Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

PENYAIR DAN GURU DI DAERAH TERPENCIL

Gambar
DAUN BESI kegaduhan di kamar daun merindingkan kuncup hijau padaku menjadi tumbuh yang risau meletup kata-kata matahari ------ Apa hubungan penyair dan guru di daerah terpencil? Tentu ada. Relasi kemanusiaan. Bukankah seorang penyair mesti belajar dari sisi baik, teladan para guru di daerah terpencil? Dan bukankah seorang penyair itu menyandang status tokoh masyarakat, guru masyarakat, sang pencerah itu? Bahkan ada yang bilang, mesti seorang tokoh agama juga meskipun melalui jalur kepenyairan, tidak melalui mimbar-mimbar mesjid. Begini. Guru teladan di daerah-daerah terpencil itu ihlas dan kerja kerasnya bukan main. Segala solusi ia cari untuk memecahkan persoalan yang kompleks. Padahal untuk menghadapi kehidupannya sendiri pun sudah suatu persoalan. Tapi dia pantang menyerah. Karena kehidupan ini selalu butuh pejuang. Butuh para pihak yang sanggup memulai kemajuan-kemajuan di sektor apapun. Ditambah lagi, ahli hikmah sering menangis. Selalu menangis. Seperti air matanya tak ha

TIPIS TEBAL BUKU DAN PANJANG PENDEK PUISI

Gambar
Yuk kita bicara lagi sesuatu yang menarik soal tebal tipis buku dan panjang pendek puisi. Setelah baca tulisan pendek ini boleh nanti sore atau lusa panggil teman-teman gopi sore bareng. Tentu untuk ngomongin ini. Waktu saya baca buku Salah Asuhan dll, saya mengira itu buku tebal. Waktu umur saya kelas satu SMA. Seingat saya, selain bagian belakangnya tidak pakai klip staples, yang biasa dipakai untuk buku tipis, juga waktu untuk membacanya agak lama. Waktu itu saya berfikir kritis. Maklum usia 'ngotak'. Ketebalan buku ditentukan oleh tercapainya suatu maksud oleh penulisnya, ketika dia harus memulai dan mengakhiri ceritanya. Jadi benar-benar pas. Kalau harus panjang ya panjang, kalau harus tebal ya tebal. Sampai suatu ketika saya mencoba kemampuan menulis. Ini benar-benar bukan untuk menulis yang sesungguhnya. Suatu hari saya pinjam mesin tik ke Pak RW. Maklum gak punya. Karena sering jadi panitia kepemudaan itu soal mudah. Saya yakinkan dalam hati, 6-7 hari sebuah novel den

VERSI JUALAN BUKU PUISI

Gambar
Saya sebut saja ini versi saya. Versi Orang Radio Indonesia atau Seniman Radio Indonesia. Versi jualan buku puisi di radio. Tapi bukan sebagai iklan khusus. Lebih mirip informasi pustaka saja. Sejak awal tahun 90-an, setiap mau siaran Apresiasi Sastra selalu tas saya penuh buku. Sebab di acara itu saya selalu membaca puisi saya, biasanya untuk pembukaan dan penutupan acara. Membaca puisi-puisi dari buku. Dan tentu saja membacakan puisi masyarakat (pendengar) yang dikirim via surat, belakangan menyusul juga via SMS. Yang via SMS ini saya sebut puisi pendek. Waktu itu masyarakat umum gak kenal email dan Facebook. SMS pun mulai marak awal tahun 2000-an. Setiap saya membahas puisi seorang penyair dengan menyebutkan sumber bukunya, sudah pasti masyarakat dapat informasi pustaka. Lebih dari itu, dengan gaya penyampaian yang sangat apresiatif, masyarakat seakan digiring-paksa untuk suka buku sastra, khususnya antologi puisi. Yang tidak mustahil berujung pada minat baca buku, bahkan bahkan m

KAU JUAL BUKU AKU JUAL PENYAIR

Gambar
MUSIM NULIS STATUS ini status tanpa tahun Kemayoran, 30102017 #puisipendekindonesia ------- Mungkin kau tak dengar, ketika aku menjajakan diri, "Penyair, penyair!" Ya, seperti jualan sayur atau sate. Atau mungkin kau dengar, tapi tidak penting untuk menyebut, aku dengar. Tapi aku juga mengakui ada yang dengar, buktinya kita bicara puisi. Sudah lama peristiwa yang super tidak mubazir itu terjadi. Bahkan jarak jauh pun kita masih bisa 'tos', ngopi besama. Bahkan jangan salah, tulisan ini pun selagi aku masih hidup, bagian dari jual diri kepenyairan itu. Siapa tahu ada yang manggil untuk sesuatu seperti biasanya. Jadi jangan dianggap ecek-ecek. Haha. Menjajakan kepenyairan diri adalah juga teori menjajakan kepenyairan para penyair secara menyeluruh. Gak egois. Begitu juga ketika seorang pelukis ingin dibeli karyanya, dia bilang, "Karya pelukis-pelukis itu layak diapresiasi". Dia tidak cuma membawa dirinya sendiri. Meskipun secara khas, dia punya sisi menonjol

ONDEL-ONDEL TOLAK BALA (?)

Gambar
Ada, beredar di Betawi bahwa pada jaman dahulu ondel-ondel berfungsi sebagai tolak bala. Macam-macam cerita rakyat ada di belakang itu. Apakah Anda mempercayainya? Tolak bala yang paling hakiki adalah niat hati untuk menginginkan sesuatu dan menolak sesuatu. Biasanya di kalangan terdidik dan insan beragama berada di garis lurus, niat baik menolak niat jahat. Niat jahat yang ditolak adalah niat jahat dalam diri dan niat jahat dari pihak lain. Tolak bala juga berlaku untuk menolak penyakit dan menolak nasib buruk. Dalam bahasa agama, tolak bala bisa diartikan berdoa. Sebab berdoa adalah berharap kebaikan dan menolak kemalangan. Berharap keselamatan menolak celaka. Tetapi doa-doa bisa disimbulkan dengan suatu bentuk dan warna. Semisal janur kuning dalam adat nikah sering ditafsirkan sebagai kematangan, kesadaran, ikatan sejati yang dikenal, bahkan berorientasi pada kesejahteraan lahir batin. Yang sesungguhnya itu adalah doa dalam suatu bentuk karya seni. Roti buaya pun perlambang. Doa

ONDEL-ONDEL SABTU-MINGGU DAN PERMANEN

Gambar
Persipura Jayapura belum lama menekuk tamunya AREMA Indonesia, 3-1. Tim futsal Indonesia vs Myanmar baru dimulai. Jam 4 sore di Jakarta, saya keluar rumah. Manasin motor sebentar dengan keliling  30 menit. Sesekali berhenti di toko burung kicau. Setidaknya ada 5 toko yang saya hampiri selintas-selintas. Meskipun minggu ini gak ada niat beli burung. Sebab yang ada di rumah sudah cukup. Yang saya perlukan cuma beli pakan burung. Tapi tahukah Anda, apa kira-kira rahasianya? Cuma 30 menit keliling ke tempat-tempat yang gak jauh, saya melihat dua gapura hajatan yang memakai sepasang ondel-ondel di kanan kirinya. Gara-gara jalan-jalan singkat sore ini saya mau nulis sekilas-sekilas tentang beberapa hal berikut: 1. NGARAK ONDEL-ONDEL Sudah sering saya urai mengenai prinsip ngarak ondek-ondel. Ngarak ondel-ondel tidak hanya yang secara konvensional dikenal masyarakat, berkeliling membawa ondel-ondel yang diiringi musik, dari rumah ke rumah untuk mendapatkan apresiasi berupa uang saweran at

PRESIDEN BACA PUISI UNTUK SAYA

Gambar
28 Oktober Sabtu kemarin di istana Bogor bagus saya tulis sebagai renungan puisi pagi. Pasalnya, presiden Joko Widodo atau yang akrab kita panggil Jokowi baca puisi. Judulnya, Sumpah Abadi. Menurut informasi dari TV ditulis oleh Di. Pertama, pada tulisan saya yang pendek ini saya tertarik bicara keabadian untuk menyelamatkan generasi muda. Kedua, saya tentu mau bicara arti presiden baca puisi. Bahkan suatu ketika saya nonton Ultraman, soal keabadian ini juga dipersoalkan. Setidaknya membuat penonton bisa mikir, perlukah keabadian itu. Menguntungkan atau merugikan? Keabadian adalah sesuatu yang wajib tidak tertolak. Karena itu kuasa Allah. Rumus-rumus yang ada di muka bumi saja sudah ditetapkan kadar keabadiannya. Yang berbahaya adalah, ada pihak-pihak yang menjual keabadian semu. Kekekalan fiktif yang menghipnotis manusia untuk mengakuinya. Padahal ujung-ujungnya tidak akan sampai ke mana-mana. Tetapi keabadian yang benar pun bisa mendatangkan bahaya kalau disalahtafsirkan. Misal

SUMPAH SENIBUDAYA DALAM SUMPAH PEMUDA

Gambar
Hari ini Sumpah Pemuda. 28 Oktober. Lalu setelah bertanah air, berbangsa dan berbahasa yang satu, apa sumpah kita untuk kebudayaan Indonesia, lebih khusus lagi untuk senibudaya kita? Tentu. Yang kita cari bukan sumpah keempat. Sebab dari ketiga sumpah dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu sudah sangatlah cukup. Bahkan tidak terlalu perlu untuk mencari dalih, misalnya untuk memangkas hingga sisa dua atau satu sumpah saja. Misalnya dengan satu sumpah, berbangsa dan bertanah air Indonesia. Yang kita cari hanyalah mengenali identitas di dalam sumpah itu. Budaya kita tentu saja budaya Indonesia. Seluruh ekspresi gerak berbudi dan berdayanya bangsa ini. Pun demikian khusus soal senibudayanya. Tetapi pernahkah kita merenungkan ini hingga menemui bentuknya sesadar-sadarnya? Bahkan untuk meyakini, bahwa prinsip menolak tradisi (tertentu) yang sudah kadung tumbuh di tengah masyarakat kita adalah juga budaya kita, adalah sikap yang sulit. Begitupun untuk menikmati bahwa suatu pengaruh '

KE HOTEL MENEMUI KIBLAT

Gambar
ARAH KIBLAT ke hotel-hotel aku menemui arah kiblat Kemayoran, 2015 --------- catatan: BUDAYA GREBEK Aku gak ngerti soal urusan penggrebekan orang yang 'katanya selingkuh'. Termasuk penggrebekan ala media, diberitakan selingkuh. Yang aku tahu, jangan selingkuh. Jangan ngajarin orang selingkuh. Jangan puter lagu-lagu yang menghalalkan selingkuh. Aku gak yakin dua orang pria-wanita di satu rumah. Atau di suatu kamar hotel. Prianya sudah beristri, wanitanya janda. Atau prianya beristri, wanitanya bersuami. Atau wanitanya bersuami si prianya lajang. Berarti 100% pasti mereka selingkuh. Aku gak yakin. Minimal untuk pantas diberitakan dan dipersepsikan selingkuh. Puluhan tahun aku jadi EO, panitia acara-acara. Kalo gak di lobi ya kamar hotel tempat diskusi. Kalau dua-duanya lajang? Analoginya, kalau pacar anakku datang trus kecegat hujan. Trus nginep karena kemalaman. Aku gak setuju mereka digrebek. Atau bapak ibunya disalahkan. Yang aku tahu, penggrebekan itu untuk pelak

BESOK BANDUNG MENARI

Gambar
Saya dapat kabar dari akun Facebook Endang Caturwati bahwa besok, Kamis malam, 26 Oktober 2017, De Majestik Bandung akan menari. Sundanese Cultural Performance. Pagelaran Budaya Sunda. Akan tampil menurut ekspose acara itu: Tari Kembang Ligar, Tari Gawil, tari Ronggeng Blantek, Tari Kelangan, Jentreng Kacapi, katineung Rita Tila, dan patrem Sang Dewi Sinta. Dengan tiket sangat murah. Umum, 60.000. Pelajar 40.000. Rombongan sekolah 25.000. Poster yang diunggah di akun sosial facebook itu, termasuk juga poster-poster tari dan kesenian lain, baik di Tatar Pasundan maupun di Nusantara ini, selalu menyenangkan saya. Kalau saya ilustrasikan, bagaikan menemui kembali kehangatan yang tidak dibohongkan di buku paket senibudaya sejak SD hingga SMA. Kalau kita baca buku-buku senibudaya sekolah, kita mendapati kehangatan seni sebagai ruang komunikasi multi kultur Indonesia. Termasuk ragam seni di dalam satu suku sekalipun. Termasuk di dunia tarinya. Hangat sekali. Saya pribadi terbeli sejak mas

APA KALIAN MENOLAK WAYANG WALI?

Gambar
Bisa dicek dalam banyak tulisan Wayang Wali oleh penulis asing. Dijelaskan bahwa di situ berlaku poliandri. Gagal paham. Atau mengulik menglitik-nglitik nunggu reaksi ulama? Sementara sudah diyakini ulamanya ulama dari negara kelas tiga, dianggap gak pinter dan pasti gak siap? Padahal Pandawa Lima itu hakekatnya satu yang membelahdiri. Kata Kian Santang, jadi 7 rupa. Bahkan ada wali yang dimakamkan 7x. Ada juga yang panjang tubuh makamnya sampai 7x panjang orang biasa. Jubah Nabi Adam 40 kali orang biasa?  Mana hasil ngaji karakternya yang membumi Nusantara dan dunia? Bukankah karakter Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa bisa membaur atau saling menguat menjadi sebuah kepribadian yang soleh dan kuat? Ini bagian dari keberagaman pendidikan karakter yang dimulai dari diri sendiri lalu ngaji sosial, atau kalau dibalik, kita lihat hakekat kebutuhan sosial bagi manusia lalu digunakan untuk ngaji diri. Maka ujung-ujungnya manusia disebut mahluk sosial. Mustahil tidak. Seorang prib

KESEPAKATAN DENGAN TUHAN

Gambar
Sering kita membaca kalimat motivasi yang membuat kita tiba-tiba harus bangkit. Entah mengapa selama ini seakan menunggu-nunggu sampai kalimat itu datang. Rentang berapa lama? Seberapa banyak energi terbuang percuma? Tetapi kalau saja kita bisa menengok sisi arif bijaksana yang meyakinkan pada diri kita, sesungguhnya selama ini kita sudah meminta tempat. Dari itu kita sudah pasti penuh motivasi bergerak ke suatu arah, atau ke arah manapun. Dan pada perjalanan itu pula kita seperti sedang berbicara dengan Allah tentang setiap rencana, dan pintu-pintu yang juga telah kita minta kepadaNya. Pintu-pintu keselamatan tentu saja. Pintu-pintu yang punya harga nama kita di situ, wangi sorga, belum tentu di tempat lain yang pernah kita sesali tak kunjung datang. Ketika kita sedang berjalan dengan sangat semangat ke Utara. Membawa seluruh persyaratan dan bentuk bangunan masa depan yang komplit. Suatu ketika Allah mengingatkan, "Doamu dulu, 'Berilah aku jalan keselamatan'". Lalu

MET PAGI TINO SIDIN SE INDONESIA?

Gambar
Saya perlu menyapa begini karena di seluruh Indonesia ini banyak pelaku pendidikan ala Tino Sidin. Yaitu menjadi guru gambar khusus anak-anak. Setidaknya untuk usia TK, SD, dan SMP. Ada yang guru PNS ada juga yang .... saya harus menyebut apa kalau bukan PNS, yang biasanya ngasuh sanggar gambar atau melatih dan jadi juri pengarah di sana-sini tetapi gak dapat gaji negara? Ah, pokoknya selamat pagi Tino Sidin semua. Saya juga menikmati enerji guru gambar itu sejak masih kelas 1 dengan seragam putih abu. Maklum sekolahnya di Sekolah Pendidikan Guru. Meskipun prestasi juga yang membawa saya ke ranah kerja lain. Ada juga yang bilang saya gagal jadi guru. Jadi PNS. Meskipun pernah juga dulu 2 tahun jadi guru sukwan di SD Negri, guru swasta di SMP dan guru ekstrakurikuler di SMEA. Tapi itu tudingan mereka. Saya sendiri menikmati yang saya jalani selama ini. Tentu di luar institusi sekolah, saya membina Sanggar Sastra, Sanggar Gambar dan Sanggar Teater. 18 tahun lalu, waktu saya sudah

SEPERTI CATATAN KIPER HUDA

Gambar
Saya pengagum PERSIBA BALIKPAPAN. Tanpa mengurangi kebanggaan pada kesebelasan Bali United yang sedang bersaing untuk merebut gelar juara di laga-laga akhir Liga 1 2017, malam ini (16/10) saya dukung kemenangan PERSIBA. Meskipun peluang untuk itu sangat berat. Babak pertama PERSIBA unggul 1-0 berkat gol tunggal, Sunarto. Jika di babak kedua mereka bisa mempertahankan keunggulan, sebenarnya tim yang kharismatik dengan suporter Kalimantan yang fanatik ini bisa makin jauh meninggalkan jurang degradasi. Tapi ijinkan saya untuk tidak membuat laporan hingga pertandingan di stadion Balikpapan ini berakhir. Sebab bukan itu fokus tulisan ini. Saya mau menyebut salut ketika gol PERSIBA yang dicetak Sunarto benar-benar dipersembahkan untuk almarhum penjaga gawang, Choirul Huda yang meninggal  seusai bertabrakan di kotak finalti dengan teman satu timnya di PERSELA LAMONGAN kemarin. Ketika menjalani laga panas menghadapi SEMEN PADANG.  Bahkan Sunarto membentangkan kaos bernomor 1 yang bertulisk

MENYIDANGKAN SOAL PENYAIR NASIONAL

Gambar
Jelas-jelas puisi dan kepenyairan saya yang natural sudah nangis dengan sendirinya. Nangis laki-laki, Wong Pinter bilang. Bukan nangis seperti pejabat publik yang cengeng, meskipun di belakangnya punya partai politik dan massa. Atau nangisnya seorang ibu, kata para Mpu. Nangis ngemong. Bukan anjing galak menggonggong minta tolong. Kenapa saya perlu nulis begini? Tentu sebagai awalan. Sebab seminggu ini saya punya dua kabar sederhana yang lumayan penting. Pertama, nama saya disebut dalam buku Apa Siapa Penyair Indonesia (ASPI). Kedua RgBagus Warsono menyebut nama saya di antara beberapa nama yang akan 'bertaruh' dalam kepenyairan nasional. Otomatis saya jadi tertarik untuk membuka rahasia kepenyairan nasional. Apa dan siapa penyair nasional itu? Pertama, di cannadrama.blogspot.com saya pernah menulis tentang penyair lokal dan penyair daerah. Tentu semacam sekadar pembeda. Agar kentara dengan jelas. Penyair daerah adalah penyair yang khas dan unggul karena bersyair dengan me