PRESIDEN MAU BELI BUKU SEJARAH?

Presiden Jokowi ternyata masih seperti saya. Meskipun bisa nyuruh siapa saja, tapi nganter anak belanja buku, adalah kepuasan. Kebutuhan psikologis seorang ayah. Apalagi buku sejarah.

Kata Presiden, "Sekarang ini paling sulit mencari buku sejarah yang layak dibaca anak-anak". Tentu buku pengetahuan yang inspiratif. Karena sejarah itu semua yang sedang kita bangun, kita hadapi, bukan yang kita tinggalkan di belakang.

Maka sering kubilang kepada komunitas teater dan komunitas baca sajak, "Bikin pertunjukan yang pesannya bisa selalu disimpan di depan, bukan di belakang". Mengertos?

Tahun 1999, dalam Panggung Satu Tahun Reformasi, saya (Cannadrama) bekerjasama dengan Radio Lita FM dan Forum Sastra Bandung mengadakan Lomba Baca Puisi dan Launching Album Musikalisasi Puisi Reformasi Se-Jawa Barat. Tema poster yang disebarkan: Bhineka Tunggal Ika. Kisah itu masih selalu di depan sampai hari ini, setidaknya setiap kali saya membahasnya dalam forum-forum tertentu, tidak di belakang.

Saya tersenyum ketika ada yang berkata, kenapa tidak mengadakan yang ke-II, ke-III, dst.? Saya jawab, "Peristiwa itu bagian dari gerakan reformasi saat itu. Semua penyair (setidaknya melalui keterwakilan karya) dan pembaca sajak se-Jawa Barat sudah ngumpul di situ untuk Indonesia". Apalagi tahun 1999, suasana politik masih saja panas seperti tahun 1998. Pemilu diwarnai 'sejuta partai'.

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG