MEMELIHARA KUNCI

MEMELIHARA KUNCI
------

MEMBUKA RAMADAN

hujan jam sembilan
menyentuh touchscreen
aku menulis keajaiban Ramadan

Kemayoran, 2018
-----

Masih dalam suasana menikmati sepoi angin Ramadan yang damai dan malamnya yang indah penuh berkah. Sekarang kita menengok lagi satu puisi saya dari 9 Puisi Di Atas Tisu yang diterbitkan dalam antologi Sedekah Puisi (Penebar Media Pustaka, Yogyakarta). Berjudul, Membuka Ramadan.

Membuka Ramadan akan langsung membawa kita pada dua persepsi sekaligus. Pertama, mengawali puasa Ramadan yang biasanya marak dengan iklan-iklan, "marhaban ya Ramadan". Dalam kontek ini kita bisa menikmati sajian budaya khas Nusantara, diantaranya:

1. Kita mengenal istilah populer malam nisfu Sya'ban. Pada bulan ini juga dikenal hari berpuasa, yang oleh banyak pihak di Indonesia sekaligus disadari sebagai latihan awal sebelum masuk sebulan puasa Ramadan.

2. Munggahan. Yaitu makan bersama di hari-hari terakhir menjelang Ramadan. Bisa sekeluarga, beberapa keluarga, se RT-RW, sekantor, seorganisasi, dst.

3. Mandi dan keramas secara khusus biar bersih. Bisa dilakukan sendiri, termasuk dengan menggunakan arang dan rempah tradisional. Maupun mandi ramai-ramai di sungai.

4. Mencuci sajadah, sarung, mukena dan segala yang berkaitan dengan ibadah. Bisa di rumah masing-mading maupun beramai-ramai di sungai. Ternasuk mengerahkan jemaah mesjid mencuci karpet atau sajadah mesjid.

5. Ziarah makam orangtua dan tokoh yang dituakan.

6. Pawai Ta'aruf. Biasanya dilaksanakan 1-2 hari jelang Ramadan. Bisa juga sebelum itu. Berupa arak-arakan panjang, masyarakat berpakaian santri yang berjalan kaki di ruas-ruas jalan tertentu, yang tidak mengundang kemacetan lalulintas dan seijin pihak kepolisian setempat. Diselingi pesan-pesan menyambut puasa Ramadan menggunakan pengeras suara, speaker, sound system, atau cukup megaphone.

7. Masa menuggu-nunggu keputusan. Baik dari ulama, pengurus mesjid dan pesantren setempat yang paling diikuti di daerah masing-masing, maupun yang mayoritas menunggu pengumuman resmi dari pemerintah. Dalam hal ini Kementrian Agama RI. Setelah melintasi sidang-sidang.

8. Tarawih malam pertama yang biasanya ditandai dengan melimpahnya jumlah peserta sholat yang memadati mesjid, bahkan ada yang tumpah sampai ke halaman mesjid dan jalan-jalan kampung. Hal ini berangkat dari kesadaran masyarakat yang menyebutnya bagian dari rasa sukacita menyambut datangnya Ramadan.

Di kota-kota, terutama di kota-kota besar, fenomena mesjid yang membludak pengunjungnya ini lama-lama akan berkurang setelah sebagian warganya mulai berangkat mudik. Biasanya dimulai setelah seminggu melaksanakan puasa bulan Ramadan.

9. Niat dan menjalankan Puasa hari pertama Ramadan.

10. Dll.

Persepsi yang kedua, adalah membuka rahasia Ramadan agar didapati pesan-pesan yang jelas dan lengkap dari hikmah Ramadan yang menyelamatkan hidup manusia, serta mendatangkan berkah kesejahteraan lahir-batin. Banyak pertanyaan yang bisa lahir dari sini yang membutuhkan jawaban. Seumpama dalam puisi Taufik Ismail yang dinyanyikan oleh group musik legendaris, Bimbo, Anak Bertanya Kepada Bapaknya. Beberapa pertanyaan itu di antaranya.

1. Apa definisi puasa?
2. Mengapa wajib berpuasa?
3. Bagaimana memahami posisi puasa di dalam Rukun Islam, semisal hubungannya dengan kehajian seseorang?
4. Apa hubungan puasa di dalam Rukun Islam dengan Rukun Iman, semisal hubungan puasa dengan beriman kepada kitab suci untuk menguatkan tadarus Al-Qur'an?
5. Mengapa harus ada puasa wajib dan puasa sunah?
6. Apakah orang-orang soleh di masa lampau, terutama di zaman Nabi-Nabi juga berpuasa?
7. Apa guna puasa bagi diri pribadi, mayarakat, bangsa dan negara, serta bagi umat manusia sedunia?
8. Apa guna puasa secara sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, pertahanan-keamanan dll?
9. Apa syarat sahnya puasa?
10. Rukum puasa itu apa saja?
11. Apa yang membatalkan puasa?
12. Siapa saja yang boleh tidak puasa makan-minum di siang hari?
13. Bagaimana jika seseoang batal puasanya atau meninggalkan puasa karena suatu alasan yang diperbolehkan?
14. Apa bedanya puasa pada anak-anak dan orang dewasa?
15. Apa bedanya derajat puasa awam dan puasa yang lebih khusus?
16. Bagaimana memahami posisi Ramadan di antara 12 bulan dalam setahun?
17. Apa hukum dan keutamaan santap sahur?
18. Apa hukum dan pahalanya menyantuni orang yang berpuasa?
19. Apa yang dimaksud menahan diri secara wajib terrhadap sesuatu, serta menahan diri untuk suatu keutamaan-keutamaan tertentu?
20. Mengapa harus sholat tarawih?
21. Apa yang dimaksud pahala di bulan suci Ramadan berlipat-lipat?
22. Apa yang dimaksud, syetan-syetan dibelenggu?
23. Apa yang dimaksud dengan menyemarakkan bulan suci Ramadan?
24. Bagaimana cara menyantuni anak yatim, fakir miskin dan kaum dhuafa, serta apa keutamaannya?
25. Apa itu malam Nuzulul Qur'an?
26. Apa yang dimaksud malam seribu bulan?
27. Kapan Lailatul Qodar turun dan apa tanda-tandanya?
28. Apa i'tkaf itu, dan bagaimana menjalankannya?
29. Dst.

Dengan segenap kejujuran, keihlasan, sikap kritis dan kedewasaan menghadapi pesepsi yang kedua, kita tentu akan memiliki jawaban-jawaban yang gamblang atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bukankah kita tidak harus berfikir, biarlah Kyai dan para Ustad saja yang mengetahuinya?  Sebab tanpa mengetahuinya, bagaimana kita hafal? Dan tanpa hafal, bagaimana bisa mewujud jadi pribadi manusia puasa? Meskipun setelah menjadi manusia puasa pun, hamba Allah sering berhadapan dengan fitnah-fitnah dari pihak yang memusuhi Allah, atau pihak yang mengaku-ngaku merasa paling mencintai Allah padahal sedang dalam posisi meninggalkannya. Bukankah Rosulullah SAW pun sampai diancam bunuh oleh orang yang merasa paling suci, paling beriman di jalan lurus, dan menganggap Nabi SAW seorang pendusta dan gila?

Padahal kesimpulan kita, siapa yang sanggup membuka puasa Ramadan, berarti dia yang telah berhasil mengetahui, mengambil, memegang dengan benar, serta menggunakan kuncinya. Dan semoga pula ia yang mampu memelihara kuncinya itu selama-lamanya.

Seperti terilustrasikan dalam puisi pendek saya dari buku antologi Sedekah Puisi: hujan jam sembilan/ menyentuh touchscreen/ aku menulis keajaiban Ramadan//

Hujan biasa ditafsirkan berupa curahan rahmat yang agung. Meskipun di dalamnya bisa mendera airmata bahagia maupun airmata duka. Airmata duka bisa diliputi syukur yang mendalam maupun duka yang menyertai pertobatan dan penyerahan diri.

Hujan juga mengajari kita tentang langit menyambangi bumi. Alam mengeja peristiwa. Kita menyemai ayat-ayat suci.

Angka 9 lagi-lagi bisa dipinjam sebagai perlambang hamba yang menyembah. Keberangkatan niat suci. Keberangkatan hari yang makin melompat jauh, lepas bebas, dan terbang tinggi, dengan manuver kerja 'yang sakti'. Istilah 'sakti' kita pinjam dengan memahami sosok yang tahu-menahu jurus-jurus di negri silat yang relijius.

Dengan ilmu langit yang dibutuhkan bumi ---sebab tidak ada panggilan kesia-siaan pada dunia yang berpuasa, maka hujan pun menyentuh toucscreen, layar sentuh pada HP android. Berbentuk pesan yang sampai. Surat yang dipahami kekasihnya. Seperti itu pulalah manusia menulis keajaiban Ramadan, melalui peristiwa Ramadan. Lagi-lagi dengan air mata yang seperti hujan jam 9. Kebangkitan-kebangkitan itu.

MEMBUKA RAMADAN 2

maka akulah hujan
yang menyentuh hidup
menjadi 12 Ramadan

Kemayoran, 14 05 2019
----

Sengaja juga saya memakai istilah touchscreen (layar sentuh), demi sekaligus mengucapkan, "SALAM MILENIAL".

Kemayoran, 14 05 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspit.com
Cannadrama@gmail.com

#puisipendekindonesia
#9puisidiatastisu
#sedekahpuisi
#bukupuisi
#puisiramadan
#puisimilenial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG