DINDING PUISI 251

DINDING PUISI 251

Sudah berkali-kali saya menguraikan secara sekilas tentang puisi yang bekerja, baik puisi yang lahir dari seseorang yang harus bekerja pada diri penyairnya, maupun yang lahir di tengah masyarakat manusia yang akan bekerja di situ. Berkesaksian, membangkitkan kesadaran, sekaligus mencerahkan. Terbebas dari seberapa luas puisi itu dikenal. Itu soal lain. Sebab di jalan Tuhan ia pasti bersinergi dengan segenap energi baik di seluruh muka bumi, yang juga sedang bekerja.

Pada catatan ini kita menengok beberapa contoh saja puisi-puisi yang dipekerjakan. Dengan ciri-ciri ada pihak yang bersengaja membuat puisi itu bekerja, selain yang di awal kita bahas, puisi yang bekerja dengan sendirinya, dengan cara-cara yang khas, termasuk yang gaib. Meskipun seluruh puisi yang sedang atau telah dipekerjakan juga bekerja dengan sendirinya ke arah situ, karena potensinya memungkinkan dan wajib bekerja dengan cara-cara itu. 

Pertama, puisi yang dipekerjakan oleh penyairnya sendiri. Sebab setiap puisi yang telah lahir sebagai 'anak' di dunia, ia otomatis sudah bekerja. Tetapi penyair bisa dengan sengaja membacanya di panggung-panggung, mengirimnya ke surat kabar atau majalah, memuatnya di dalam buku antologi, mempublikasikan di media sosial, mendiskusikannya di komunitas-komunitas, dst. Di tempat-tempat itu para penyair berharap puisi-puisinya bekerja dengan sukses, mendapat rido dari Allah. 

Kedua, puisi karya seorang penyair yang dipekerjakan oleh seorang penyair lain. Ini terjadi ketika seorang penyair sangat mencintai atau berkepentingan dengan puisi-puisi tertentu karya penyair lain. Maka ia pun akan selayaknya mempekerjakan puisi sendiri sebagaimana kita bahas pada poin pertama. Tentu, jika ia seorang pembina komunitas, ia bisa mengkoordinir komunitasnya untuk berlaku sama, mempekerjakan puisi karya seorang penyair itu di berbagai even dan suasana. 

Ketiga, puisi yang dipekerjakan oleh negara atau pemerintah. Yang paling populer ada tiga. Puisi-puisi dari berbagai sumber yang dimuat pada buku-buku mata pelajaran. Puisi-puisi dari berbagai buku yang ditetbitkan menggunakan anggaran negara lalu didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan. Dan puisi-puisi yang nendapat penghargaan dari pemerintah, baik melalui even lomba, penyeleksian khusus secara terbuka, maupun 'mengangkat' nama seorang penyair dengan harapan puisi-puisinya terus bekerja.

Keempat. Puisi-puisi yang dipekerjakan oleh pihak lembaga-lembaga swasta. Modelnya seperti yang kita bahas pada poin ketiga, tetapi pelakunya pihak swasta. Termasuk puisi-puisi atau nama penyairnya yang diumumkan masuk nominasi atau menang lomba atau yang disebut karya favorit lalu dipublikasikan di berbagai media, termasuk diterbitkan dalam sebuah buku antologi puisi. Itu adalah puisi dan nama-nama yang dipekerjakan oleh dewan juri sebagai representasi panitia penyelenggara di tengah masyarakat sastra. Di even penghargaan dunia, penulis dan karya sastranya yang mendapat hadiah Nobel adalah pihak yang sedang dipekerjakan sekaligus dianggap telah bekerja oleh pihak penilai.  

Dst.

Tentu yang kita msksud pada tulisan ini adalah puisi yang sebenar-benarnya puisi, puisi yang baik-baik saja, yang bisa dipekerjakan secara baik-baik pula demi kebaikan. Kita tidak bicara di luar itu. Sebab selalu ada yang dikritisi, berkaitan dengan propaganda-propaganda tertentu dengan berbagai cara. 

Kemayoran, 14 10 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG