Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

72 TAHUN DAN KEGAGALAN TIMNAS SEA GAMES

Gambar
72 angka yang bagus. Berkhidmad kepada tekad baik dan optimisme. 7=tujuan. 2=mengulang. 72 artinya tujuan yang diperjuangkan berulang-ulang. Bahkan bisa bersambung ke angka 73. 7=tujuan. 3=sungguh-sungguh. Angka tarekat zikrullah 33. 73 artinya tujuan yang dicapai dengan sungguh-sungguh. Orang bilang apalah arti sebuah angka? Meskipun dia marah-marah kalau temennya dapat upah lebih tinggi daripada dia untuk pekerjaan yang sama, di tempat yang sama, dengan masa kerja yang sama. Angka menjadi bermakna karena nilai yang mengikutinya. Atau spirit yang disertakan di situ. Bukan sebagai angka mati. Bahkan suatu angka bisa naik kadar nilainya ketika semakin diberi nilai. Misalnya, pada awalnya Timnas Indonesia yang menang 1-0 lawan timur Leste di ajang Sea Games 2017 dianggap kebahagiaan biasa. Apalagi lawannya Timnas Timur Leste yang oleh semua tim dianggap kurang menonjol. Tapi kemenangan itu akan bernilai lain dilihat dari sudut pandang, membuka peluang kita ke semi final. Tanpa itu, tipi

DANGDUT AGUSTUSAN (NASIONALSME DANGDUT)

Gambar
Apa yang Anda pikirkan jika di seluruh kedutaan Indonesia di seantero dunia membuat pertunjukkan panggung dangdut yang familiar itu di dalam rangka HUT RI, 17 Agustusan? Tentu. Tentu tidak mengherankan. Dan itu sudah sering kita dengar melalui berbagai pemberitaan, meskipun miskin ekspose yang semarak dari negara ke negara. Yang semestinya digarap untuk tahun-tahun ke depan. Saya sendiri pingin menyebut, harus disambut Presiden Jokowi sebagai upaya menampung aspirasi spirit nasionalisme dari seluruh penjuru dunia. Setidaknya berbentuk himbauan kepada seluruh kedutaan dan seluruh media. Termasuk media sosial. Tentu bagi presiden, bukan pada dangdutnya, tetapi pada inti fokusnya, Agustusannya. Kembali ke soal dangdutan di kedutaan. Setahu saya, para TKI di berbagai negara juga sangat antusias jika diberi ruang Agustusan dengan dangdutan. Mereka akan merasa seolah-olah di Indonesia, atau setidaknya itu menjadi obat rindu kampung halaman. Pendek kata, dangdut adalah pernyataan cinta dan

QURBAN DAN WISATA SASTRA

Gambar
Saya sudah sering bicara apa itu Wisata Sastra. Mulai dari menjelajah ke dalam satu karya sastra menemui kedalaman laut dan keluasan  langit. Membawa megaphone masuk hutan lindung dan berpuisi di situ. Sampai segerombolan mahasiswa sastra mengajak menikmati pencerahan sastra di suatu desa yang tiba-tiba diputar menjadi bola dunia berbentuk kampung sastra. Tapi dalam tulisan ini saya mau bicara suatu hal. Terlihat sederhana tetapi prinsip. Inspiratif. Berangkat dari peristiwa nyata tentu saja. Analoginya begini. Seorang Nurul Arifin, artis seksi yang belakangan dikenal sebagai anggota Dewan itu, dengan sukacita dan penuh nostalgia bisa berkisah soal film Warkop DKI (Dono Kasino Indro) yang menurutnya fenomenal dan inspiratif. Terlepas dari kekurangannya yang menginspirasi proses kreatif insan film selanjutnya. Tidak ada yang perlu memaksakan diri nyeletuk, "Gak eksis kalo gak bikin film Warkop DKI hari ini. Sebab gak berharga semua masa lalu itu. Itu mimpi. Itu bukan kerja!"

CARA AWAM CINTA PRESIDEN

Gambar
Akhirnya ketahuan juga. Aku bukan orang hebat. Apalagi huebat. Aku gak tahu apakah kata yang terakhir sudah dibahas tuntas di jurusan bahasa dan sastra. Bahwa telah terjadi perbedaan antara kata hebat dan huebat, ganteng dan guanteng, heboh dan hueboh, keren jadi kueren. Walah menjadi wualah. Maaf, bahkan kata gob ... menjadi guobl ...". Apa pasal tidak hebat? Ternyata aku cuma pengagum semua presiden. Waktu Pak Harto disebut-sebut akan 'digulingkan', aku keras berfikir antara 1997-1998. Jangan begitu. Tapi reformasi damai. Bisa dalam bentuk menyudahi periodenya sebagai periode terakhir, atau setidaknya kalau lengser pun harus aman-nyaman. Karena itu aku jadi pro-Amin Rais dan Yusril Ihza Mahendra. Ketika Habibie jadi presiden. Semua panggung menyebut dia 'antek' atau 'kroni' Soeharto, bukan bagian dari reformasi. Harus segera dibuat turun! Aku sedih di bawah panggung demonstrasi. Meskipun aku mengerti semangat perubahan para seniman dan demonstran di situ.

LAGU PATUNG LAGI

Gambar
LAGU PATUNG LAGI Membuat patung bukan perkara mudah. Butuh keahlian khusus. Punya nilai seni tinggi. Bahkan berdampak pada sukacita sosial. Maka patung jangan dibawa-bawa untuk melukai rasa kemanusiaan. Orang baik (termasuk para tokoh utama yang bukan pematung) tentu akan membuat patung yang bermanfaat. Minimal sebagai hiasan taman yang menyenangkan. Orang atau kepala daerah yang  stres akan membuat patung yang bermasalah. Pihak-pihak yang lebih stres lagi, yang gak bisa ngebedain mana patung bermasalah dan mana patung yang tidak bermasalah. Pematung yang baik adalah yang sudah mengikhlaskan karyanya dibeli oleh pemesan atau pelanggan. Dia gak akan marah-marah kalau di Taman Saya suatu saat patungnya saya ganti dengan karya pematung yang lain, atau dihilangkan, dirubah jadi taman tanpa patung. Apalagi yang pesan sekelas presiden. Meskipun patungnya sudah tidak ada di lokasi pemesanan/pemasangan, yang penting kalimatnya: "Patung saya pernah dipesan presiden. Alhamdulillah. Duitn

PANGGUNG AGUSTUSAN, PANGGUNG MERDEKA

Gambar
Ini impian saya. Saya rasa impian semua. Karena gak berguna mimpi sendiri. Setelah panggung diisi lagu-lagu pemanggil. Atau biasanya diisi hiburan apa saja bersama MC sebelum acara utama. Lalu dibukalah acara utama itu sesuai rundown acara dengan satu dua tari tradisional. Untuk panggung Agustusan di Jawa Barat, saya kasih saran, bukalah dengan jaipong atau tari tradisional Sunda lain yang paling representatif. Mewakili rasa dan pesan progresifitas hidup, membangun masa depan. Bagian dari transformasi nilai, spirit mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Sekali lagi, jangan disimpan di depan sekedar 'telah tunai' apalagi paling belakang ketika penonton muai habis. Tetaplah paling depan, tetapi setelah jam panggung utama dikondisikan. Sehingga sudah memiliki penonton yang banyak dan fokus. Selanjutnya, sisipan tari tradisional di panggung Agustusan juga bisa disimpan di tengah-tengah acara. Tetapi hindari kesan tari tradisi itu hanya milik 'kamonesan' (kelucu-luguan) k

HARPUIS HARKEM, MERDEKA!

Gambar
Akronim yang terdengar gak enak tapi seru adalah HARPUIS dan HARKEM / HARKEMER. Maksudnya hari puisi dan hari kemerdekaan. Disebut jatuh pada bulan yang berhimpitan Juli dan Agustus. Meskipun saya berada di tengah-tengah ketika ada tarik menarik Hari Puisi Nasional, ke arah Chairil atau Rendra. Atau siapa? Atau dengan peristiwa apa, yang mana? Saya cuma setuju satu hal prinsip, sebuah Hari Puisi Nasional. Garisnya sama dengan Hari Puisi Dunia meskipun tidak harus bersamaan.   Tentu kita jarang menemukan Akronim itu di spanduk. Yang lazim ada adalah HUT RI. Tapi kalau Anda maksain juga bikin, tentu siapa yang ngamuk? Nyaris gak ada, karena gak makan prinsip. Justru lucunya, kedua akronim ini sama-sama gak enak. Gak tahu ya. Apa karena nasib penyair dan pahlawan kemerdekaan sama-sama gak enak? Selain memberi arti kemerdekaan sebuah negara, penyair berjuang untuk kemerdekaan hidup. Pahlawan kemerdekaan selain mengemban esensi juang yang sama, juga berjuang untuk menghabisi sejarah penjaj

WAYANG WALI DAN PENULIS SEJARAH ASING

Gambar
Bisa dicek dalam banyak tulisan Wayang Wali oleh penulis asing. Dijelaskan bahwa di situ berlaku poliandri. Haha. Gagal paham. Padahal Pandawa Lima itu hakekatnya satu yang membelahdiri. Kata Kian Santang, jadi 7 rupa. Bahkan ada wali yang dimakamkan 7x. Ada juga yang panjang tubuh makamnya sampai 7x panjang orang biasa. Jubah Nabi Adam 40 kali orang biasa?  Mana hasil ngaji karakternya yang membumi Nusantara dan dunia? Bukankah karakter Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa bisa membaur atau saling menguat menjadi sebuah kepribadian yang soleh dan kuat? Kesaksian saya. Saya Gilang, saya Muslim. Muslim itu super raksasa tak berjumlah. Bermilyar lebih besar daripada monster dunia.  Gilang Teguh Pambudi Cannadrama.blogspot.com

PENYAIR TIBA-TIBA

Gambar
Kalau hari ini saya bilang, sudah cape dan malas jadi penyair. Pasti teman sebangku saya waktu sekolah, yang sekarang Wakil Kepala Sekolah SMA, Chaisar Baskara, pasti bilang, "Itu sombong. Menolak diri sendiri. Menolak kuasa Allah". Teman lain yang juga Kepala Sekolah, Yusa Sumarna pasti menimpali, "Sahabat yang baik itu yang tidak pelit bertobat. Kembalilah ke jalan lurusmu yang khas, Penyair". Lalu seorang penyair Bandung yang pernah berduet tahunan di acara radio, Apresiasi Sastra, Ahda Imran, pasti akan mengulang tulisannya di halaman dalam bukunya yang dihadiahkan kepada saya dulu, Dunia Perkawinan, "Buku ini untuk Gilang, penyair potensial". Nyamuk di depan mikrofon terkekeh-kekeh. Pemerintah pusat melalui jaringan pusatnya sudah lama sadar, tidak mungkin mengundang seseorang yang jelas-jelas penyair, 100% penyair, tetapi tidak dikenal. Lalu saya pasti tidak akan pernah mengucapkan, sudah cape dan malas jadi penyair. Bahwa jadi penyair itu cape, s