CINTA ALLAH MELALUI CINTA NKRI

TARIAN NEGARA

hidup adalah menggambar dan menari
menggambar cita-cita
menggambar gagasan
menari jadi
menari bukti

menggambarlah seluruh anak-anak
di semua bangku sekolah
di bawah pohon, di tengah sawah
penuhilah seluruh sanggar
ikutilah lomba-lomba
kunjungilah galeri-galeri dan pameran
seperti Bung Karno menggambar negara

menarilah seluruh anak-anak
kuasailah semua panggung
bersukacitalah di sanggar-sanggar
jangan takut kalah lomba
sebab kalah lomba adalah tarian juga
kelak besar menarilah dengan perbuatan
menyatakan diri, jangan sembunyi
bikin ini, bikin itu, bikin apa saja
seperti Bung Karno membangun negri

yang berjilbab menarilah
tampak wajah, hadir diri
tampak mata, sudut pandang cemerlang
tampak telapak tangan dan telapak kaki perbuatan
bersaksi dan berkabar keselamatan,
keadilan, kesejahteraan,
juga kedukaan-kedukaan

sebab kitalah harum wangi negara
menggambar dan menari apapun
seperti itulah negara

jika negara buruk rupa
seperti apa gambar dan tarian kita?

Kemayoran, Selasa, 01 12 2018
Puisi dari antologi TAGAR (Tarian Gapura, JM-Bandung)
-------

Ada yang masih bersuara tentang Indonesia bisa hilang, atau almarhum, atau tenggelam. Apalagi Indonesia disebutnya, cuma sebuah nama. Bikinan manusia. Tetapi tanpa detil penjelasan yang mencerahkan. Sehingga diragukan spirit membangun peradaban lurusnya. Bahkan bisa mengakibatkan antipati tanpa sebab yang jelas terhadap keIndonesiaan kita.  Bisa melahirkan penyikapan yang jauh dari sikap normal, kritis, terbuka dan dewasa. Bersifat emosionalitas semata.

Untuk itu, untuk tulisan-tulisan yang sejenis dengan itu, berikut ini komentar singkat saya versi kolom pendek media sosial:

"Bersabarlah orang-orang soleh yang istikomah. Cara membaca Indonesianya wajib dengan cara yang lurus. Jangan emosional dan menutup cahaya penerang yang merahmatinya. Bacalah dengan menyebut Indonesia = tanah air Allah. Tanah air yang dirahmati Allah tempat hambanya berlindung kepada Allah. Dengan cara baca ini kita akan cinta mati terhadap NKRI. Meskipun soal nama bisa saja berubah, misalnya berganti menjadi Negara Nusantara dan sejenisnya. Itu hak Allah. Dan kalaupun berganti nama seperti itu pun tetap saja, itu Indonesia versi lain. Tetap utuh Indonesia. Bahkan sistem bernegara pun bisa berkembang. Yang penting cara bacanya. Kita baca, sistem yang dipilih pada suatu ketika, termasuk sistem yang dipakai hari ini, semata diniatkan untuk beribadah kepada Allah dan dirahmatinya. Itu sebabnya NKRI harga mati. Itulah paradigma berjihad fi sabilillah.

Kecuali jika negri ini meminta ditenggelamkan dan dilaknat Allah. Itu lain. Janganlah pernah kita meminta begitu.Tapi kita harus jujur dengan yang kita lihat, di negri ini kita merindukan peran Allah sepenuhnya".

Sebagai penyair, jurnalis, pembina komunitas teater dan gambar, pembina remaja mesjid, serta narasumber di acara apresiasi seni, saya selalu merasa perlu memiliki dan mempertahankan pendapat ini karena kita sering berhadapan dengan lomba cipta puisi, gambar, dan lomba-lomba seni lain yang bertema cinta tanah air. Tentu kita butuh wawasan yang terang dan lapang, terang karena mencerahkan, dan lapang karena mencakup seluruh aspek/persoalan, termasuk wawasan Nusantara dan wawasan Pancasila-Bhineka Tunggal Ika di dalamnya.

Subhanallah.
Allahu Akbar!

Dan jika ada yang tertawa terbahak-bahak, atau cekikikan terkekeh-kekeh tak habis-habis, bahkan meludah meledek cinta NKRI yang disebutnya 'NKRI itu bisa ditawar untuk apa pake harga mati (?)', berikut ilustrasi saya:

"Jika 'rumah kita' yang dirahmati Allah diserang musuh Allah, kita tidak akan melakukan tawar menawat, apalagi kalo orang tua dan anak-anak kita sudah dibunuh dengan keji. Yang ada adalah jihad fi sabilillah membela keluarga yang dibantai 'iblis laknatullah' yang hakekatnya itu wujud perjuangan tunduk patuh kepada Allah. Dalam analogi ini keluarga kita adalah negara Indonesia, NKRI.

Bisa jadi pihak penyerang itu tidak suka pada keyakinan, sikap, kebiasaan, kegiatan, lambang, kode, pilihan warna, atau apapun yang dimiliki keluarga kita yang halal dan di jalan Allah. Tetapi segala serangan apapun, apalagi yang membabibuta, hakekatnya melawan Allah.

NKRI, harga mati.

Selain itu prinsip NKRI harga mati juga memiliki tafsir, "atas kuasa dan cinta Allah, kami rido pada suatu saat nanti berpulang ke hadirat Allah dengan status sebagai bangsa Indonesia". Ini berlaku pada seluruh rakyat Indonesia".

Kemayoran, 30 05 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com
-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG