SIMPULKAN SENDIRI

TARIAN PELAJAR

kami pelajar Indonesia
dari ujung rambut sampai ujung kaki
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
Tuhan meridoi
yang sejak lahir sudah dipersiapkan
untuk menyanyi Indonesia Raya
setiap hari Senin
yang sejak taman kanak-kanak
sudah diajari tari tradisional Nusantara

tetapi karena yang mempengaruhi beda-beda
kadang kami dibuat beda-beda
ada yang mengajari
tidak usah bangga dengan Indonesia
ada yang mengajari
menolak Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
ada yang mengajari
haram menghormat merah-putih
ada yang mengajari
jangan menyanyikan Indonesia Raya
ada yang mengajari
tinggalkan adat-istiadat Nusantara
dan ada yang mengajari
sukai ini dan itu saja untuk merebut dunia

tapi kami pelajar Indonesia
sebisa-bisa tetap utuh Indonesia
mengabdi pada bangsa dan negara
karenanya kami selalu berdoa
memohon pertolongan Allah
sampai nanti kami kerja
sampai nanti berumah tangga
sampai jadi manusia utama di bumi

tapi ada yang terus mempengaruhi kami
macam-macam
Indonesia katanya
negara yang dimurkai Allah
Indonesia katanya
bukan inspirasi dunia
Indonesia katanya
selalu terbelakang
Indonesia katanya
tidak bangga pada potensinya
tidak bangga pada tradisinya
Indonesia katanya
menyembah kebudayaan asing
Indonesia katanya
pribumi jajahan 
bangsa Indonesia tidak taat hukum
bahkan ahli hukumnya membela pelanggar hukum

meskipun kami jadi puyeng juga
kami tetap pelajar Indonesia
percaya kemajuan dan terus berjuang
menolak segala fitnah
baik dari bangsa asing
maupun kaki tangannya
kami tetap gelorakan semangat
NKRI harga mati

kami suka alam Indonesia
kami suka wisata Indonesia
kami suka makanan khas Indonesia
kami suka hasil panen tanah Indonesia
kami suka tari tradisinya
kami suka pakaian adatnya
kami suka bahasa dan lagu-lagu daerahnya
kami bangga berbangsa Indonesia
kami bangga berbahasa Indonesia
kami bangga bertanah air Indonesia

kepada adik-adik kami tercinta
kami ajari mereka menggambar dan menari
untuk Indonesia

Kemayoran, 09 01 2018
----

Demikianlah puisi di halaman 82-83 antologi puisi TAGAR (Tarian Gapura) yang telah diterbitkan oleh JM-Bandung. Puisi saya ini, kali ini saya hadirkan untuk menengahi hirukpikuk politik yang sering menjauhkan sementara pihak dari spirit nasionalisme kita, dari semangat ber Allah di situ.

Hirukpikuk politik, kegaduhan yang paling kencang terjadi adalah telah usainya Pieg dan Pilpres 2019 yang berpuncak pas di tengah-tengah momen suci Ramadan 1440-H. Di saat umat muslim Indonesia menghayati ibadah puasanya, dan di saat bangsa Indonesia yang tidak ber-KTP Islam, setia dalam cinta, menjalin penghormatan dan cinta kasih pada saudaranya yang muslim.

Puisi intelek dalam keluguan yang cerdas dari para pelajar Indonesia itu, semoga bisa bikin kita masuk ke tulang sumsum sendiri, mau sadar dan berkesakasian jujur, membaca lagi gairah hidup kita di hadapan Tuhan Yang Maha Esa di negri tercinta Indonesia. 

Padahal sejak era kemerdekaan, bahkan sejak jauh sebelum Indonesia merdeka, para pendahulu kita sudah terbuka, ihlas, total-totalan, dan dalam kemenangan prinsip-prinsipnya, mewariskan kalimat Allah: mencintaiNya demi mencintai bangsa dan negara ini. Tetapi mengapa pada momen-momen tertentu, selalu saja seperti ada yang tega mencuri sejarah dan menukarnya dengan kontruksi kehancuran? Padalah mereka selalu mengaku-ngaku kaum intelektual dan orang penting di negri ini, bahkan di muka bumi.

Soal beda pendapat demi kemajuan pembangunan di segala bidang, reformasi menyeluruh, atau apapun istilahnya ---juga melalui prosedur politik-konstitusional, kita bisa sangat mengerti itu. Tetapi kalau ada yang merusak sendi-sendi bangunan secara nyata, kita selalu bisa dibantu Allah untuk melihat dan merasakan pada saat kejadiannya. Entah itu mereka sadari atau tidak.

Untuk itu dengan menjunjung tinggi-tinggi kemenangan Ramadan, kita tetap katakan "Yuk kita membangun Indonesia!" Karena kita telah mengingkari kalimat, "Yuk kita rusak Indonesia!"

Kemayoran, 25 05 2019
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG