MEMPERSOALKAN SERBA BISA?

KABAR ASMARA

putar lagu pinggulmu
akan kuhentakkan langitbumiku
mengembara negri-negri jauh
membawa wangi rambut
dan mata jeli kemanusiaanmu 
memuncaki cakrawala
agar terasa asmara 
seorang dara setia merindukan sorga
menolak neraka sambil terus saja menari ia
menyemai sedekah senyuman
di seluruh pertigaan dan 
perempatan kenangan

Kemayoran, 15102018
#puisipendekindonesia
-------

Siapa bilang saya serba bisa? Dalam seni, secara spesial saya hanya fokus pada tiga hal. Sastra, teater dan gambar. Tentu kalah hebat dari guru senibudaya berprestasi yang bisa menguasai banyak seni, meskipun dengan satu tujuan, untuk mengajar. Sebab tidak dituntut seorang guru senibudaya tampil ke panggung sebagai seniman yang unjuk kemampuan. Meskipun itu halal dan merupakan prestasi khusus.

Beda guru senibudaya dan seniman yang paling menyolok adalah, yang satu berkewajiban mengajak memahami seni dan membimbing untuk mampu berekspresi seni, sedangkan yang kedua wajib berekspresi melahirkan karya-karya seni yang berpengaruh pada masyarakat.

Saya memang fokus pada tiga hal itu. Melalui sastra saya harus menyampaikan kalimat yang sudah dititipkan Allah, secara khas, dan wajib sampai. Melalui teater saya harus bisa tampil pada momen-momen yang mengharuskan saya menyutradarai atau membuat naskah teater. Itu sebabnya sejak remaja saya aktif di teater dan tidak pernah mundur atau menyesalinya. Dan melalui gambar, saya senang menemani anak-anak dan remaja, menjadi guru gambar mereka. Melalui sanggar, sekolah, atau minimal mengarahkan event-event lomba gambar agar berdampak kuat pada pengembangan bakat mereka, atau setidaknya mengajak mengerti apa gunanya ikut lomba gambar. Sebab, sebuah pembodohan besar dan sistematis kalau kita melatih teater, sastra dan gambar tetapi tidak menjelaskan 'untuk apa'nya? Minimal kita wajib tahu, bahwa itu termasuk ruang sosialisasi, pengetahuan umum, dan berhibur yang halal dan bermanfaat.

Dengan berteater saya tidak muluk-muluk ngimpi sinetron dan film. Itu sesuatu yang jauh beda. Meskipun saya suka sinetron dan film yang berkualitas, tetapi saya pun terlanjur merasa puas hidup berteater. Non komersil sekalipun. Karena seperti saya bilang, kemampuan berteater saya pasti akan memaksa saya untuk sewaktu-waktu berkomunikasi kepada publik melalui garapan sebuah teater. Mustahil tidak. Pasti ada yang ingin disampaikan pada ketika itu. Sesederhana apapun garapannya. Di kolong jembatan sekalipun, kalau perlu.

Sebagai seniman, aura seni saya secara universal pasti terus melakukan pembelaan-pembelaan apresiatif terhadap multi-seni yang ada di muka bumi, yang bermanfaat atau inspiratif bagi kehidupan msnusia. Apalagi secara nasional dan sistematis, setiap manusia sekolah selalu dibekali pengetahuan dan kemampuan dasar dari seni-seni yang ada di Nusantara, bahkan dunia. Maka menjadi semakin nampaklah secara teoritis saya seperti menguasai semuanya.

Tapi memang. Terlepas dari pengetahuan dan kemampuan dasar yang kita miliki, seniman selalu memiliki dua sensitifitas. Pertama pada bakat atau fokus kreatifitasnya. Kedua, pada cara berkesepahaman atas seluruh seni yang ada. Apalagi kalau posisinya seperti saya, di radio-radio menjadi narasumber acara Apresiasi Senibudaya. Sudah pasti perlu berdaya-upaya untuk lebih banyak tahu.

Ya. Lebih banyak tahu soal tari Bali atau tari saman Aceh, umpamanya. Kan narasumber tidak harus sampai jadi penari atau menguraikan banyak hal secara detil? Tetapi secara umum apa saja yang wajib kita ketahui. Bahkan lebih luas lagi, kita sadar wajib mengetahui rahasia-rahasia umum seni tari tradisonal se dunia.

Pendeknya, seorang narasumber senibudaya bisa memahami detil-detil suatu jenis kesenian, di wilayah bumi manapun yang terbuka langitnya ini, justru karena secara umum dia sudah punya garis-garis permaklumannya pada seluruh seni. Apalagi kalau sudah berkaitan, antara komunikasi suatu jenis kesenian dengan ruang publiknya.

Itu sebabnya, banyak ahli-ahli senibudaya dari mancanegara langsung bisa memahami eksistensi dan geliat seni tradisi Indonesia. Ada yang membuat mereka sukacita, dan ada juga yang masih membuat mereka menyesalkan. Dari pengalaman-pengalaman mereka, mereka punya argumentasi, mestinya begini dan begitu? Mempertanyakan, mengapa begini, mengapa begitu? Tetapi ada juga yang sampai sangat takjub pada detil rahasia di balik suatu seni tradisi Nusantara. Dan sebagai kritik, ada juga penulis senibudaya luar yang ceroboh ketika menulis senibudaya kita.

Begitupun saya, di depan 1000-100.000 seni tradisi Indonesia, selalu punya kalimat, harus begini harus begitu. Menemani pemerintah dalam menancapkan pengaruh politik kebudayaannya. Sekaligus ngomeli pemerintah juga. Selain saya sendiri sebagai pribadi punya pengaruh politik senibudaya.

Apalagi sejak saya terjun sebagai Orang Radio Indonesia. Siang malam dan setiap hari selalu berkecimpung di dunia seni. Baik secara on air maupun off air. Saya akhirnya mengetahui semua rahasia entertainment, panggung hiburan. Sering jadi MC juga di situ.

Itu sebabnya, di luar sastra, teater dan gambar saya merasa-rasa dan tahu diri juga. Di multi-seni yang lain itu, saya cukup jadi ketua penyelenggara, panitia bagian cakah-cikih (seksi sibuk ini itu), kadang nyumbang ini-itu juga sebagai pihak sponsor, atau terlibat di banyak penjurian tetapi dengan posisi juri ke dua atau ke tiga.

Ini rahasianya. Mangkanya gak boleh ada yang iri. Misalnya berkata, "Kok Bang Gilang sering jadi juri lomba nyanyi, kok jadi juri tari, dll?" Itu gampang logikanya. Bukan karena kebetulan saya pernah belajar nari waktu SD dan SPG. Bukan karena itu. Setidaknya saya toh bukan juri pertama di situ. Biasanya saya menyoroti sisi entertain-nya. Sisi menghibur atau penampilannya. Atau kalau kebetulan saya representasi sponsor, saya bagian menyesuaikan antara keinginan sponsor dan tampilan peserta lomba. Masuk akal kan?

Jadi, siapa bilang saya serba bisa? Apalagi serakah? Biasa saja. Semua ada logikanya yang tidak merusak pembangunan senibudaya, di 'segala bidang'nya. Apalagi sebagai Pawang Senibudaya Indonesia, kita harus menguasai jurus-jurusnya.

Mudah-mudahan presiden benar-benar menawari saya seorang mentri.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG