TEU HONCEWANG

PAGI

lalu 
siapa
Isa-mu?

-----
AKHIR ZAMAN

akulah Muhammad
dan akulah Isa
yang membenarkan

Kemayoran, 2011-2017
#puisipendekindonesia 
-----

Hari ini Sabtu Desember. Sabtu akhir tahun. Atau, ya akhir minggu, ya akhir tahun. Orang Sunda biasa nyebutnya, poe Sabtu (untuk bahasa pergaulan dengan sesama) atau dinten Sabtu (untuk sopan santun kepada pihak yang dihormati yang sedang diajak bicara). Menurut Sunda Wiwitan dan Kejawen, Sabtu itu punya kode, ngaruwat diri (aku). Kalau Aku-nya pakai A besar, maka itu artinya ngaruwat kehidupan manusia dan alam kehidupannya di hadapan Allah. Buang sial. Mengambil pahala.

Manusia yang paling besar pahalanya disebut pahlawan (pahala-wan). Terutama karena besar jasanya untuk kehidupan para manusia. Habluminanas untuk habluminallah. Kemanusiaan untuk Tuhan. Terkadang sampai terlupakan hak-hak pribadinya. Semua demi kewajiban kemanusiaan. Fardu ain ditunaikan, fardu kifayah dilaksanakannya. Meskipun secara pribadi tentu tidak mungkin menggantikan Allah menyelesaikan semua persoalan. Bahkan gotong-royong pun masih butuh generasi selanjutnya, setidaknya untuk mempertahankan setiap hasil perjuangan. Selain menembus kemajuan-kemajuan. 

Dalam suatu terminologi, kalau Jumat tragedi penyaliban (kebenaran yang dibunuh), Sabtu adalah perkabungan (menyadari kebenaran adalah kemenangan), dan hari ketiga (yang hakekatnya hari pertama, AHAD) adalah kebangkitan. Maka ini waktunya memulai melaksanakan tugas kepahlawanan.

Kisah Isa AS ini dikenal di kalangan muslim meskipun menggunakan kalimat, Isa tidak mati, ia diangkat ke langit (masa pertama), berdukacita (yang kehilangan karena menyangka Isa mati, dan yang menyadari Isa diangkat ke langit berkondisi sama, sangat terharu, menyadari kebenaran Isa), dan masa ketiga, kebangkitannya (ketika hadir membenarkan kalimat-kalimat Nabi Besar SAW).

Atau, peristiwa pertama tentang penyaliban (tragedi karena ada berita penyaliban, bahkan tersiar kabar kematian Isa). Peristiwa kedua, diangkat ke langit (kemenangan, haru dan bahagia, hakekat Isa tidak mati), dan kebangkitan (berita gembira karena dia hadir atau turun ke bumi).

Kalaupun ada yang menyebut peristiwa keempat setelah tiga urutan, yaitu, tragedi penyaliban, perkabungan dan kebangkitan. Lalu keempatnya, diangkat ke langit. Sesungguhnya rentetan peristiwa itu sampai juga pada kesimpulan: 1. Ada berita penyaliban itu; 2. Ada perkabungan itu; 3. Ada kemenangan itu; dan 4. Nyata, Isa yang tidak mati diangkat ke langit untuk kabar gembira di akhir zaman. Yaitu, ketika membenarkan kalimat-kalimat Nabi Akhir Zaman.

Kalau penyampaian ini disebut versi. Cara menyampaikan sesuatu apapun di muka bumi Allah ini memang punya versi. Tetapi kebenaran dan kemuliaan Allah itu satu, utuh.

Dan kalaupun Sabtu berada dalam terminologi perkabungan (dukacita, kehilangan, atau haru dan bahagia), maka ini momen menanti kebangkitan. Lalu di antara kita, siapa yang sudah siap bangkit dihari pertama (AHAD) karena kesadaran Sabtu, setelah ber-Jum'at?

Bahkan ketika Ahad identik dengan Minggu (momen bahagia keluarga), maka selalu mulailah kebangkitan hidup sehari-hari kita dengan berbahagia sebagai keluarga manusia mulia. Yang penting Ahadnya tidak melupakan pesan Jum'at (berjamaah).

Ah, saya kok malah tiba-tiba teringat lagu Karatagan Pahlawan, yang populer juga disebut lagu Teu Honcewang. Yang oleh orang yang non-Sunda suka salah ucap jadi, TEHONCEWANG. Untung cuma salah ucap, tidak mendatangkan arti baru dengan suatu konotasi baru. Maklum.

Lagu ini dalam konteks hari ini, tentang penyelamatan seluruh bangsa Indonesia.

Berikut ini beberapa data Internet yang saya temui Sabtu ini:
------

Liriklagupriangan.blogspot.com

Teu Honcewang

Teu honcewang, sumoreang, 
Tekadna pahlawan bangsa
Cadu mundur,pantang mulang, 
Mun maksud tacan laksana

Berjuang keur lemah cai, 
Tali bakti tur tenggang pati
Taya basa menta pamulang tarima
Ikhlas Rido keur korban merdeka
-----

Lirik-lagu-sunda.blogspot.com

Karatagan Pahlawan
Teu honcewang sumoreang
Tekadna pahlawan bangsa
Cadu mundur pantrang mulang
Mun maksud tacan laksana
Berjuang keur lemah cai
Lali rabi tur tegang pati
Taya basa menta pamulang tarima
Iklas rido keur korban merdeka

Sinatria danalaga
Bela bangsa jeung nagara
Dibarengan tekad suci
Berjuang keur lemah cai
Teu ngingetkeun ka dirina
Asal nagri bangsa waluya
Kadar jembar raharja mukti wibawa
Gembleng tujuan Pahlawan Bangsa
------

Lirik-lagu-dunia.blogspot.com

Lagu Pahlawan - Karatagan Pahlawan Lirik

Teu honcewang sumoreang
Tekadna pahlawan bangsa
Cadu mundur pantrang mulang
Mun maksud tacan laksana
Berjuang keur lemah cai
Lali rabi tur tegang pati
Taya basa menta pamulang tarima
Iklas rido keur korban merdeka

Sinatria danalaga
Bela bangsa jeung nagara
Dibarengan tekad suci
Berjuang keur lemah cai
Teu ngingetkeun ka dirina
Asal nagri bangsa waluya
Kadar jembar raharja mukti wibawa
Gembleng tujuan Pahlawan Bangsa
-------

Banyolansunda.blogspot.com

Lirik: Karatagan Pahlawan

Teu honcewang (karingrang) sumoreang (haringhang)
Tekadna pahlawan bangsa (pahlawan)
Cadu mundur (takabur) pantrang mulang (honcewang)
Mun maksud tacan laksana
Merjuangkeun lemah cai
Lali rabi tur tega pati
Taya basa menta pamulang tarima
Iklas rido keur korban merdeka 
------

Kumpulanlagudaerah.web.id

Berikut Lirik Lagu Karatagan Pahlawan :

Oleh : Koko Koswara

Teu honcewang... sumoreang

Tekadna Pahlawan Bangsa

Cadu mundur... pantang mulang

Mun maksud tacan laksana...

Berjuang keur lemah cai...

Lali rabi... tur tegang pati...

Taya basa... menta pamulang tarima

Iklas ... rido... keur korban merdeka 

Lagu Karatagan Pahlawan Dalam Bahasa Indonesia

Tidak kuatir... tidak cemas...

Tekadnya Pahlawan Bangsa...

Tidak akan mundur... tidak akan pulang/ kembali 

Jika tujuan/ maksud belum terlaksana... 

Berjuang untuk tanah air... 

Lupa isteri... dan berani mati...

Tak ada kata... 'minta balasan' 

Ikhlas... ridho... menjadi korban/gugur dalam kemerdekaan

-----

Khusus tafsir "lali rabi", melihat latar tema lagu Teu Honcewang, yaitu masa meraih kemerdekaan, maka lebih tepat kalau ditafsirkan, seumpama lelaki yang tidak mungkin mengingat-ingat gairahnya kepada wanita. Bahkan sampai dijemput ajalnya. Terjemah 'lupa istri' pun mengisyaratkan itu. Bukan tidak peduli istri, melainkan tidak bisa 'mendatangi' istri. Karena hidupnya di medan perang, di bawah desingan peluru. Kalau diartikan lupa nikah, pun sama. Gairah nikah pun sebelum tumbuh bisa diputus oleh peluru musuh. Subhanallah.

Kembali ke Isa AS. Ketika berita penyaliban dan kematiannya yang sangat menyedihkan itu datang (terlepas sesungguhnya berhasil disalib atau tidak) dalam keadaan Isa seorang diri (tanpa istri dan anak) pun, sesungguhnya ia telah menyebut 'lali rabi'. Terpaksa tidak beristri beranak. Meskipun sesungguhnya telah diberi karunia hasrat, sesungguhnya telah diberkahi untuk menikah dan beristri, beranak. Tetapi salib dan kematian memutus peristiwanya. Sehingga sama seperti Kaum Muhammad SAW, pada pengikut Isa pun, menikah adalah sunah. Sehingga kebahagiaan keluarga dan kebahagiaan sebuah bangsa, juga kebahagiaan seluruh manusia sedunia adalah utama. Lalu siapa yang memfitnah, pada Isa, percintaan lelaki dan perempuan, suami dan istri itu tidak utama?

Bukankah dia telah menjawabnya dengan 'perang suci' untuk kemanusiaan? Subhanallah.

------

PEKIK HARI INI

Jumat, selalu bersama!
Sabtu, merdeka!
Minggu, syukur dan bahagia!
Senin, kerja! Kerja! Kerja!

Kemayoran, 16122017

-----

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

  1. Analisa akan hipotesa menembus batasan dogma...
    Kajian yg luar biasa..!!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG