DINDING PUISI 248

DINDING PUISI 248

Dua puisi saya gagal masuk unggulan 50 besar dalam Lomba Cipta Puisi dalam rangka Hari Puisi Indonesia 2020. Tetapi tentu saja saya komentari, "Biasa saja". Semoga semua yang tidak lolos juga berkomentar yang kurang lebihnya sama. Tetap semarak puisi Indonesia, tetap percaya pada kerja puisi para penyair Indonesia.

Tapi kalau milih terhibur oleh yang serupa dengan kata-kata Marlin Dinamikanto di akun facebooknya, "Puisi Wiji Thukul, Pablo Neruda, Bertold Brech tidak akan pernah menang apabila dilombakan dalam seni merangkai kata di Indonesia", bolehlah. Sah. Tulisannya itu saya komentari, "Juga puisi-puisi Rumi". Meskipun saya lebih cenderung pada pilihan kalimat, "belum tentu menang".

Berikut ini dua puisi saya yang tidak lolos itu: 

ALAMATKU 

aku sedang susah payah berzikir
kalau jadi datang,
sudikah kau bersusah payah membuka pintu
untuk menemuiku?
atau tunggu sebentar
aku benar-benar sedang menikmati zikir ini
tentu tak bisa menikmati diammu di luar
sebaiknya segera kita bertemu
di tempat yang sama
di segenap rasa dan suasana 
di sini
di dalam zikir 
juga di dalam kopi secangkir 

Kemayoran, 05 09 2020
------

ALAMATMU 

garis tanganmu pada daun
menggambar akar
dan ranting bulan

aku sampai kusyuk mengikutinya
dibawa alur-alur nadi
urat-urat gelombang

ruas-ruasnya rumah-rumah
kemanusiaan berketuhanan
yang setiap jendelanya menjaring matahari
pintu-pintunya merentang
memeluk aku

Kemayoran, 05 09 2020
------

Sesuai informasi dari panitia, selain akan dibukukan, dari 50 puisi unggulan itu akan dipilih 3 puisi pemenang utama dan 3 puisi favorit. Selamat. 

Kalau puisi saya itu lolos, tulisan ini tidak akan turun. Jadi masih bisa disyukuri. 

Kemayoran, 09 10 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com
#HariPuisiIndonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG