Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

DINDING PUISI 111 - 120

Gambar
DINDING PUISI 111 Betul. Ini serius. Kalau anda menyanyikan lagu Begadang dari Rhoma Irama, ya begitu itu lagunya dari dulu sampai sekarang. Dari panggung ke panggung. Pun kalau anda menyanyikan lagu Berita Kepada Kawan atau lagu Ayah dari Ebiet GAD. Selalu begitulah menyanyikannya. Yang beda itu kan cara menjiwai, mengekspresikan dan mengeksplorasi khasnya masing-masing. Sebab khas Rhoma, Ebiet, Rosa, Tulus, dll kan gak bisa dipaksakan pada penyanyi lain. Beda dengan musikalisasi puisi. Saya katakan, ketika puisi Aku dari Chairil Anwar digarap musikalisasinya oleh beberapa mahasiswa dari kampus A di pulau Jawa, hasilnya akan beda dengan hasil musikalisasi beberapa mahasiswa dari kampus B di Sumatra, misalnya. Termasuk dalam hal pilihan musiknya. Mungkin pada kelompok satu lebih cenderung ke pop balada sementara yang lain cenderung pop rock. Malah pada puisi-puisi lain yang sama, pada satu kelompok dibuat berirama keroncong, pada kelompok yang lain dibikin ngedangdut. Begitulah musik

STATUS: PUISI RAMADAN PUISI HIDUP

INI HIDUP INI PUISI Tiba-tiba merasa perlu berargumentasi. Puisi dalam buku antologi bersama ini berjudul Hidup Romadon, meskipun maksud saya ya Hidup itu sendiri. Sebab kita sering terjebak pada ruang sempit kalau sudah berhadapan dengan istilah Islam. Bahkan saya memaklumi kalau ada yang semangat membaca puisi ini dengan judul Hidup. Sebab, bahkan Islam itu artinya Hidup, hidup yang selamat. Lawannya kematian. Ya , menggunakan cara baca sebagian anda, ini memang betul seperti bukan puisi. Maklum kita sering terjebak pada penjara ketentuan sepihak yang keji, puisi itu begini dan begitu. Tetapi karena saya penyair, maka sudah pasti ini puisi. Kemayoran, 7 Oktober 2017

POLITIK DAN PUISI, STATUS FB 2016

POLITIK DAN PUISI? Sederhananya, puisi itu, kalaupun tidak indah karena 'permainan' bahasanya, setidaknya bernilai indah karena pesan kemanusiaannya. Ukuran kemungkinan dimuat koran, diperdengarkan di radio, atau diterbitkan pada sebuah buku, adalah satu jalan menemui kualitas. Mencapai pengalaman universal kemanusiaan, bukan kecenderungan pribadi, menjadi pertimbangan keumumannya. Melahirkan puisi, kecerdasan yang bijak sangat dipertaruhkan. Kecuali kalau sebatas teriakan dipanggung tanpa kontrol yang terdengar seperti puisi. Rugi kalau kita mematikan wajah kepenyairan yang agung pada diri kita  dengan memandulkan intuisi keumuman itu. Karena para pembaca (apalagi penyair-penyair yang kuat kepenyairannya) akan mencatat untuk kurun waktu seumur hidup. Bukan untuk kebutuhan politik praktis 5 tahun, misalnya. Kemayoran, 20 November 2016

KENANGAN WAYANG?

DEPAN WAYANG TVRI Kalo lagi nonton wayang kulit, seperti malam ini depan TVRI. Saya pasti teringat almarhum bapak yang sangat suka wayang. Yang lahir di Bogor, tetapi karena berasal dari keluarga besar Wong Jowo (Banyumas), setelah 'pensiun' dari perkebunan berumah dan meninggal di Sukorejo, Kendal. Maklum, dulunya lama jadi mandor besar perkebunan kopi Curug Sewu. Kedua, saya pasti terkenang pengalaman sejak kecil depan tontonan wayang, baik langsung atau depan TV. Kadang saya sangat serius pada jalan ceritanya, kadang lebih fokus pada cara dalang memainkan wayang hingga membuat simbul-simbul melalui piihan gerakan dan penggambaran, tapi kalau sedang sedikit terkantuk-kantuk suara dalang, gamelan dan sinden seperti romantisme langit paling menentramkan. Subhanallah. Apalagi sejak kelas 4 SD bapak saya kalau malam-malam suka ngajak mendengarkan siaran wayang kulit dari radio, RRI Jakarta. Kalau wayang golek Sunda, sejak SMP saya biasa dengar dari radio swasta lokal. Selain pe

BANGGA 6 TAHUN PAWONMAS

Turut bangga, 6 tahun Pawonmas. Menurut #nalikan, 5 dan 6 artinya penengah. Artinya rukun. Menjalin kesatuan dan persatuan. Persaudaraan dan kekeluargaan. Gotongroyong dalam berbagai sendi kehidupan.  Saya mersakan aura besar ketika bersama Pawonmas, meskipun kontribusi saya kecil saja, tidak seberapa, hanya sebatas penyampai beberapa gagasan, yang mesti direalisasikan/ dieksekusi oleh tim kreatif. Gagasan itu misalnya, agar Pawonmas punya website mandiri, menembuskan informasi kegiatannya melalui radio, koran dan TV, serta memanfaatkan media sosial seoptimal mungkin. Baik facebook, twitter, instagram, blog, dll. Tentu prakteknya mudah saja. Karena yang sulit adalah konsistensi dan kontinuitas penanganannya. Termasuk dalam hal membuat pamflet, slide, dan video-video promo. Demikian waktu saya berada dalam Departemen Informasi. Sementara berkaitan dengan hubungan antar lembaga. Saya pernah sampaikan, ada hubungan kelembagaan secara internal dan eksternal. Hubungan internal terbagi du

MENAFSIR JAKARTA DI HARI PAHLAWAN

MENAFSIR JAKARTA DI HARI PAHLAWAN Coba kau tafsir. Aku menulis bahwa sejak jauh sebelum detik-detik proklamasi kemerdekaan RI, selalu ditandai kumandang takbir dari manusia mayoritas di Indonesia, Ummat Islam. Padahal sekaligus maksud saya memberi kode, wajar kalau secara konstitusional Ummat Islam punya harapan besar untuk jadi presiden dll. Tidak perlu ribut-ribut. Ketika dibuat 'satus' di mefi sosial facebook dapat like dari saudara-saudara saya di Manado yang Kristen. Apa artinya? Selamat hari pahlawan. Catatan kita di Jakarta hari ini. Bahkan kalaupun Ahok yang Kristen sampai terpilih kedua kalinya, itu lebih sebagai prestasi keberuntungan. Ada sebab di hari naiknya dulu. Karena dalam perjalanan sejarahnya akan sulit di Jakarta yang mayoritas muslim, gubernurnya non-muslim. Termasuk di era pasca-Ahok nanti. Kenapa ribut-ribut? Gak penting. Bahwa ummat muslim tidak boleh dipimpin oleh orang kafir, itu hukum mutlak. Kebenaran firman. Hakekat hidup. Bagaimana mungkin kesel

MOTIVASI KREATIFITAS

KEMENANGANMU, TETAP BERPROSES KREATIF sudah kubilang, hidup ini kemenangan-kemenangan. Karena Allah yang memanggil dan menempatkanmu. Bahkan segala menyambutmu. Jangan kecilkan. Kecuali akan terjebak kufur nikmat. Coba lihat seluruh pintu, jangan cuma dari satu jendela. Siapa tahu matamu tertipu. Percayalah energi malaikat tidak menipu, karena ketaatannya kepada Allah. Dan ingat, kemenangan itu juga memiliki airmata keharuan. Karena itu kau menangis. Bahkan kesangsian adalah motivasi untuk menemui jawaban-jawabannya. Salam kemenangan. Kemayoran, 09 11 2015

PENGGEMBALA DAN POLITIK

Gimana kalau ada seorang penggembala yang katanya sakti mandraguna, ditakuti banyak orang, bahkan ditakuti raja-raja syetan berkata begini: 1. He kambing-kambingku, makan saja semua yang kau mau sesukamu, termasuk tanaman para petani itu, kalau ada yang nyalahin kamu, bilang saja, kamu kan binatang tak berakal pengetahuanmu cuma terbatas jadi mohon dimaafkan! 2. Atau kamu bilang, akalmu terbatas, itu sudah maksimal, salah sendiri tanaman petani itu tidak dijagai! 3. He binatang-binatangku, aku sedang tidak suka pada seseorang, tapi aku manusia. Aku punya akal. Nanti kalau dia lewat kamu sruduk dia sampai pingsan dan terluka. Kamu akan dimaklumi, karena kamu binatang. Kamu tak berakal! 4. Kalau suatu saat ada yang mengganggumu datanglah cepat-cepat padaku. Aku akan membelamu meskipun kamu salah telak. Sebab aku tahu kamu binatang, pengetahuanmu terbatas. Jadi harus dimaklumi. Apakah kita penggembala seperti itu? Ataukah kita seperti binatang gembalaannya itu? Kemayoran, 08112016

ENTAH, Tulisan FB 7 Nov 2015

CINTA tiba-tiba putih-abu kita malu-malu bicara cinta ___________ KETAKUTAN KITA entah yang kaufikirkan, waktu aku bicara soal istilah-istilah dalam wayang yang biasa dipakai dalam puisi, cerpen, novel dan bahkan bahasa tutur dengan Ari Kpin Yj, dia menyebut, sayangnya hari ini siapa yang bisa mengenal istilah-istilah apapun dari wayang itu? apapun dari tangan manusia memang bisa sirna, tetapi romantisme apa yang masih dimiliki pendahulu kita yang bisa kita kenang sebagai pepeling, ajen atikan, titen ciren, hiburan hati? Segalanya akan menjadi sia-sia, kering dan tandus. Apalagi manusia sekarang mengaku tidak suka hal-hal rumit, ingin bersenang-senang saja, yang penting happy. Mereka lupa bahwa kesejahteraan itu ada pada rasa dan fikir. Yang paling merasa menggenggam dunia bukan yang memegang sebanyak mungkin uang, tetapi yang membuka semua rahasia, termasuk kedok-kedok zaman yang menipu. Orang-orang zaman dahulu yang berhati-hati, sudah melihat ketakutan kita hari ini. ketika