ORANG KETEMU ORANG

KELUASAN HIDUP

kalau Allah lahirkan aku di Amerika
maka aku muslim Amerika
kalau aku lahir dari bapak-ibumu
maka aku saudaramu
atau kamu yang anak bapak ibuku kini
dan kalau aku tidak lahir laki-laki
maka pasti aku perempuan
sebab pasangan itu laki-laki dan perempuan
kalau begini sempurna keluasan hidup
untuk hadiah siapa pertikaian manusia?
lebih sempurna berfikir bapak dan anak, 
tentu yang lebih dulu mendidik yang muda-muda

Kemayoran, 26102018
#puisipendekindonesia
------

Tak kenal maka tak sayang, kata anak-anak. Maka kita harus saling kenal, minimal saling kenal, mana orang mana bukan? Sebab hanya oranglah yang bisa bersimpatik dan berempatik pada orang. Selebihnya orang yang bukan oranglah yang sering mengganggu, sering jadi penyakit masyarakat. Maka pesan kakek yang menyebut, semoga jadi orang, adalah kalimat yang benar. Meskipun sering ada yang 'nambah-nambahin', diterjemahkan supaya jadi orang kaya, orang terpandang, orang sukses, orang bertitel, orang terkenal, dll.

Akibat pergeseran dari prinsip utama, menjadi orang ke prinsip menjadi orang ini dan itu, yang begini yang begitu, akibatnya ada yang dikorbankan secara sosial. Ada pihak ysng merasa paling orang dan terhormat, dan ada pihak lain yang dianggap bukan orang yang pantas dihinakan. Direndahkan. Padahal norma langitnya yang turun ke bumi tetap utuh, manusia adalah yang punya adab manusia. Punya cinta dan rasa keadilan. Itu saja. Karena itu madep dan menyembahnya hanya kepada yang maha cinta dan yang maha adil.

Kata penyair Soni Farid Maulana, kalau sudah 'jeneng', jadi nama, mengapa para tokoh jadi ngaco? Suka korupsi dan segala macam? Memang begitulah ukuran ini-itu dan begini-begitu yang aneh.

Bicara soal orang ketemu orang, saya punya cerita yang belum lama ini terjadi. Sebab ada kaitannya dengan perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Ini soal orang dengan orang yang sama sekali tidak saling kenal, yang tiba-tiba ketemu dan saling percaya karena kebaikan masing-masing. Pendeknya, soal rasa kemanusiaan dan prikemanusiaan.

Begini ceritanya. Dua tahun lalu anak perempuan saya minta izin belajar bahasa Korea ke Bandung. Tujuannya biar gak gagap salahsatu bahasa Asia itu. Minimal tahu huruf Korea, bisa membaca dan menulisnya, serta bisa menerjemahkan bahasa Korea. Sebagian menggunakan kata-kata yang dihafal, sebagian lagi bisa lihat kamus on line. Target yang sederhana, karena tidak sampai harus fasih berkomunikasi efektif menggunakan bahasa Korea. Apalagi masa kursusnya pun tidak lama.

Hasil tes di akhir pendidikan itu tidak buruk. Cenderung memuaskan. Standar minimalnya tercapai. Bahkan begitu pulang ke rumah di Jakarta saya langsung ngajuin 'tes ala humor' serius. Minta dibuatkan nama Gilang Teguh Pambudi pakai huruf Korea. Dan dengan lancar dia membuatnya. Berarti lumayan hafal huruf dia.

Beberapa waktu lalu saat Asian Games berlangsung di Jakarta ada seorang orang tua yang mendampingi putri-nya yang sedang berlaga tinju di Jakarta. Dia berasal dari Korea.

Singkat ceritanya, di laga semifinal si orang tua itu mau bikin spanduk dukungan. Spanduk yang biasa dikibar-kibarkan oleh suporter itu. Tapi dia tidak tahu arah ke mana-mana. Akhirnya dengan banyak berbahasa isyarat dan sedikit betbahasa Inggris dia memberanikan diri naik taksi atas bantuan pihak hotel. Minta diantar ke tempat bikin spanduk.

Di tempat pertama dia ditolak karena tidak ada yang siap melayani dan membuat spanduknya. Pun di tempat kedua. Hingga sampailah ia di percetakan ketiga, tempat anak saya bekerja. Di situlah orang ketemu orang itu. Meskipun anak saya tidak terlalu efektif berbahasa Korea, dengan sebagian menggunakan bahasa isyarat akhirnya lancar juga. Bahkan anak saya tahu persis maksud si orang tua itu. Maka dia pun segera mengambar desainnya di komputer lalu diserahkan ke bagian pencetak.

Maka alangkah gembiranya si orang tua itu karena rencananya mulus. Dia bisa punya spanduk seperti yang diinginkannya.

Hasilnya? Menurut informadi anaknya sukses. Dan besoknya dia datang lagi menemui anak saya untuk mengucapkan banyak terimakasih. Menurut anak saya, hal itu sebenarnya tidak terlalu perlu, karena dia hanya menjalankan tugas harian seperti yang juga dilakukannya kepada para pelanggan lainnya. Cuma bedanya, kali ini yang datang orang asing, berbahasa Korea dan mau membuat spanduk yang juga berbahasa Korea. Itu saja.

Begitulah kalau orang ketemua orang. Kebaikan ketemu kebaikan di manapun. Meskipun sesaat dan tidak terlalu saling kenal. Semuanya sudah serba diatur oleh Allah. Selalu mendatangkan romantisme kehidupan yang istimewa.

Beberapa hari lalu anak saya coba ngecek nama si orang tua itu di internet. Ternyata dia menemukan sebuah tulisan berbahasa Korea dihttp://Www.incheonilbo.com. :

준결승 앞두고 딸 응원 위해

오연지의 아버지 오광열(54) 씨는 지난해 딸이 참가한 아시아선수권 대회를 관람하고자 처음 외국(베트남)을 가봤을 만큼 해외여행에 익숙하지 않다.

그런 그가 두번째로 방문한 외국 인도네시아의 수도 자카르타를 혼자 휘젓고 다녔다.

그는 영어를 거의 할 줄 모르고, 인도네시아 말은 당연히 할 줄 모른다. 보통사람이었다면 절대 쉽게 할 수 있는 일이 아니다.

그런데도 그가 무작정 혼자, 교통지옥으로 악명높은 자카르타 시내를 하루종일 헤맨 이유는 뭘까.

바로 딸인 오연지를 응원하는 현수막을 제작하기 위해서다. 딸 이름이 새겨진. 올 때 태극기만 챙겨왔는 데 그것만으로는 응원할 때 허전함이 느껴져 바로 행동으로 옮겼다.

준결승을 앞둔 8월30일 그는 호텔의 도움을 받아 택시를 부른 다음 손짓발짓으로 현수막 제작 업체를 찾아다녔다.

현수막에 들어갈 문구를 직접 적어서 보여줬는 데, 첫번째 업체와 두번째 업체 모두 한국어 인쇄는 불가능하다며 손사래를 쳤다.

그래도 포기할 수 없었던 그는 세번째 업체로 향했고, 그 곳에서 다행히 과거 한국에서 일한 경험이 있는, 한국어를 할 줄 아는 직원을 만날 수 있었다.

그 직원은 오 씨의 사연을 듣고 흔쾌히 한국어가 새겨진 현수막을 제작해 건넸다.

오광열 씨는 "딸이 먼 곳까지 와 나라를 위해 고생하는 데 아버지로서 뭔가 해주고 싶었다. 혼자 나서는 게 쉽지는 않았지만 딸을 위해서라면 아버지가 못할게 뭐가 있느냐"고 말했다.
------

Terjemah bebas dan singkat dari tulisan ini adalah:

Ayah Oh Gwang-ji, Oh Gwang-yeol (54), tidak akrab dengan bepergian ke luar negeri. Karena ia pernah ke Vietnam untuk pertama kalinya menyaksikan kejuaraan Asia di mana putrinya berpartisipasi tahun lalu. Jadi dia pergi ke Jakarta, ibu kota Indonesia yang masih asing, yang ia kunjungi untuk pertama kalinya.

Dia berbicara sedikit bahasa Inggris, dan tentu saja dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Jika Anda adalah orang normal, itu tidak mudah dilakukan.

Namun, mengapa dia sendirian sepanjang hari di pusat kota Jakarta, yang terkenal  memiliki hiruk-pikuk lalu lintas yang kejam sendirian?

Untuk membuat spanduk, untuk mendukung putrinya, Ohnji.

Pada 30 Agustus, sebelum semifinal, dia memanggil taksi dengan bantuan hotel, dan kemudian mencari pembuat spanduk dengan gerakan tangan.

Dia harus menuliskan 'spanduk' untuk menuju ke tempat membuat spanduk. Sampai perusahaan pertama dan perusahaan kedua mengatakan bahwa itu tidak mungkin dicetak dalam bahasa Korea.

Tapi dia tidak menyerah, dia pergi ke perusahaan ketiga, di mana dia beruntung bisa bertemu dengan staf yang berbahasa Korea yang pernah belajar bahasa Korea di masa lalu.

Staf mendengarkan cerita Tuan Oh dan membuat spanduk dengan bahasa Korea di tangan.

Oh Kwang-yeol berkata, "Aku ingin melakukan sesuatu untuk putriku sebagai ayah, untuk berjuang demi negara yang jauh. Tidak mudah bagiku untuk pergi sendirian, tetapi apa yang bisa kulakukan untuk putriku?"
-------

Begitulah. Intinya kita selalu bisa merasakan hikmah besar orang ketemu orang pada kisah singkat itu. Justru bukan karena orang begini ketemu orang begitu. Kecuali begini dan begitunya adalah orang-orang baik di muka bumi. Subhanallah. Saya bersyukur putri saya bisa bekerja profesional, amanah, dan senang bersikap baik kepada siapapun.

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG