, tiap tanggal berapa gajian. Sehingga bersifat segera dan tepat waktu.

Jangan sampai ada yang menafsirkan, gaji bisa tidak segera dikeluarkan selama para pekerja masih bekerja, masih berkeringat terus. Jatuh temponya bisa kapan-kapan saja. Mungkin nanti sebelum PHK atau dipecat. Haha. Bahaya! Ada-ada saja mentri kita yang insha Allah baik hati dan tidak sombong itu mengingatkan. Kan bisa saja ada yang menafsir, selama para atlet masih berstatus atlet berarti masih berkeringat, belum kering keringatnya, panjang sekali rentang waktunya. Jadi bagus, soal bonus atlet memang harus jelas jatuh temponya, disegerakan.

Hidup kontingen Asian Para Games Indonesia.
Hidup Timnas Indonesia.
Hidup presiden Jokowi yang tiba-tiba jadi pemanah seperti Super Hero.
Jayalah NKRI.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG