Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

TARI PERUT DI RUANG PUBLIK

Gambar
INI SYAWAL ini bulan terbuka semestinya membuka juga mengapa manusia sepertiga malam terakhir yang berjalan dengan cahaya membagi Romadon menjadi tiga? Kemayoran, 01072017 ----- Dalam suasana awal Syawal 1438 H (2017), tentu wajar kita merefres kembali kenangan tradisi halal bihalal. Bicara-bicara tentang kemenangan halal, untuk selalu hidup halal, dan hanya saling menghalalkan yang halal. Meskipun selera halal itu berbeda-beda pada setiap orang. Tak apa. Yang penting bukan menghalalkan haram. Saya tertarik pada acara TV, Mata Najwa yang menyiarkan sisi kemanusiaan yang cair dari sosok populer Qurais Sihab dan penyair Mustofa Bisri. Pada acara itu keduanya 'muisi' dan berpuisi. Mengesankan. Mustofa bergetar suaranya. Berairmata cinta. Qurais menggelora gairah asmaranya. Kita melihat dua muda yang sangat dewasa. Aku birahi. Sarung di situ membuat nyaman orang rumah. Bahkan bahasa Arab yang menyelip-nyelip tidak menakut-nakuti orang yang tidak bisa bahasa Arab. Asyik seumpama

WONG CILIK, NAIK HABIBAH, KETEMU KOMBAYANA?

Gambar
Ceritanya selesai silaturahmi dengan kelurga dekat langsung jalan ke Pantai Ancol. Maklum pantai itu tempat makan lesehan, nyawang, jalan-jalan, foto-foto, dan obyek rakyat yang murah meriah. Cocoklah buat Wong Cilik atau Orang Biasa. Segala beban rutinitas kerja tinggal kita lempar ke laut, lalu minta kepada angin Jakarta untuk membaiknya jadi keindahan dan kedamaian. Bukankah Anda yang ke pantai Palabuan Ratu, Pantai Banten, Pantai Losari, Pangandaran, Parang Tritis, dll juga begitu? Tetapi ini asyik. Selesai foto-foto trus makan bersama. Dan gak lupa naik perahu. Lalu sengaja merapat ke panggung hiburan. Wualah kuping dapat lagu Goyang Turun Naik. Haha. Coba Anda klik YouTube, eksplore Goyang Oles Turun Naik. Mata sempat melihat perahu bertuliskan Habibah. Beberapa laki-laki teriak, "Yuk kita naikin Habibah!" Aku tersenyum. Karena naik Habibah itu halal. Setelah cerita Habibah pergi, aku nyawang dari jauh ke arah perahu yang tadi sempat kami naiki. Sebenarnya aku bernas

PUASA DAN LEBARAN ONDEL-ONDEL

Gambar
Kalo kita bicara puasa ondel-ondel, tentu jangankan orang Betawi, orang se-Nusantara, bahkan sedunia pun akan langsung memahaminya sebagaimana layaknya muslim berpuasa. Menahan haram. Segala maksiat, segala dosa. Bahkan menahan makan, minum, dan berhubungan suami-istri yang halal sampai batas waktu tertentu. Begitulah keunggulan puasa Romadon. Sehingga prinsipnya, jangankan yang haram, yang halal pun bisa 'ditolak (dikendalikan)' pada waktunya. Oleh karena itu ondel-ondel di dunianya, setidaknya di dunia kisah, dunia cerita, pasti selain ibadah wajib yang sudah rutin, mereka berbuka puasa, tarawih, santap sahur, bersaksi atas peristiwa besar nuzulul Qur'an, menyongsong Lailatul qodar, beri'tikaf, bersedekah dan berzakat fitrah, dan akhirnya berlebaran. Lebaran itu membentuk pribadi muslim berkarakter selesai. Tidak suka maksiat. Menolak berbuat dosa. Senantiasa hidup ihlas di jalan Allah. Dalam lagu ondel-ondel yang populer oleh seniman Betawi legendaris, Benyamin Su

LEBARAN DAN ANAK KECIL

Gambar
Menelusur medsos Facebook sejenak ketika jam HP menunjukkan semakin dekat waktu istirah kerja, 12:00 adalah biasa. Sering senyum baca status media sosial yang bener tapi ngaco. Bener maksudnya tapi sering ngaco cara penyampaian dan banyolnya. Itu biasa. Hiburan. Tetapi sekali ini aku terhenyak oleh puisi biasa. Jelas menjadi tidak biasa. Inilah puisinya. Ditulis oleh Didin Tulus: Puisi Anak Kecil aku puasa maka aku berlebaran Apa yang mampir di benak Anda setelah membaca puisi pendek Indonesia itu pada ruang status? Lebih tepat kalau disebut puisi itu adalah puisi orang dewasa (Didin Tulus) yang mencoba menyampaikan perasaan anak kecil. Sepintas tentu sebagai peristiwa biasa. Tetapi menjadi luar biasa dari kacamata 'muisi'. Menjadi puisi, melahirkan puisi, atau menjelma jadi puisi. Kalau saja si anak kecil itu sadar pada proses kontemplasi pemikiran, peletupan kesadaran, ungkapan kesaksian, dan proses penerimaan eksistensi sebuah puisi/syair pada dirinya, maka itu akan

GENDEWO LAN JEMPARING

Gambar
Penyair dan penggiat seni kelahiran Wanayasa Purwakarta, Ayi Kurnia Sukmasarakan membikin aku tertarik untuk membahas singkat soal gondewah jeung jamparing alias gendewo lan jemparing. Pasalnya di Minggu akhir Romadon 2017 ini dia yang lagi ngadain kuis/lomba bikin status FB, nulis status di medsos Facebook yang isinya ngritik musisi Ahmad Dani. Yang dinilainya salah bikin lirik lagu ini: "Tatap matamu bagai busur panah yang kau lepaskan ke jantung hatiku" Menurut Ayi, "Saliwat siga nu betul (matak laguna payu ka ABG oge) padahal lamun ditalungtik, ini jelas ngacapruk. Busur panah mah gondewa nu dicekelan ku leungeun kenca, nu aya tali pembentang paragi melepaskan anak panah. Lamun Busur panah dilepaskan atuh meureun ngabetrik kana beungeut. Kuduna yang dilepaskan mah anak panah, lain busur panah. Bukti bahwa Ahmad Dhani sebenarnya ngacapruk (asal jeplak, pen.)" Lalu saya komentari dalam bahasa prokem medsos, bahwa saya sendiri sebagai Anak Perkebunan yang sejak

THR PENYAIR

Gambar
Penggagas grup medsos Facebook Lumbung Puisi Sastrawan, RgBagus Warsono menulis status: Ada sekitar 51.400 penyair di Indonesia, silahkan Pemerintah memikirkan THR-nya. Saya tergelitik asyik untuk menurunkan tulisan ini di Cannadrama.blogspot.Com. Sedikit di bawa ke ranah serius santai. Begitulah. Dan judulnya saya bikin segaris dengan maksud, THR PENYAIR. THR adalah singkatan untuk Tunjangan Hari Raya. Biasanya berlaku untuk dua hal. Pertama, sesuai peraturan pemerintah tentang pemberian THR kepada kaum pekerja. Kedua, pemberian-pemberian yang tidak mengikat, berupa uang atau barang, kepada seseorang dengan maksud sebagai hadiah spesial lebaran. Peristiwa kedua inilah yang secara sosial sering mengakibatkan seoang pedagang eceran suka nyeletuk kepada Si Engko pemilik toko grosir, "Ko, mana nih THR-nya?" Begitulah. Model THR kedua ini pula yang pernah membuat negara gerah karena dikhawatirkan akan banyak parsel atas nama THR, padahal sogokan. Gratifikasi. Korupsi. Bagi p

DUA MOMEN SANTRI DI ANTARA DUA BULAN HALAL DAN SENIBUDAYA

Gambar
Setidaknya, akhirnya saya harus mengamini dua hari santri di Indonesia ini. Setidaknya yang ada dalam benak saya. Bukan rekayasa maksud sosio-politis yang tidak-tidak. Pertama yang sudah saya sadari sesadar-sadarnya sejak kanak-kanak. Bahwa 1 Muharom sebagai waktu pergantian tahun baru Islam adalah waktu untuk hari santri. Karena sudah lazim di hari itu semua pelajar dari seluruh sekolah, termasuk dari berbagai pondok pesantren tumpah ke jalan mengadakan pawai hijrah. Biasanya didahului oleh pawai obor pada malam pergantian tahun. Dan dilanjutkan dengan berbagai lomba, aksi panggung dan Tablig Akbar seputar tema hijrah. Ini sudah tertanam di benak siapapun di Indonesia ini sejak jaman dulu. Kedua sejak pemerintah menetapkan hari santri secara khusus. Merujuk pada perjalanan sejarah perjuangan bangsa, khususnya kaum santri, yang mewarisi para ulama pejuang pendahulunya serta menginspirasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Keduanya patut kita syukuri. Meskipun pada awal

ORANG KAMPUNG NONTON PERSIB DI TV

Gambar
Dari sekian juta penonton sepakbola asal Jawa Barat, mungkin saya termasuk orang yang 'pernah belajar mencintai Persib'. Yang lain natural tanpa belajar. Mengapa? Persoalannya bukan pada para pemain-pemainnya semisal Ajat Sudrajat dll. Tetapi pada perilaku suporternya yang pada dekade tertentu sempat berada pada posisi terlalu keras dan cenderung rusuh. Meskipun soal fanatisme bisa kita temui logikanya. Itu sebabnya saya lebih mudah memahami Bandung Raya (Peri Sandria Cs) dan suporternya yang lebih tenang. Lebih ringan untuk dinikmati sambil makan kacang. Perlu dicatat, sesungguhnya penonton Bandung Raya pun adalah sebagian dari penggembira Persib juga. Yaitu mereka yang pro sepakbola Jawa Barat, atau pro sepakbola Bandung. Tetapi sejak Bandung Raya mundur dari perhelatan sepakbola nasional, saya mau tidak mau harus nerima Persib Bandung. Karena saya sangat butuh kesebelasan Jawa Barat yang bisa mengangkat persepakbolaan Jawa Barat, Bandung khususnya sebagai Citra ibukotanya

ANTOLOGI PUISI SUARA HATI - cannadrama

Gambar
KEMBANG MAYANG DI HALAMAN DEPAN  Alangkah indahnya, andai keindahan itu tetap menyemai kebaikan, karena keindahan itu hal baik, maka biarkan kebaikan tetap terasa indah dan indah itu berguna karena banyak menebar keutamaan   Banyak kata kata deras lepas di lidah setiap hari, karena begitu derasnnya mengalir, hingga kita tak lagi dapat menghitung dan mengingatnya tetapi kata kata yang meluncur lewat sastra berupa syair, prosa dan sajak, akan tersimpan dalam benak dan angan, seperti kita bercermin pada kaca Pada saat bercermin itulah, segala nampak dan terasa, kisah masa dulu, cerita masa sekarang dan mimpi masa mendatang  Kumpulan Sajak Wisata Sastra  ini, sebagai buah dari kuncup bunga yang tumbuh dipojok Taman Wisata Sastra Situ Buled, mekar dan merekah sebagai Suara Hati, sungguh merupakan kumpulan sajak yang patut menghiasai rak dan ruang dalam pikiran kita, menjadi teman dalam perjalanan serta menjadi sahabat dalam kegundahan Wisata Sastra Situ Buled, akhirnya dapat m