ANDA BANGGA DISYUTING?
Yang namanya syuting untuk acara TV, ada yang direncanakan matang jauh-jauh hari, ada yang spontan, ada yang diam-diam menggunakan kamera tersembunyi. Modalnya tentu saja, harus ada kamera TV. Pertanyaannya, mimpikah anda dikamera?
Saya sendiri hanya mengalami peristiwa begitu sangat sedikit sekali. Pertama waktu menjadi pendamping peserta lomba antar intansi dalam sebuah acara Kodam III Siliwangi. Lalu diwawancari TVRI Bandung selaku panitia lomba Ten-K di depan Lapang Gasibu, depan Gedung Sate Bandung. Lalu saat mendampingi anak menerima piala Lomba Cipta Puisi surat kabar Pikiran Rakyat Jawa Barat. Lalu saat diwawancari tv lokal, JatiluhurTV selaku seniman melihat fenomena multi-partai dalam PEMILU. Demikian pula saat beberapa minggu jadi juri/narasumber mengawal audisi bintang nyanyi di JatiluhurTV. Dll. Semua itu saya tanggapi sebagai pengalaman yang lumayan menyenangkan saja. Itu saja. Setidaknya saya boleh merasa, wajah saya pernah masuk tv.
Tetapi bagaimana dengan masuk kamera TV spontan? Tidak ada pemberitahuan apa-apa. Namanya juga permainan spontan. Misalnya kursi Taman diikat tali. Tiap ada yang mau duduk ditarik kursinya. Masih untung kalau yang mau duduk dibuat kaget karena kursi bergeser. Bagaimana kalau kecepatan duduknya lebih cepat? Otomatis ia akan terjatuh saat kursi ditarik. Tanpa peristiwa jatuh pun, cara itu sangat mengganggu kenyamanan orang. Meskipun target bisa tertawa setelah diberitahu bahwa ia sedang disyut kamera. Maukah anda mengalami itu?
Adegan lain. Orang berjalan tiba-tiba ditiup angin sampai roknya terbang. Atau celananya basah karena disemprot air dari selang tersembunyi di balik patung. Meskipun di dalam layar ada yang tertawa, penonton tv bisa teriak, "Sialan! Goblok!" Maukah anda jadi tontonan begitu?
Yang parah ini. Bagaimana kalau ada kamera yang diketahui sedikit orang. Lalu satu dua orang ditertawakan karena terjebak semprotan tiba-tiba pada rambutnya. Sang pelaku adalah orang yang berpura-pura berpapasan. Ketika ada korban yang marah, si pelaku tinggal nunjuk kamera. Maka korban dan beberapa penonton di tempat syuting pun tertawa. Tetapi pada menit ke sekian ada yang disemprot dengan cara serupa, tapi kali ini menggunakan racun. Trus kameramen dan si pelaku kabur. Tinggal Si Korban yang anak orang penting itu sempoyongan beberapa menit kemudian. Apa komentar anda? Apa itu hanya akan terjadi pada film?
MELANGGAR ETIK DAN UNDANG-UNDANG SIARAN
Menurut saya, tayangan hiburan TV, semisal KEBIASAAN NGAGETIN ORANG, adalah pelanggaran etik dan undang-undang siaran. Itu termasuk mengganggu kenyamanan, keamanan dan ketertiban.
Demikian pula tayangan yang disebut kisah nyata kalau tanpa menyebutkannya bagian rekayasanya. Semisal pemeranan seseorang yang divisualsasikan tidak mau menolong tetangganya yang kesulitan. Padahal itu rekayasa. Diperankan oleh seseorang yang diupah. Tapi penonton melihatnya sebagai perilaku sebenarnya seseorang tertentu. Apalagi kalau sungguh-sungguh nyata. Jadi seperti pakai kamera tersemvunyi. Itu mempermalukan. Menjebak gambar aib seseorang. Padahal kalau dia diberi tahu sedang disyut kamera TV, bisa jadi dia pasti menolong, atau setidaknya bisa bersikap lebih arif.
Saya pernah bikin ilustrasi di radio. Seorang prajurit yang tidak melakukan suatu kepedulian sosial tertentu atau bahkan tidak membuang duri di atas trotoar secara spontan, bisa jadi dia akan ditegur instrukturnya. Kenapa? Karena atributnya, sedang masa latihan. Melatih sensitivitas. Kalaupun DISYUTING dan disiarkan, masyarakat bisa mafhum, itu tentara latihan.
Tapi kalau ada seorang tentara yang sedang tugas, lalu karena ada urusan penting dia tidak sempat hirau pada kondisi di sekelilingnya. Lalu ditayangkan TV untuk menjatuhkan nama baiknya. Diberitakan. Apakah pantas dia disalahkan karena gak sempat menyebrangkan nenek jompo yang akan menyebrang, atau tidak mau buang potongan kawat di trotoar?
Bagaimana menurut anda?
Gilang Teguh Pambudi
Komentar
Posting Komentar