DARI PENTAS TEATER LANGIT MANUSIA
MELULU DARI LANGIT MANUSIA
Akhir tahun 2015. Ya, setahun lalu. Gak seru ya? Kata orang eksis itu harus hari ini. Ah siapa bilang? Emangnya sensasi selebritis. Lho kok? Kenangan hari ini kan sensasi hari ini juga. Coba analogikan pada setiap kali ingat puisi Aku, Chairil Anwar. Apa peristiwa mengingatnya, masa lalu?
Gini. Ini mungkin tips. Sampai terpaksa kubilang apapun yang kulakukan hakekatnya adalah tips. Sombong ya? Gak gitu jga. Sekaligus untuk suatu cobaan yang gak enak padaku pun terpaksa kubilang, tips untuk tidak begini, kecuali kalau mau sama repotnya.
Setahun lalu aku bikin pementasan teater untuk Volunteer Day PMI. Langit Manusia. Pesan dan promonya, "Langit manusiamu cinta, mengapa bumi tubuhmu lupa?" ...Degup jantungmu tahu, tapi perbuatanmu celaka.... Inilah yang kusebut dan kujanjikan. Bagi teater, terutama teater non-komersil, pesan kemanusiaan adalah suara zaman, rangkaian syair abadi. Tak lekang oleh waktu. Bahkan menjadi bukti sakti. Ini pula yang kuteriakkan di mana-mana, bergeraklah budaya teater Indonesia. Insya Allah, kalimatmu panjang umur, tidak cuma pada hari pementasan saja.
Rasa yang sama aku alami untuk tema seluruh orasi, diskusi, siaran Apresiasi Seni, aksi dan lomba seni, penerbitan buku, dan lain-lain yang aku adakan atau aku dukung sepanjang hidup. Sekecil apapun momennya kata orang, karena tetap besar untuk kehidupan, untuk Allah.
Dari sini kita bisa saling jaga keharmonisan hidup manusia. Apakah masih ada yang belum memulai?
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar