LOGIKA TITIK PETA JAKARTA

Tidak sedikit pengamat terjebak tidak realistis. Mereka komentar, mestinya dalam pilkada serentak bangsa Indonesia jangan fokus ke Jakarta. Media massa jangan menggiring. Mereka lupa, Jakarta itu Daerah Khusus Ibukota. Sentrum amatan bangsa ini. Bahkan supremasi nasionalisme. Kalau ibukota negara pindah ke Bangka, ya Bangka yang akan jadi fokus media. Bahkan selain sensitif tersorot secara nasional, Jakarta itu sensitif tersorot secara internasional. Itulah.

Apalagi ditambah adanya isu-isu pembelajaran secara nasional. Pusat tempat istana negara berada ini pasti rengking satu beritanya. Ulasannya. Normal.

Apalagi, dalam kampanye gubernur DKI para pimpinan partai berharap-harap menang strategis di Jakarta. Kalah-menang, itu logika normal juga. Mereka, siapapun, akan tetap merasa memiliki Indonesia secara keseluruhan (jaringan partainya) meskipun kalah di Jakarta. Apalagi partai semodel PKS, misalnya, yang saya tahu punya semangat, "kami ada, kami punya orang, kami siap". Maka dia selalu punya calon dari Presiden sampai Bupati. Kalah pun sudah biasa.

Ditambah lagi, artis-artis yang populer secara nasional ngumpul sentral aktivitasnya di Jakarta. Mereka terjaring juga dalam dukung-mendukung calon gubernur DKI. Ini menarik mata masyarakat se-Indonesia. Disiarkan oleh tv-tv dengan daya jangkau nasional pula. Lengkaplah.

Apa perlu khusus DKI tidak masuk bagian dari pilkada serentak? Biar mata dan telinga yang menonton-mendengar peristiwa pilkada serentak terbagi-bagi? Itupun tetap akan membuat mata semakin fokus ke Jakarta pada waktunya.

Satu lagi, di jaman Bung Karno, presiden berharap tokoh yang segaris partai dengannya yang memimpin DKI. Tentu harus dengan cara-cara konstitusional. Di era Soeharto pun demikian. Persyaratannya, partai pendukung pemerintah harus menang di DKI Jakarta. Tanpa itu, presiden sulit berpartner dengan gubernur DKI yang segaris partai dengan dirinya. Meskipun hukum seorang negarawan, gubernur yang berangkat dari partai yang berbeda dengan partai pengusung presidennya tetap wajib bisa koordinasi.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG