GILANG TEGUH PAMBUDI DAN BALADEWA

Suatu hari temanku di DPRD Purwakarta pulang menghadiri acara keluarga Emha Ainun Nadjib. Dia memberiku oleh-oleh, sebuah kaos hitam bergambar Tokoh Baladewa. Kakak Kresna. Aku menerima hadiah itu dengan sukacita karena sudah menyiapkan tafsirnya. Mungkin aku akan menolak kalau diberi 'gambar daun ganja' atau apapun yang tidak kutafsirkan.

Apalagi aku lahir dan sekolah di SD Curug Sewu di sekitar obyek wisata alam Curug Sewu. Mirip Baladewa yang harus berendam di Curug Sewu, agar tidak mendengar peristiwa Baratayuda. Cukup mengihlaskan keputusan hanya kepada Allah semata.

Padahal sebagai guru spiritual dan guru gada, kepada Duryudana (kurawa) dan Bima (pandawa) ia bisa memihak salahsatunya untuk menang. Bahkan Kurawa bisa menang.  Tetapi nasehat Sri Kresna yang pro-Pandawa menjadi lebih utama bagi Baladewa.

Di depan layar tv, aku sempat tertegun gak enak, karena ada orang (tokoh naskah) yang jadi sesat karena senjata/ajian/ilmu curug sewu. Sehingga ilmu itu harus dibuang. Untung aku sudah mendaftarkan diri sejak lahir dalam paradigma ruwat diri. Maka curug sewu-ku, sirotol mustakim. Islami. Apalagi di perkebunan Curug Sewu, bapakku mandor besar yang baik dan terhormat, menginspirasi untuk cinta alam dan kehidupan. Sedangkan kakekku dari ibu tiri adalah guru ngaji. Bahkan setelah beliau meninggal, aku bermimpi, dari langit tubuhnya masuk ke dalam tubuhku. Maka aku selalu bangga kepada semua guru ngaji. Bahkan di Jakarta hari ini, istriku juga guru ngaji, sepulang kerja di Yatim Mandiri. Suatu aktivitas sosial yang sudah digelutinya sejak menjadi kepala PAUD dulu.

Tepatnya tahun 1999 di Bandung, bersama Buya Bandung, aku dan ayahku semalaman bicara panjang lebar tentang prinsip ruwat diri. Kami juga memotong ayam untuk disedekahkan kepada tetangga tanpa mencicipi sepotongpun dagingnya. Sebuah tradisi yang baik. Insya Allah.

Pada tahun-tahun itu saya sudah aktif sebagai panitia radio dan moderator on air & off air bersama beberapa ustad, misalnya Aa Gym, Kyai Aminudin, Ustad Solehudin, KH. Jalaludin Syatibi, Aam Amirudin, Tate Komarudin, Abu Syauqi, Hj. Lutfiah Sungkar dll. Bahkan MC Amin Rais For President di Cimahi (ahirnya dia ketua MPR).

Bahkan pada tahun yang sama, dengan prinsip ION-PION (isi otak nasional-pelaku isi otak nasional), yang jika disederhanakan menjadi nasionalis relijius atau kemanusiaan berketuhanan, aku meminta seorang teman siaran, yang ahirnya menjadi anggota DPRD kota Bandung, untuk menemani melegalisasi yayasan seni cannadrama yang punya visi-misi, menemani seniman dan komunitas seni, MENUJU MASYARAKAT SENI INDONESIA APRESIATIF. Yang kemudian dikenal dalam bahasa sederhana, seni anti maksiat. Ini penting, apalagi setiap hari aku siaran dangdut selain acara - acara lain, termasuk acara mingguan Apresiasi Senibudaya. Juga dewan juri berbagai event seni.

Peristiwanya serupa dengan ketika aku meningkahi kabar gak enak tentang Jampang Kulon. Konon populer kabar, di daerah ini banyak dukun, ilmu santet dan segala ilmu hitam. Padahal di daerah ini aku ngaji dasar-dasar baca-tulis Alqur'an. Juga mencintai pertunjukan qosidah. Maka 'segala suksesku', adalah sukses Anak Jampang.

Baladewa artinya, balad Dewa, teman Dewa, atau tentara Dewa. Atau tangan kanan malaikat.

Baladewa adalah penasehat Prabu Parikesit, raja setelah Pandawa menang. Dalam terminologi 'tujuh turunan', Baladewa yang 'umur panjang' itu, adalah para penasehat raja-raja masa depan dalam hal kekuatan dan keadilan. Itulah manusia biasa, sederhana, tetapi ULAMA.

Baladewa adalah juga asma. Dia seakan diam, tetapi bekerja pada setiap tubuh. Bersaksi. Sisi cahaya. Kebaikan akan mendapat pahala sedangkan keburukan akan mendapat ganjaran dari dosanya. Karena itu dia wajib punya marah, mukanya merah menyala.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG