Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

MELIHAT TAHU

Gambar
SELALU BAYI LAKI-LAKI PERTAMA sebagai bayi laki-laki aku dilahirkan setiap hari oleh apa yang kau sebut cinta Kemayoran, 30082017 ------ KAMU DAN KAMU kamu mengkhianati orangtua dan kamu menipu anakcucu Kemayoran, 02092017 ------ DUNIAIS maka perkutut ia maka batik ia maka keris ia maka wayang ia maka sarung ia maka jilbab ia maka berkebaya ia maka pake daster ia  maka duniais ia maka aku ia Kemayoran, 18062017 #puisipendekindonesia  ------ Aku melihat orang-orang yang terjebak salah, biasa berkelit, dan mencari-cari celah secara diam-diam, sendiri atau menggunakan sistem, jaringan orang banyak, untuk menemukan pintu masuk agar sikapnya dianggap benar. Padahal terang-terang memulainya sudah salah. Sekadar ilustrasi. Seseorang telah menyebut, Si Fulan itu penjahat yang harus dihukum. Begitupun sindikat yang telah mendukung kejahatan Si Fulan. harus kena sanksi hukum. Padahal pada saat yang sama Si Fulan tidak merasa penjahat, dan para pihak yang simpatik tidak m

BOLA DUNIA INDONESIA

Gambar
tanah lahir tanah air tanah ahir bersama Kemayoran, 2011 Judul Puisi: Hidup Tidak Mati #puisipendekindonesia  ----- Namanya juga unjuk prestasi, unjuk kompetisi, jualan bola, wajar kalau Liga 1 dibuat sedemikian rupa supaya jadi berkelas, bikin ngiler semua tim bola lokal, dan membuat publik bola tanah air terhipnotis. Itu yang benar. Dan itu lumayan berhasil. Yang harus dikritisi adalah kualitas penyelenggaraan kompetisi. Sebab dalam perhelatan olahraga apapun, kita sering menemui ajang yang terpromosikan dengan baik, mendatangkan antusias tinggi, tetapi lemah dalam penyelenggaraan. Kualitas penyelenggaraan event olahraga yang kurang ini seringkali berpengaruh pada  hasil akhir. Gegap gempita kompetisinya, tetapi tidak menjanjikan banyak pada laga yang lebih tinggi dan yang lebih mendunia. Kalau dalam sepakbola, terutama tidak berdampak pada terciptanya tim nasional yang handal. Tentu. Tentu, dalam skala minimal kita tidak bisa menutup mata. Ajang sekelas Liga 1 dan Liga 2

TERORIS (Ratusan Jemaah Mati)

Gambar
kenapa, Pa? tanya anakku depan tivi ada yang membunuh sholat Jum'at, jawab airmataku,  ratusan jemaah mati   siapa, Pa? tanya anakku lagi Kemayoran, 26112017  Judul Puisi: TERORIS #puisipendekindonesia ----- Lebih dari 300 orang meninggal dalam tragedi terorisme di saat sholat Jum'at di Mesjid Ar-Raudah, Sinai Utara, Mesir. Terdapat 27 anak-anak di dalamnya. Padahal untuk satu dua nyawa korban terorisme yang selalu anti kemanusiaan, kita sudah mengecam. Kita sudah marah besar. Sebab kebiadaban itu sungguh luar biasa. Apa yang kita pikirkan sekarang? Ada sakit hati seperti apa di dalam hati kita demi melihat musuh kehidupan, terorisme, yang masih bisa terjadi di mana-mana, bahkan dengan korban yang tidak sedikit? Bahkan di tengah orang-orang dan anak-anak yang tengah beribadah kepada Allah. Kita pantas marah besar. Marah yang tak perlu berkesudahan. Karena terorisme adalah bahaya laten yang bisa menyerang manusia-manusia di muka bumi ini kapanpun. Terlebih-lebih dal

PUISI PENDEK PRESIDEN ITU

Gambar
kalau aku masa lalu aku pasti sedang di sana tetapi tuhan menyebut akulah masa depan Kemayoran, 2015 Judul Puisi : Kalimat Terakhir #puisipendekindonesia ------ Berikut ‎puisi Dewi Dee Lestari yang dibacakan Preiden Jokowi : SUMPAH ABADI Ketika pemuda besumpah Sumpah yang bukan hanya untuk dirinya Melainkan Tanah Airnya Ketika pemudi bertekad Tekad yang bukan hanya untuk kaumnya Melainkan segenap bangsanya Gegar gunung dan lembah Gemetar lautan dan pantai Bergetar jantung dan berdesir darah Ketika pemuda dan pemudi Menyeberang keberagaman Ketidaksamaan demi bersama bekerja Abadi bersumpah untuk Indonesia ------ Itulah puisi pendek yang dibacakan oleh presiden di hari Sumpah Pemuda, Oktober, 2017 lalu. Saya dapati dari TribunNews.com. Puisi tersebut memberi banyak kabar. Diantaranya, presiden baca puisi, presiden baca puisi sumpah pemuda, presiden baca puisi pendek Indonesia, presiden baca puisi karya novelis Dee, presiden baca puisi yang lugas dan mencerahkan, D

KEHILANGAN JUMAT

Gambar
aku ditanya Jumat itu hari ke berapa? kujawab, hari pertama Kemayoran, 2014 Judul Puisi: Sajak Hari Kamis #puisipendekindonesia ----- Tulisan ini awalnya sebagai status di akun Facebook saya, Gilang Teguh Pambudi. Tetapi setelah melihat tanggapannya, saya mau dia masuk gudang. Untuk naik menjadi data tulisan di cannadrama.blogspot.com. ------ Waduh. Bahasa Adam dan catatannya katanya sudah hilang, diganti bahasa dan catatan Muhammad. Kok bisa? Hilang di mana? Itu kan satu bahasa, satu catatan? Jangan-jangan yang ngomong kehilangan Jum'atan hari ini? Waduh malah nambahin, pake argumentasi bahasa jaman kerajaan kuno dan kitab-kirabnya juga sudah hilang. Katanya, bagaimana tidak mungkin bahasa dan kitabnya Muhammad juga akan hilang diganti dengan bahasa dan kitab yang baru? Oalah, logika darimana? Pinter kok keblinger. Sudah dibilang kebenaran Allah itu tidak pernah berubah satu hurufpun. Mustahil. Sampai kapanpun. Itu Al-Qur'an. Kalimat suci para penutup bersama Nabi a

AKHIRNYA ERA NONTON BOLA

Gambar
segelas plastik kopi kuli di dunia besi dan batu tak membuat otot laki-laki mengingati tubuh perempuan Kemayoran, 2016 Judul Puisi : Mabuk Kopi #puisipendekindonesia ----- Laki-laki sekali. Sangat-sangat! Akhirnya kita sadar juga. Sebenarnya meskpun berdegub-degub, siapa yang terdegradasi dari Liga 1 ke Liga 2, dan siapa yang bakal promosi dari Liga 2 ke Liga 1; sesungguhnya kita mulai mengerti bahwa menonton dua liga di Liga Sepakbola Indonesia itu, kita cuma bicara eksistensi, kebanggaan, dan promosi. Secara eksistensi, pencinta sepakbola yang punya tim kebanggaan, yang berfikir normal tentu lebih memilih timnya tetap eksis dalam perhelatan sepakbola Indonesia daripada bubar. Eksis itu bisa di liga 1 atau di lga 2, terlepas dari supremasi kebanggaan berada di Liga 1. Itu biasa. Begitu pula yang pasti dirasakan oleh para pencinta sepakbola PERSEBAYA, Bonek Mania, yang sore ini, 25112017 menyaksikan laga semi final vs Martapura FC. Kalau sukses, Persebaya bakal lompat pagar,

PRINSIP ANTI, PRESIDEN DAN BOBBY KAHIYANG

Gambar
belajarlah menemui hati yang selalu menuntut maka kau fitrahkan ilmu sebagai penawarnya Kemayoran, 2015 Judul Puisi: Belajar #puisipendekindonesia ----- Menarik mencermati pernikahan Bobi Nasution dan Kahiyang Ayu. Bukan semata karena secara kebetulan Kahiyang Ayu adalah putra Presiden RI Joko Widodo, yang tentu mesti diartiskan (dimuncul-munculkan eksistensi, ketokohan dan pengaruhnya), tetapi banyak hal yang bersifat informasi strategis. Kalau soal figuritas, Kahiyang anak Presiden, itu cuma protokoler biasa. Memang pesta nikahnya biasa semarak bahkan heboh, selain ada bumbu-bumbu sensasinya. Biasanya sensasi yang membuat orang menyebut, "Benar-benar seorang anak Presiden". Apapun bentuk sensasinya. Mulai dari memilih garis kelengkapan upacara tradisinya, sampai bulan madu di mana. Apalagi dalam peristiwa Kahiyang nikah ini ada lintas Jawa-Sumatra, yang bisa ditafsirkan pernikahan Nusantara. Bebas antar suku, propinsi dan pulau. Satu lagi. Yang lain kan ---meskipu

MEMBACA PENYAIR MEMBACA

Gambar
karena puisi itu memaksakan diri Judul Puisi : Puisi Karena #puisipendekindonesia ----- INI soal. Propaganda ayo membaca selalu terdengar setiap hari. Bahkan jadi ngiang-ngiang setiap lepas dari momen-momen besar, semisal hari pendidikan, bulan bahasa, hari aksara, hari bahasa ibu, hari kebudayaan, hari perpustakaan, dlsb. Meskipun, saya masih belum yakin propaganda ayo membaca itu sudah berhasil. Jangan dulu pakai parameter pengetahuan dari membaca yang teraplikasikan pada cara dan gaya hidup terdidik. Jangan dulu pakai itu. Sampai pada tataran memahami yang dibaca pun masih sangsi. Paham baca berarti paham bahasa, paham semua yang dibaca. Itu sangat jauh melompat ke depan dari sekadar mampu membaca rangkaian huruf-huruf bertanda baca. Maka program menghapus buta aksara, itu baru permulaan yang dini. Bahkan di tahun 2017, saya belum yakin semua mahasiswa benar-benar doyan, apalagi jago baca. Sebab doyan berarti kecanduan. Secara intelektual bahkan selalu ada spiritualitas yan

MEI KARTA, MEI PURWAKARTA?

Gambar
biarkan ujung daun terakhir ini nyala Judul Puisi: Doa Ujung Daun Sukabumi, 1992 #puisipendekindonesia ------- Tulisan ini dimulai dari gaya bahasa  Sunda. Filosofinya tentu nyunda. Tentu bagi mayoritas orang Sunda, Islami. Dalam tata bahasa Sunda, setidaknya sudah menjadi kebiasaan orang Sunda, di tengah masyarakat kita mengenal kata dasar jinah (zinah) yang telah berubah menjadi ngajihanan. Artinya menjinahi. Bentuk susunannya semodel dengan kata ngaheureuyan (menyandai), ngamandoran (mengawasi), dll. Kalau seseorang berbuat mesum pada orang lain, mengajak berhubungan badan di luar nikah, kategorinya menjinahi. Tentu istilah menjinahi tidak berlaku pada suami istri. Sebab hukum jinah (zina), hubungan di luar nikah itu haram. Mendekati jinah juga haram. Apa itu mendekati jinah? Tentu belum tentu cipika-cipiki seperti yang sering kita lihat di panggung artis. Bukan itu. Mendekati jinah adalah melakukan suatu perbuatan yang bisa mengarah ke arah perjinahan (hubungan di luar nik

SUNGAI PUISI

Gambar
kirim bunga cintamu kemari akan kupintal menjadi lembaran baja atau nyanyianmu menjadi keringat matahari di hari sibuk kerja Judul Puisi: Waktu Bercinta #puisipendekindonesia  ------ Saya orang Cimahi. Aktivis sosial dan senibudaya Cimahi. Maka setiap kali ada yang bicara ini itu tentang Cimahi, saya mencermatinya. Salahsatu tulisan seniman (aktor dan sutradara teater), Hermana HMT di akun facebooknya hari ini begini: "Sungai Cimahi adalah sungai yg membelah Kota Cimahi. Aliran sungai ini dari Curug Cimahi dan Curug Panganten. Aku merindukan kawasan ini menjadi tempat wisata dengan suguhan berbagai kegiatan budaya yg berhubungan dengan air dan lingkungan hidup. Tempat ini berada di kawasan perkantoran Pemkot Cimahi-Plaza Rakyat". Saya tertegun. Seniman itu memang sering punya singgungan pemikiran. Bahkan ketika berdomisili di Purwakarta, saya pun merindukan Sungai Puisi. Aktivis lingkungan mencintai sungai-sungai kecil yang membelah kota dengan berbagai cara, ter

KERJA JUJUR PENYAIR

Gambar
Kaukah Yusuf Sulaeman Yusuf yang tampan panahnya Disukai segenap pria wanita Sulaeman yang mempersembahkan Segala kekayaan Kepada seluruh yang dicintai  Judul Puisi: Arjuna  #puisipendekindonesia ----- Apa yang telah diajarkan orang tua kita tentang kejujuran? Tentu, jujur yang kita maksud adalah amanah. Menerima lahir batin ajaran kebaikan, dan mempertimbangkan apapun dengan standarisasi kebenaran dan kemuliaan. Norma standar kebenaran dan kemuliaan itu bersifat universal. Islam menyebut, Islami. Keselamatan lahir batin. Keselamatan dunia wal akhirat. Dalam kontek kerja. Profesional. Kita memiliki standar profesi. Kompetensi. Tidak berbohong kepada intansi atau perusahaan tempat kita bekerja. Sebab dengan demikian kita bisa melaksanakan semua tugas semaksimal mungkin. Setidaknya kita telah memiliki dasar-dasar untuk berkembang di lembaga kerja itu. Maka orang tua biasa berkata, orang bodoh dan pemalas tidak akan dapat tempat di dunia kerja. Kalau kita guru, tentu mesti b

ISA TURUN KE BUMI

Gambar
akulah Muhammad dan akulah Isa yang membenarkan 2012 Judul Puisi: Akhir Zaman #puisipendekindonesia (Ini catatan suatu hariku di grup Facebook Puisi Pendek Indonesia kepada YoyoCahyo Durachman) Masyarakat kita percaya, karena terjadi penyaliban terhadap seseorang berwajah Isa, maka hakekat menyebut Isa jauh lebih dulu diangkat ke langit. Dia tidak akan mati karena disalib. Seperti Nabi SAW, nubuatnya tak ada satu pedang pun menurih kulitnya, apalagi membunuhnya. Maksudnya, kerasulan itu utuh, tak bergeming, tak terturih, apalagi terbunuh. Abadi. Dan dari langit Isa akan turun lagi ke bumi di ahir zaman untuk membenarkan Rosulullah SAW. Di langit jiwa kita pertemuannya. Tidak bertentangan keduanya. Kita bicara kapan sesuatu itu terjadi. Ya. Bahkan di Islam pun ada tafsir yang menyebut, sesungguhnya memang tubuh Isa AS yang disalib. Benar begitu. Tetapi dengan peristiwa itu justru musuh Isa yang kalah. Isa malah berbalik dipahlawankan. Maka secara hakekat, mereka berhasil membunu

POLITIK DAN PUISI (Nov 2016)

Gambar
POLITIK DAN PUISI? Sederhananya, puisi itu, kalaupun tidak indah karena 'permainan' bahasanya, setidaknya bernilai indah karena pesan kemanusiaannya. Ukuran kemungkinan dimuat koran, diperdengarkan di radio, atau diterbitkan pada sebuah buku, adalah satu jalan menemui kualitas. Mencapai pengalaman universal kemanusiaan, bukan kecenderungan pribadi, menjadi pertimbangan keumumannya. Melahirkan puisi, kecerdasan yang bijak sangat dipertaruhkan. Kecuali kalau sebatas teriakan dipanggung tanpa kontrol yang terdengar seperti puisi. Rugi kalau kita mematikan wajah kepenyairan yang agung pada diri kita  dengan memandulkan intuisi keumuman itu. Karena para pembaca (apalagi penyair-penyair yang kuat kepenyairannya) akan mencatat untuk kurun waktu seumur hidup. Bukan untuk kebutuhan politik praktis 5 tahun, misalnya. Gilang Teguh Pambudi 

INSODARUM INSOLURUM

Gambar
Maka jadilah kau puisi Dan biarkan aku membacanya  Kemayoran, 2016 Judul Puisi: Kau Puisi #puisipendekindonesia ----- Bangun pagi demi anak sudah biasa. Misalnya, karena rutinitas untuk mengantarnya ke sekolah. Apalagi kalau anaknya tergolong rajin, dia akan selalu menuntut datang paling pagi dari anak-anak lainnya. Tapi memang. Belajar dari pengalaman kita waktu masih sekolah dulu, datang ke sekolah lebih dulu akan banyak mendatangkan rasa tenang dan nyaman. Bahkan memberi space bermain-main lebih panjang sebelum masuk kelas. Dan satu lagi, ini yang utama. Kalau lupa akan ada ulangan, masih bisa buka-buka buku sebentar, begitupun kalau lupa ada PR, bisa dikerjakan segera. Tapi pagi ini kan Minggu. Saya tidak kerja, Si Bungsu Jantanku pun biasanya gak sekolah. Paling-paling siang latihan atau pertandingan futsal. Tapi saya dibangunkan subuh-subuh. Oo, ternyata ia bersama pengurus OSIS semua, sebanyak 48 orang terpilih harus ngumpul di Monumen Nasional (MONAS), menyemarakkan Hari

TETAP PENYAIR TETAP PENULIS

Gambar
bukan puisi kamar dia belukar Kemayoran, 2015 Judul Puisi: Jam Segini #puisipendekindonesia ----- Saya mungkin berpendapat berbeda dengan Anda. Tetapi ketika tulsan ini telah Anda baca, lalu ternyata kita sama atau bisa sama, berarti kita akur. Mesti bersyukur. Kalau gak sama juga, ya ngukur jalur. Yang penting enak dan lurus-lurus saja. Begitu itu kan doa seihwan. Teman satu keyakinan juga. Biasa disebut hidup dalam kesetiakawanan sosial. Gotong-rosong dalam lingkup yang besar. Dulu waktu kelas 1 SMA saya berfikir, sejak cerpen dan puisi saya yang dimuat koran pertama kalinya ketika itu, sampai saya mati kelak, akan berapa banyak yang dimuat koran? Atau majalah? Tetapi semakin bertambah umur fikiran saya berubah. Waktu mulai kerja radio saya suka senyum-senyum kepada wartawan koran, termasuk beberapa yang mewawancarai saya, misalnya dari Giwangkara dan Sinar Pagi Minggu. Kenapa? Saya merasa sama, di media massa. Cuma berbeda jenis. Dengan aturan main yang khas masing-masing.

APAKAH ANDA, APA? (Menulis Itu Bebas)

Gambar
ketika bunga terbit pada kuncupnya puisiku sedang bekerja tak bisa kau ganggu wangi mahkota memilih wanita Jakarta, 122016  Judul Puisi: Puisiku Sedang Bekerja #puisipendekindonesia ------ Apakah kalau Chairil Anwar itu pendukung Partai Golkar atau PDI-Perjuangan, Anda tetap akan menyukainya? Apakah tetap akan baca puisi-puisinya? Apakah tetap akan ngangkat gelas kopi sambil teriak, "Aku ini binatang jalang, ... kopiku ngutang!" Apakah kalau Rendra itu pendukung dan juru kampanye PPP, PAN, PKS, atau PKB, Anda tetap akan mencintainya? Menyebutnya penyair hebat? Tidak akan merubah sebutan Si Burung Merak menjadi Puyuh Lumpuh? Apakah kalau ada penyair, di bajunya ada logo Nasdem, Partai Demokrat, atau Partai Hanura, selain gambar Hallo Kitty Anda akan bersuka hati sepanggung dalam berbagai kegiatan Panggung Puisi? Apa anda masih mau baca antologi puisinya atau ulasan-ulasannya? Apakah Anda orang merdeka? Orang yang penuh ketakutan? Atau terus berharap, mesti