Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

MONSTER VS RAKSASA

Tulisan status media sosial Face Book MONSTER VS RAKSASA Tambahan, moga mencerahkan. Analogi saja. Salahsatu monster yang sangat besar misalnya, sindikat peredaran dan pemakaian narkoba. Itu monster. Besar sekali. Matanya besar menonjol ke depan, kadang melibatkan mata oknum aparat. Jari-jarinya berkuku tajam mematikan. Bagaimana tidak? Yang dipakai berkelahi celurit dan senjata api. Kalau diumpamakan monster animasi, sangat bengis, bungkuk, kuat tapi jelek mukanya. Maka kalau ada remaja mesjid memusuhinya, dia akan jadi raksasa yang lebih besar dari monster itu. Kenapa tidak? Dia bersatu tubuh dengan pemerintah, polisi, lembaga pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat dll. Kalau diumpamakan dalam animasi, mirip Krishna. Untuk menghadapi ular syetan yang besar ia bisa berubah jadi raksasa besar atau setidaknya mengeluarkan tenaga raksasa. Bagaimana kalau di daerah (daratan) yang cenderung bar-bar dan preman? Si remaja mesjid seperti pejuang terkucil di situ? Ia tentu tetap raksas

DINDING PUISI 141-150

Gambar
DINDING PUISI 141 Seburuk-buruknya sampah puisi bagi penyair adalah puisi-puisi yang pernah ditulisnya tetapi disadarinya tidak perlu dipublikasikan. Bahkan kelak hilang pun tak mengapa. Bahkan beberapa penyair pun pernah meremas kertas puisinya sendiri lalu membuangnya ke tong sampah. Bukan. Bukan karena alasan salah bikin atau puisinya buruk rupa. Sering juga karena, puisi itu dianggap tidak perlu hadir ke ruang publik. Sebab kalau soal garis-garis kuat atau lembut yang 'dibuang sayang', masih bisa diselamatkan melalui puisi-puisinya yang baru. Seperti saya tentu akan sangat rugi kalau gak punya kata-kata, langit kotak, peresegi ka'bah, lengkung mesjid, jaring laba-laba, mata cadar, wajah diri dan telapak perbuatan, kelebat jilbab, lagu pinggul, rindu randu, malam dibagi tiga, kuda-kuda kotamu, kasih untuk semesta, hidup ini yatim, dll. Tetapi kalau suatu saat pernah menulis salahsatunya dan membuang sajaknya, pasti akan lahir sajak selanjutnya. Lalu apa yang terlalu