DINDING PUISI 247

DINDING PUISI 247 

Dunia pandemi Corona dunia virtual. Dua kubu yang saling berhadap-hadapan menciptakan satu peristiwa dan keadaan. Tawuran yang gila antara virus jahat dan manusia-manusia yang terus bertahan hidup sehat dan selamat. Memang, pada awal-awalnya semua tidak percaya, apakah kita tetap bisa eksis memasuki wilayah virtual itu dengan propaganda jaga jarak dan stay at home? Bahkan dunia bisnis diwarnai transaksi on line yang melaju pesat. Juga diawali dengan pesimisme, apakah bisa mengatasi keadaan? 

Setelah semua berjalan, subhanallah, kalaupun menyisakan tidak sedikit keluhan, karena ada kondisi yang jauh  beda serta harapan yang tidak tercapai maksimal, toh ruang virtual, ruang on line itu menjadi jembatan berlian yang sangat terlalu besar manfaatnya untuk dianggap sepele. 

Dunia media sosial, akhirnya menjadi ruang terbuka paling merakyat. Mulai dari bisnis on line, promosi, hingga kebutuhan silaturahmi virtual, sampai semua orang punya hak yang sama, meskipun kenyataannya tidak bisa memiliki kadar viral yang sama, untuk populer. 

Di kalangan penyair pun begitu. Tiba-tiba dunia media sosial menjadi dunia yang paling banyak menjanjikan. Untuk bikin acara virtual, untuk menghidupkan komunitas-komunitas, untuk menjaring karya dan menerbitkan buku sastra, serta untuk menaikkan citra penyair sekaligus memunculkan nama-nama, bahkan yang tak terduga menanjak popularitasnya. 

Apa yang terjadi saat ini, pada kelak ketika suasana telah berubah normal dan jauh lebih baik, pengalaman virtual ini tentu akan banyak memberi pengetahuan dan motivasi untuk kreatif kepada kita. Termasuk meningkatkan kadar kepercayaan bahwa media sosial dan internet sangat bermanfaat jika dikelola dengan baik dan benar. Tidak sekadar dijadikan ruang sampah yang mengganggu kenyamanan sosial. 

Belakangan ini kita mengenal istilah selebgram, bintang media sosial, youtuber dll. Apapun namanya yang jelas menunjukkan pemanfaatan media on line secara intensif oleh sosok-sosok yang merasa perlu eksis melalui jalur ini. Para penyair pun mengalaminya. Banyak yang populer sebagai bintang media sosial, atau tiba-tiba berjuluk penyair cyber. 

Penyair cyber bukanlah penyair yang hanya menulis di media on line, tetapi juga penyair yang selain menulis di koran, naik panggung, dan menerbitkan buku, juga eksis bahkan semakin berpengaruh karena pandai memanfaatkan media sosial. 

Sebaiknya ini kita posisikan sebagai tantangan, ruang proses kreatif, dan ruang perjuangan. Meskipun dengan sendirinya akan menjadi ruang seleksi alam juga. Dalam kontek kerja sosial melalui kerja puisi, semoga ruang ini punya kontribusi besar bagi proses pembangunan di segala bidang di negri ini, dan di seluruh muka bumi. 

Kemayoran, 08 10 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG