Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

DINDING PUISI 180

Gambar
DINDING PUISI 180 Siap, Sahabat. Kini puisi saya melihat Pancasila Bung Karno. Saat saya menulis catatan ini terlepas dari pro-kontra RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) yang heboh belakangan ini. Sebab saya sedang ingin bersuara murni tentang ideologi yang disampaikan Bung Karno, representasi gerakan bangsa Indonesia. Bukan Bung Karno sebagai pribadi manusia. Tetapi oke boleh disebut juga, "Bung Karno" sebagai kemanusiaan yang humanis-universal, sebagai bangsa Indonesia.  Setahu saya, benar, Bung Karno yang meneriakkan dan memopulerkan nama atau sebutan PANCASILA untuk pertama kalinya, yang kita artikan lima sila. Ini pula yang secara historis dan filosifis menjadikannya sangat mengakui sila-sila Pancasila sebagaimana yang kita kenal hari ini. Yaitu:  PANCASILA 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo

CATATAN ENTAH DI FB 24 JUNI 2018

Gambar
MEMASUKI FIKSI HIDUP Dari banyak ingatan hidup, kalau ingat aula Radio Lita FM Bandung, 1999. Saya teringat Acara Mingguan Apresiasi Sastra, Komunitas Teater Dan Drama Radio, serta Lomba Puisi Se Jawa Barat dengan tema Reformasi dan sebaran brosur, Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh. Kalau ingat Taman Wisata Situ Buleud Purwakarta, 2011. Saya teringat Wisata Sastra Mingguan, semangat Bangkit Itu Anti, dan penerbitan buku antologi puisi, Anti Miras Dan Narkoba. Kalau ingat Lapangan Banteng Jakarta, 2014. Saya teringat tulisan saya di Pesta Buku Jakarta, Aku 'Hapuskan' Orang-Orang Korupsi. Kalau ingat kamu aku ingat puisi yang membuatku berdoa, "Ya Allah, berilah aku pemandangan ikan-ikan di akuarium yang indah, sensual dan menghibur. Yang serba halal dan tidak meracuni". Hidup jadi seperti melulu dongeng terserak bernasehat. #gilangteguhpambudi Cannadrama.blogspot.com  Cannadrama@gmail.com

DINDING PUISI 179

Gambar
Melalui pintu makrifatullah ---tanpa harus menuding dengan label Partai Maktifatullah atau Golongan Makrifatullah yang sering diucapkan secara sesat itu, kita bisa berhikmah pada apa saja, seluruhnya tanpa kecuali pada hidup ini. Makrifatullah adalah memandang atau melihat Allah sepenuhnya, yang secara bijak dan ihlas bisa dipahami melihat seluruh peristiwa hidup sebagai proses kerja Allah yang maha kuasa, maha adil, dan maha mulia semata. Sehingga sungguh tepat menyebut makrifatullah sebagai maqom (makam). Titik ketinggian ilmu. Tempat hakekat ziarah.  Dari sini kita akan melihat masa lalu dan masa depan. Sekaligus dalam ritual membelahdiri pada tubuh manusia yang banyak, di mana tubuh kita di masa lalu, dan di mana tubuh kita di masa depan? Dan tersimpan di titik peta mana dalam kitab suci? Sebab kita pun sudah disebut-sebut secara tegas dan jelas. Tidak ada yang samar. Lalu manusia-manusia seperti apa yang kedatangannya dirindukan bumi, sehingga pohon-pohon merunduk dan cahaya binta

DINDING PUISI 178

Gambar
Saya sudah teriakkan Bos, melalui buku antologi puisi JALAK, Jakarta Dalam Karung. JALAK adalah model akronim ala-ala #OrangRadioIndonesia ketika bikin mata acara spesial. Bagian dari racikan on air. Tetapi mengapa JALAK? Ya. Apa salahnya "jalak teriak?". Bahkan suatu ketika sebuah puisi pendek pernah saya tulis: HAL JALAK tapak jalak galak jalak  gelak jalak  kelak jalak  Kemayoran, 16 17 2016 ------ Bahkan sudah bertahun-tahun saya memelihara burung kicau Jalak Kebo alias Jalak Banteng alias Jalak Sungu di rumah. Tentu senang mengajak jalak itu bicara apa saja. Atau mendengarkan jalak itu cerita apa saja sesukanya, sejujurnya. Jakarta Dalam Karung (JALAK) adalah sebuah parameter. Kalau disebut hadiah ---terserah mau disebut hadiah dari Tuhan atau dari Pemerintah, terserah mau disebut sesuatu atau makanan, yang jelas kalau Jakarta dianggap seperti beras dalam karung, kita pasti akan mengukur-ngukurnya. Pertanyaan umumnya, apa dan seperti apa yang ada di dalam karung? Bukanka

PENGANTAR BUKU ANTOLOGI PUISI BUMI CINTAKU

Gambar
BUMI CINTAKU adalah antologi puisi yang ditulis dalam suasana pandemi virus corona di Indonesia, beberapa saat setelah pandemi ini menjadi berita dunia karena menciptakan suasana mencekam di Wuhan, Cina. Segala aktivitas nyaris terhenti, terutama yang berupa kerumunan manusia, berubah menjadi aktivitas harian terbatas di rumah-rumah. Kota-kota sepi dan 'mati'. Masyarakat dihimbau rajin mencuci tangan atau memakai hand sanitizer, memakai masker, jaga jarak, dan menghindari bepergian. Para petugas khusus kerja keras menyemprotkan disinfektan di mana-mana dan membagikan masker. Pemerintah sibuk mengurus bantuan sembako untuk sebagian masyarakat di rumah-rumah, mengatasi masyarakat yang terpapar virus, serta menguburkan pasien yang meninggal dengan protokol kesehatan yang serius. Juga memberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini ke mana-mana. Itu sebabnya dalam antologi ini meskipun tidak secara langsung memotret suasana itu s

HAL JALAK

Gambar
Nemu tulisan Agustus 2016 di grub FB Puisi Pendek Jndonesia. Asyik juga. Yuk kita baca lagi. HAL JALAK tapak jalak galak jalak  gelak jalak  kelak jalak  #puisipendekindonesia -------- mengapa saya suka jalak kebo?  disebut jalak kebo atau jalak kerbau, karena burung berwarna hitam, dengan kaki dan paruh kuning, serta goresan putih di ujung sayap, ekor dan lingkar mata ini, biasa hidup di punggung kerbau, binatang sejenis banteng. Bahkan saya juluki jalak banteng atau Si Banteng. disebut juga jalak sungu atau jalak tanduk karena nampak eksotik ketika bertengger pada tanduk. Bercengkrama di situ sambil makan kutu-kutu.  disebut juga jalak sawah, karena hidupnya di areal persawahan. Sehingga kalau siapapun berteman dengan jalak kebo, ia akan merasa hidup sebagai anak sawah atau manusia sawah, atau teman petani. dari warna hitamnya burung jalak berkesan galak termasuk pada bagian suara-suara tertentu. Tetapi aksen putih pada mata dan ujung bulumya, dan warna kuning pada paruh dan kakinya

DINDING PUISI 177

Gambar
Anda dapat pesanan bikin puisi? Kalau hati suka mengapa mesti nolak? Misalnya anda diminta untuk membuatkan puisi untuk seseorang yang mau naik panggung, atau tiba-tiba utusan dari suatu intansi datang ke rumah anda, meminta anda untuk membuat dan membaca puisi dengan tema yang sangat khusus beberapa hari yang akan datang. Mengapa tidak? Kita kan punya rahasia umum di dunia kepenyairan. Jika seorang penyair menerima tantangan untuk menulis puisi tertentu, pasti dia yakin pengalaman yang mengendap di jiwa sudah waktunya untuk ditumpahkan. Artinya, tidak ada penghianatan atas proses hamil dan melahirlan puisi yang sangat mendesak, kalau perlu melalui operasi caesar. Tidak lahir normal. Toh setiap bayi yang lahir selamat wajib diselamatkan.  Beberapa hari lalu sayapun dapat pemberitahuan dari suatu kepanitiaan untuk melibatkan beberapa puisi saya dalam sebuah antologi puisi bersama dengan tema, perkawinan anak bukan pilihan. Spontan untuk menjawab ya atau tidak, saya langsung menyelami wi

DINDING PUISI 176

Gambar
Ok. Saya awali dengan jawaban saya yang sudah saya pertahankan bertahun-tahun atas pertanyaan, "Apa puisi pendek Indonesia itu?" Yang jelas jawabannya gak slenge'an, "Itu nama satu grup Facebook yang dimotori Gilang Teguh Pambudi dkk selain grup Dinding Puisi Indonesia". Puisi pendek Indonesia adalah puisi pendek berbahasa Indonesia, bukan terjemahan dari bahasa asing ---termasuk di dalamnya yang lazim disebut puisi singkat--- yang bisa dibaca cepat dalam setarik nafas dalam cara baca yang normal. Cara baca yang normal yang dimaksud adalah pembacaan yang sempurna intonasinya sehingga dimengerti dengan jelas maksudnya. Tentu setarik nafas yang kita maksud, sesuai dengan tarikan nafas manusia pada umumnya saat membaca cepat. Tidak seperti pada aktor teater yang mahir atau penyiar radio handal yang sudah berlatih intensif, teknis baca cepat untuk olah reflek dalam pengucapan dan untuk menghindari salah ucap.  Kalau dilihat dari jumlah baris atau lariknya, puisi pen

OMES (?)

Gambar
Ramadan 1441-H kali ini saya termasuk rajin mengikuti acara Qasidah Fest di TVRI, meskipun secara entertain  acara ini masih memiliki banyak kelemahan di sana-sini ----maklum saya bertahun-tahun jadi orang radio dan orang panggung, selain sesekali pernah ikut nongol di TV lokal. Qasidah dari penampilan artistiknya ---non vokal, setidaknya terbagi tiga. Pendapat ini pula yang kadang membuat sebagian pihak menyebut saya, OMES (otak mesum). Ya, silahkan saja. Monggo mawon. Pertama, penampilan yang mengedepankan busana longgar, jauh dari kesan seksi. Sebagai gantinya, kualitas suara atau isi liriknya menjadi jaminan utama. Kedua, penampilan yang fleksibel. Pada acara tertentu berbusana tidak seksi, tapi di even lain bisa sedikit seksi. Meskipun tidak berani terlalu seksi. Dan yang ketiga, ini adalah penyanyi atau kelompok qasidah yang justru hadir sebagai penghibur yang sangat memperhatikan eksotisitas panggung. Tentu cenderung seksi selayaknya tidak sedikit penyanyi gambus, dll. Bagi saya

OPO AKU SALAH "NALIKO" URIP SA OMAH

Gambar
Denger Kenangan Nickerie-nya Didi Kempot malam ini di tipi saya teringat "naliko", "nalika", #nalikan  -------- Berikut ini 9 nalikan yang sudah disosialisasikan oleh Sesepuh Lumbung Puisi di MajalahSuluh.blogspot.com, sebelum terbit dalam Buku Tadarus Puisi 1441-H: 9 NALIKAN DUNIA TUMBUH 1. NALIKA kulempar sauh dari dunia tumbuh 2. DUNIA dunia tumbuh di kedalaman jiwa 3. JIWA jiwaku malam terang cahaya hidup 4. CAHAYA cahaya terang saum Ramadan kita 5. KEMULIAAN titian lurus bulat cahaya bumi 6. SEMESTA kureguk rindu cinta semesta insan 7. ANGGUR RAMADAN sepetik dawai anggur Ramadan tumpah 8. MANUSIA SEPERTIGA MALAM melarung rasa di sepertiga akhir 9. HALAL SYAWAL kusentuh bulan membentang halal Syawal ----- *) Nalikan adalah puisi pendek empat baris dengan pola bunyi/sukukata 3-2-5-2. Pada baris terakhir bisa juga 1 hingga 9 suku kata. Rentetan angka yang mengandung pesan, "kesaksian dan kesungguh-sungguhan menyemai kebaikan yang berkeadilan dalam kehidupan s

BAB SASTRA KORAN & PROKLAMASI SAYA

Gambar
TARIAN SYAIR PENYAIR  langit dan bumi persegi empat penyair dalam rumahnya tubuh singkong dalam tanah  matanya garuda angkasa ditepuk-tepuk kedua pahanya berirama apa saja bersaksi apa saja mengabarkan apa saja menyadarkan apa saja  membangkitkan apa saja telanjangnya bergerak hati kadang tenang, sangat tenang kadang riuh, liar dan terbakar dari mulutnya kata-kata lepas dari jemarinya kalimat-kalimat menguasai seluruh alamat beranjak ke atas kotak merah,  kotak putih, kotak kuning, kotak hijau, dan semuanya suara-suara dari pahanya  terus menuntut kekuatan  melecut dirinya  bahkan malaikat menambahi kerasnya hingga cemeti langit halilintar  telinganya tajam merekam tragedi sawah ladang runtuhnya kota-kota bahkan kuburan yang hancur  dan mesjid yang dicuri kiblatnya Kemayoran, Jumat, 21 12 2018 Dari antologi TAGAR (Tarian Gapura, JM-Bandung)  ------ Sejak tahun 1988 (usia SMA) saya biasa menjajaki peluang karya saya dimuat koran. Baik cerpen maupun puisi. Baik di koran pop,

DINDING PUISI 174

Gambar
Saya mau ngasih ilustrasi sedikit tentang sastra, khususnya puisi, sebagai gerakan sosial. Gak apa-apa berkaitan dengan pengalaman saya. Sejak usia SMA saya sudah nulis untuk koran. Tetapi saya sudah berfikir, apa mungkin hidup saya kelak sepenuhnya dari tulisan koran? Saya rasa tidak, karena saya ngambil SPG, sekolah pendidikan guru ---setelah dapat bisikan Bapak, lupakan AKABRI karena gak ada dana. Dugaan saya, saya akan terus sibuk di depan murid-murid Indonesia. Lalu soal menulis? Saya jawab, akan terus jadi kerja sosial saya seumur hidup. Meskipun tetap ada honornya.  Selain itu saya juga berfikir. Secara sosial menulis di koran itu hanya mengandalkan dua kunci. Mendapat jalan dari pihak koran karena tulisannya bisa sering muncul, atau cuma diberi keberuntungan sekali-kali saja tulisannya muncul. Agak lucu memang, kerja kreatif kita sepenuhnya diatur semau koran. Atau tepat disebut, logika koran.  Akhirnya saya putuskan, tetap aktif di komunitas sastra setiap hari dan seminggu sek

DINDING PUISI 173

Gambar
DINDING PUISI 173 Nusanrara bukan wilayah o'on. Indonesia tidak identik dengan masa lalu intelektualitas yang suram. Seorang mantan petinggi Majapahit saja ketahuan sembunyi di pohon terang di Kendal oleh seorang Sunan. Setelah itu ia bersyahadat. Terlepas seberapa persis kisah itu, tetapi pesan moralnya jelas sangat dalam dan humanis. Penuh cinta dan kedamaian. Sehingga aroma tradisi Hindu pada penduduk muslim di sana tidak otomatis bertentangan dengan kehidupan masyarakat Islam. Kalaupun logika kita memulainya dengan 'kecurigaan' yang normal, justru era penjajahanlah yang mulai mempertentangkan keharmonisan tradisi lokal itu untuk kepentingan sepihak. Termasuk ketika disebut-sebut masyarakat kraton Jawa merendahkan harkat wanita, tidak sepenuhnya benar. Sebab di era silam sebelum mereka datang nama-nama tokoh wanita Jawa sudah harum. Punya harkat yang tinggi. Merepresentasikan kaum wanita. Kalaupun secara pendidikan formal disebut-sebut terbelakang, justru kaum penjajahla