NGAJI KUCING?
Jam pulang kerja. Kulihat, ada yang nyuri burung jalakku. Untuk hitunganku harganya lumayan mahal. Tapi ini lebih lagi. Kenanganku pada bentuk dan suara burung itu sangat dekat dan romantis. Sangat. Pantas saja mengapa kadang ada artis dalam wawancara di TV sampai menitikkan air mata gara-gara kucingnya mati.
Mungkin si pencuri ingin puas. Ingin menertawakan ilmunya sendiri. Bahkan untuk menyebutnya 'kucing', aku merasa itu haram. Sebab dia punya otak. Bukan binatang. Tapi jiwa vokal jalakku tak ada yang sanggup mencuri.
Jadi teringat riwayat Rosul SAW ketika ditanya soal anjing yang mencuri daging. Anjing itu tak berotak. Tidak tahu halal dan haram. Maka anjing itu jangan dipukuli. Setahu anjing, daging itu memang jatah fitrahnya.
Ingat juga zakat fitrah. Syariat yang menurutku super super super dahsyat. Sempurna. Kita wajib memberikan kebutuhan fitrah diri pribadi, lahir batin, termasuk makan dan minum, dengan melihat perut fakir miskin sebagai perut diri sendiri. Sebab, menjadi pribadi pemalas memang haram bagi siapapun. Tetapi menjadi fakir dan miskin adalah kenyataan yang harus ditolong.
Maka pemerintahan yang baik, adalah yang menyelamatkan kebutuhan fitrah sehari-hari rakyatnya. Lahir batin. Makan, minum, pendidikan, kesehatan dst. Maka dalam PILKADA, PILEG, dan PILPRES, itulah yang mesti dipahami.
Sebagai AKTIVIS LINGKUNGAN, melalui sastra peduli lingkungan, saya juga boleh mengritik kalau ada seni tradisi yang menyiksa babi atau binatang apa saja. Dalam ritual berburu sekalipun. Di situ kita terpaksa wajib menolak tradisi. Sebab kalimat 'babi haram' itu mengandung pesan moral pengharaman atas perilaku manusia yang jorok dan tak berotak seperti babi, tukang sruduk yang tidak manusiawi, bukan berarti kita halal menyiksa binatang babi. Itu keterlaluan.
Saya sempat jadi pengarah ketika anak saya menulis puisi untuk antologi puisi Surat Buat Narkobrut. Dia menyebut, apakah MUNTAH DAGING perumpamaan yang cocok? Saya jawab,"Tentu saja. Seorang pribadi yang mengonsumsi miras dan narkoba, atau racun dan dosa maksiat apapun, maka ia ibarat memuntahkan daging busuk. Yaitu memuntahkan tubuhnya sendiri yang bau, beracun, dan merusak generasi". Maukah anda, MUNTAH BABI? Atau ngelmu babi ngepet? Menganggap sama halal dan haram! Menganggap sama upah kerja dan barang curian!
Jadi teringat pemerintah dan yang menyebut diri orang pintar. Katanya memahami ilmu para pemimpin, menggembala dan dikawal harimau sakti. Harimau yang mana?
Menurut Anda, aku sedang bicara cuma soal burung jalak, atau tentang ilmu?
Gilang Teguh Pambudi
cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar