Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

KALI INI MEMULUNG PUISI BERKAIT

Beberapa hari lalu saya diajak masuk grup facebook #sajak_berkait oleh teman Arie Png Adadua. Tentu saya sambut sukacita. Selain memperpanjang pertemanan melalui media sosial dengan siapapun, saya juga bisa menikmati satu suasana sastra yang khas.  Seperti berkali-kali saya kemukakan dalam banyak momen, termasuk melalui siaran radio dan diskusi di komunitas-komunitas, saya termasuk selalu senang diajak bergabung dengan komunitas seni, khususnya komunitas sastra apapun. Manapun. Bahkan saya selalu mendukung penerbitan buku-buku sastra, khususnya antologi puisi komunitas, baik dengan atau tanpa ISBN. Ini sekadar pembelaan keras saya, karena telah ada pihak-pihak yang ingin mematikan eksistensi sebuah gerakan budaya hanya karena persoalan penggunaan ISBN. Meskipun secara teoritis ngurus ISBN itu gak rumit. Sebuah fakta besar telah menunjukkan, tidak sedikit buku sastra ber-ISBN kualitasnya tidak lebih dasyat dari buku-buku terbitan komunitas yang tanpa ISBN. Yang pada waktunya, sesunggu

JALAN LURUS JALAN TERUS

Selama masa kampanye Pilpres 2019, sebagai pendukung capres-cawapres petahana, nomor 01, Jokowi-Ma'ruf Amin, saya telah menggunakan beberapa tagar (tanda pagar) di media sosial. Baik dengan berempatik pada tagar yang sudah ada, maupun yang saya buat sendiri. Salahsatu tagar yang saya buat adalah #JalanLurusJalanTerus. Tagar ini saya buat dengan maksud untuk dimengerti oleh yang baca catatan-catatan saya. Tidak harus jadi viral seperti tagar lain yang nge-pop. Saya tidak mempromosikan tagar ini secara khusus. Juga tidak menyosialisasikannya kepada komunitas-komunitas untuk diikuti. Tidak pula dijadikan judul grup. Selain itu saya juga membiarkan saja model tagar ini bernilai kontemplatif. Yang reaksi positif masyarakat pembaca tulisan saya tidak harus dengan menggunakan tagar yang sama, tetapi cukup mengakurkan antara uraian singkat saya dan tagarnya. Kalau terasa nyambung, berarti telah sukses dimengerti maksudnya. Itu saja. Ada memang tagar-tagar tertentu yang sangat mudah vira

SATU BIJI PUISI

Gambar
Satu biji puisi pada seorang penyair bukanlah kegagapan proses kreatif. Ini semacam jawaban atas pertanyaan pop, di atas bis antar kota atau di sebuah taman kota, yang setiap bersinggungan dengan karya sastra biasa bertanya, "Sudah berapa buku yang terbit?" Entah argumentasi apa yang bersemayam di benaknya, bahwa kerja sastra pada seseorang itu harus identik dengan berapa banyak bukunya?  Lagi-lagi selalu mengajak kita berpusar pada angka komersil yang mengikutinya. Yang artinya, dengan banyak buku yang terbit dari proses kreatif seseorang maka semakin kuat dan meyakinkan popularitasnya, setidaknya di dunianya, dan secara ekonomi pasti hidup dari itu. Padahal, meskipun tidak menutup kemungkinan seseorang dapat royalti yang lumayan serta dapat panggilan sana-sini yang bisa dipakai hidup, tetap saja tidak sedikit penyair yang hanya dapat royalti sedikit atau keuntungan dari buku yang tidak seberapa, dan tidak terlalu banyak juga panggilan beruang dari sana-sini. Ya, meskipun j