HILANG DAN TIDAK PENTINGNYA PKI

PKI? Partai Komunis Indonesia?

Sebenarnya praktis masyarakat Indonsia masa kini sudah tidak terlalu tahu persis. Tapi mereka masih mencatat kabar, itu trauma politik masa lalu. Maka ketidaktahuan itulah yang meniadi daya dorong, membuat sebagian besar masyarakat malah malas membicarakan PKI yang asing itu, apalagi mengangkatnya. Mereka fikir, lebih baik tutup buku saja. Anggap PKI tidak dikenal sama sekali. Kalaupun ada yang membisikkan pembanding seperti yang di RRC, misalnya, masyarakat malah bilang, "Nah lho, ada urusan apa dengan pengaruh asing? Wong untuk berislam saja (sebagai warga mayoritas di Indonesia) gak mau menjadi Arab (secara tradisi khas mereka).

Pendek kata, semua gak peduli PKI atau Partai Komunis. Kecuali pertama, anak nakal yang bikin ulah perlawanan. Iseng yang sering berbahaya. Untuk 'nakal eksis' itu butuh aneh, butuh muncul, butuh berani, butuh beda.

Kedua, sedikit pihak yang mungkin mau mencoba memperkenalkan PKI lagi atau yang serupa dengan itu dengan susah payah. Atau berusaha membawa pengaruh asing itu ke dalam negri.

Maka saya bilang, kalaupun  dari gerakan politik PKI dulu, umpamanya, 50% baik, dan 50% dosa (yang biasa disebut bahaya laten), misalnya, maka tidak mustahil partai-partai yang ada sekarang ini sudah mengadopsi 50% sisi baik PKI tanpa harus jadi PKI yang dulu. Begitupun kalau asumsinya cuma 15% sisi baik dari gerakannya. Semisal Musa yang diumpamakan, hanya meniru sisi baik Fir'aun dari cara makan, yaitu di meja makan. Karena kalau generasi hari ini harus muter balik ke belakang ke wilayah gelap malah bingung, stres, dan  blunder.

Artinya, PKI itu 'sebagai satu buah partai yang pernah punya gerakan di Indonesia' sudah hilang atau mudah hilang.

Adapun pelarangan simbol-simbol PKI secara konstitusional selama ini diarahkan kepada upaya mengingatkan jejak sejarah sisi bahaya laten gerakan PKI itu. Tentu tidak pada gambar palu dan arit untuk hal yang tidak berkaitan sama sekali. Semisal sebuah himpunan matematika berisi 10 palu dan 3 arit, misalnya. Nanti malah aneh.

Sekadar pembanding. Komunisme itu pengaruh asing. Sedangkan berislam itu bukan pengaruh asing. Apa sebab? Karena keislaman di Indonesia berjalan seiring proses spiritualitas masyarakat, seiring proses kedewasaan, kematangan, kesadaran bertuhan. Lahirnya dari dalam jiwa. Lalu Allah menyebut kabarnya. Sekali lagi menyebut kabarnya!  Itu menerima hidayah namanya. Subhanallah.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG