MOTIVASI: HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU

DARI PENGALAMAN ANEH, BUKAN SIAPA-SIAPA TIDAK PERNAH BERBUAT APA-APA

Suatu hari aku bilang, "Ketika itu aku pimpinan di Radio Populer FM". Seseorang dengan serius  berkata, "Emang pernah menjadi kepala radio Populer?" Aneh, padahal dia termasuk pendengar yang aktif, yang sangat tau.

Pada waktu yang lain, aku bilang, "Waktu itu aku masih siaran di radio Trend FM". Seseorang menyahut sinis, "Kapan siaran di radio Trend?" Kali ini orangnya tidak terlalu saya kenal memang. Tetapi teman di sampingnya menyikutnya dan berbisik, jangan begitu.

Aku berfikir, pantesan ada orang yang bisa berkata, kamu siapa? Kamu tidak pernah berbuat apa-apa. 

Jangan-jangan negara pun bisa berkata begitu juga tentang saya atau siapapun, "Tak ada yang melakukan apa-apa. Negara tidak pernah melihat". Mungkin negara cuma bisa melihat Presiden, Gubernur, Bupati dan orang-orang tertentu.

Jangan-jangan juga ada yang mengaku ulama mengatakan, "Diamlah, kamu tidak pernah berbuat apa-apa selain merusak". Hanya karena berbeda sudut pandang. Tanpa perlu uji materi kebenaran secara mendalam dan mendasar.

Ah, aku jadi tertegun.

Kepada Allah kukatakan, "Ya Allah, Engkau tidak buta. Tapi peristiwa ini bukan karena masalah hanya Engkau yang berbuat, karena jika ke arah itu maksudnya, aku sudah mengucapkan, "Subhanallah". Masalahnya ada tangan yang ingkar.

Aku sendiri tak keberatan merasa, akulah yang meletakkan hajar aswad (karena Nabi yang melakukan). Aku juga telah menaklukkan Fir'aun (karena Musa telah berhasil).

Aku juga yang menulis di dalam buku Syair Wangi, kalau ada mujahid (polisi atau tentara) menegakkan keadilan, walau harus  menembak penjahat, maka akulah yang melakukan itu. Demikian pula ketika aku berbuat baik untuk Allah, aku telah berniat, ini perbuatan orang baik sedunia, bahkan perbuatan orang baik yang telah meninggal dan yang akan lahir. Kuakui ini sejak aku menyadarinya, terutama melewati usia balig.  Agar semua mencintai keramat hamba Allah yang soleh.  Tapi aku tidak mengatakan seseorang tidak melakukan sesuatu, karena benar, itu dilakukannya. Karena itu prestasi buat dia. Kalau aku melihat 'syetan', aku bisa berkata, ada syetan berbuat sesuatu.

Dan aku sudah melihat perusahaan bubar karyawannya sepeninggalku. Rahasia Allah. Meskipun aku berkata, mestinya bisa lebih baik dari itu kalau percaya Allah dengan makrifatullah. Bukan sekadar mengucap, percaya Allah itu ada.

Aku juga bersaksi di beberapa tempat, orang-orang yang bermalas-malasan saja, bahkan membiarkan suatu pekerjaan, karena menurutnya pasti akan segera dikerjakan oleh yang menginginkan hasil sempurna, tetapi di belakang tembok, para pemalas itu berkata, telah kami sempurnakan semua pekerjaan. Bahkan ada yang berani berkata, saya yang mengerjakan semua. Padahal ada yang sakit hati karena kebiasaan hariannya itu. 

Tentu, kecuali seorang pemimpin menyebut, mereka telah melakukan intruksi saya. Setidaknya instruksi umum. Walaupun secara pribadi karyawan itu memang penuh inisiatif, konstruktif dan produktif.

Pernah suatu ketika, seseorang aneh menegurku di pinggir jalan. "Ini jaman edan, kalo gak edan gak kebagian!" Otomatis aku heran kepada orang itu. Karena, kalaupun aku mau menemui 'kegilaanku' adalah karena aku selalu berusaha melakukan semua perbuatan hidupku atas dasar keyakinan. Makrifatul Islam. Bukan Islam KTP. Itulah gila paling gila kataku. Tergila-gila kepada Allah. 

Apalagi berangkat dari itu aku menjadi peserta terbaik penataran P4 (pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila) pada umur 18an tahun. Juga menjadi merasa moderat. Humanis universal. Pluralis. Ngaji rahmatan lil alamin. Nasionals relijius. Ini kutegaskan semata karena banyak mata picak, tiap kita menyebut ISLAM, selalu dibilang tidak pancasilais

Belakangan ini ada juga yang aneh. Sampai kufikir mereka, ada walikota/ bupati dan bahkan 'ulama' yang goblok. Ketika mereka berkata, "Itu kan inisiatif anak-anak". Untuk menghindar, bahwa itu sesungguhnya kenakalan. Padahal ia yang membuka acaranya, mengeluarkan ijin,  atau membiarkan, atau setidaknya bisa menerima. 

Juga ada yang berkata, jangan belajar agama dari internet tapi harus dari ulama. Aneh. Kalau yang di dalam internet itu catatan ulama atau budayawan muslim, misalnya, bagaimana? Kan Allah minta, itulah kegunaan internet.

Sudah berulangkali padahal saya bilang dari dulu. Presiden SBY itu cheerleader, Gusdur itu penari barongsai, Jokowi itu penari jaipong, ronggeng Betawi, gambyong, janger, dll.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG