TIM HEBAT DAN TIM NASIONAL
(Catatan Jelang Liga Indonesia)
Banyak pihak mencari-cari formulasi tim hebat itu seperti apa? Kalau Tim Nasional bentuknya seperti apa, kalau klub juga seperti apa? Pasti jawabannya beragam. Untuk tim lokal (klub) biasanya mentok-mentok, tim daerahnya yang kalah-menang selalu The Best. Meskipun masih ada juga yang selalu ngurut dada kalau timnya kalah mulu. Padahal belajar dari daya tahan klub-klub di negara yang maju bolanya, selama klubnya masih muncul di kompetisi/liga, itu artinya: TIM ITU MASIH ARTIS DUNIA. Kecuali kalau sudah mati. Hilang ditelan bumi.
Pejabat, tokoh, dan masyarakat kita sering lupa. Pertama, di era awal kemerdekaan, keikutsertaan tim nasional kita di kancah lomba-lomba di tingkat Asia itu untuk tujuan promosi eksistensi negara sekaligus membuka diplomasi, membangun kerjasama. Kedua, dalam ajang internasional dari suatu negara yang kurang atau tidak dikenal, kita bisa di kenal oleh negara lain. Begitu pula berlaku pada negara lain. Universal. Begitupun di tingkat daerah. Suatu kabupaten yang tidak terlalu populer, tiba-tiba bisa jadi sangat dikenal karena punya tim sepakbola yang malang melintang di Liga Nasional. Meskipun posisinya di papan tengah atau bahkan di papan bawah.
Lagipula, kalau kita analogikan dengan gemerlap sinetron dan film, yang dapat piala Citra itu cuma beberapa film atau beberapa orang. Tetapi dengan bangga semua pemain dan crew dari seluruh film menyebut dirinya, INSAN FILM/SINEAS. Apalagi dibayar juga. Berpenghasilan. Sementara antusias para penonton apresiatif. Begitupun di dunia bola. Yang menang dan dapat keberuntungan juara memang sedikit, tetapi semua populer dan hidup. Di Inggris pun, tim kaliber main dengan tim under dog, bisa muncul beritanya di halaman depan.
Indonesia ini negara bola. Sepak bola memiliki sugesti Nasional yang besar. Bahkan menjadi mainan yang familiar di tiap kampung-kampung, dengan istilah, Main Bola. Mulai dari sekadar nendang-nendang bola di halaman rumah, sampai kompetisi-kompetisi antar kampung (TARKAM).
Sebagai bagian dari kebudayaan, eksistensi bola bisa difasilitasi menjadi gerakan budaya besar. Setidaknya, nilai dan pengaruhnya besar. Termasuk untuk menaikkan semangat nasionalisme dan jiwa sportifitas.
Sesungguhnya, tidak selalu harus dilihat dari kuantitas manusia penggilanya. Meskipun di Indonesia itu bukti yang sangat signifikan. Bahkan yang tidak hobi main bola pun masih suka nonton dan ribut bola depan TV. Ini berbeda dengan di negara lain yang prestasi bolanya menonjol di tingkat dunia, tetapi penggemar bola di dalam negerinya tidak mayoritas masyarakat.
Maka kalau saya boleh berandai-andai menjadi gubernur atau Bupati, saya akan posisikan gerakan olahraga dan seni rakyat menjadi bagian dari kesukacitaan dan optimisme masyarakat dalam memahami gerak pembangunan. Yang namanya lapangan voli, lapangan bulu tangkis, atau lapangan bola, minimal lapangan futsal harus eksis di tiap kelurahan sampai ke tingkat RW bahkan RT. Sehingga seni dan olah raga menjadi pintu pencerah dan ruang komunikasi pembangunan. Maka saya setuju kalau presiden Indonesia sekaligus sudi jadi presiden bola Indonesia.
Kembali ke soal pencarian tim hebat. Banyak bentuknya, misalnya sbb.:
1. Meskipun berasal dari berbagai daerah tetapi tetap satu, Indonesia
2. Turut menyuplai pemain untuk tim nasional, atau setidaknya turut membina potensi sepakbola di Indonesia
3. Sportif dan main fairplay
4. Juara bertahan lalu bisa juara lagi
5. Juara bertahan masih bisa menang di babak final
6. Juara bertahan yang setidaknya berhasil masuk final lagi
7. Tim yang belum pernah masuk final berhasil masuk final
8. Tim yang tidak terlalu diunggulkan tetapi berhasil masuk final
9. Tim yang lolos 8 besar
10. Tim yang lolos 16 besar
11. Tim yang berhasil melewati babak penyisihan awal
12. Tim papan atas, ketika ada pembagian atas, tengah dan papan bawah
13. Tim yang langganan papan tengah yang eksis narsis dan bersponsor
14. Tim papan bawah tapi lolos dari jurang degradasi
15. Tim yang masih selalu eksis dalam pergelaran kompetisi, memiliki pendukung banyak dan disukai sponsor (meskipun langganan papan bawah)
16. Tim yang konsisten membawa nama baik dan popularitas keindonesiaan dan daerah masing-masing
17. Tim yang sudah pernah kena degradasi tetapi mampu balik lagi
18. Tim yang didukung manajemen yang baik
19. Tim yang memperhatikan kesejahteraan para pemain
20. Tim yang 'entertainer', menghibur dari tengah kapangan
21. Tim yang peduli dan sehati dengan para penonton pendukungnya, bahkan dengan para penggerak ekonomi kerakyatan di sekeliling dunia bola
22. Masih ada lagi yang lain? Ok lah kalau begitu.
Terakhir tidak lupa perlu saya sampaikan. Dunia sepakbola, atau dunia lapangan bola, memberikan suguhan dua prinsip besar. Yaitu prinsip permainan dan prinsip hidup. Kita mengenal, misalnya, pada saat terdesak boleh melanggar secara sportif dengan resiko dapat sanksi, ditegur wasit, dapat kartu kuning atau merah, tetapi tidak boleh mencederai. Itulah prinsip permainan. Tidak bisa dibawa ke ruang kantor, misalnya. Bagaimana mungkin sebuah instansi memberlakukan peraturan tak tertulis, apalagi sampai tertulis, boleh sikut-sikutan, dengan resiko dapat sanksi, asalkan tidak saling tikam? Bahaya!
Gilang Teguh Pambudi
#LigaIndonesia
#PialaPresidenaa
#AFFCup
#Seagames
Komentar
Posting Komentar