MENTRI AGAMA POROS NKRI
Kalo bicara soal ngelamun jadi mentri, jadi mentri agama sebenarnya bukan target saya. Serius. Dalam lamunan saya sejak SMP, saya tuh cocoknya jadi Mentri Dalam Negri atau Mentri Senibudaya. Paling jauh, mungkin Mentri Pertanian karena ngalamin jadi Wong Ndeso dan Anak Perkebunan. Namanya juga ngelamun, siapa bisa batalin? Malaikat aja malah menguatkan ikat kepalanya. Haha. Meskipun saya lupa, ikat kepala malaikat terbuat dari apa dan beli di toko Cina yang mana.
Kalaupun dari kecil saya juga suka diam-diam merhatiin semua presiden. Cara berbisik ala Pak Harto, cara melipat baju ala Mandela, cara melambaikan tangan ala presiden Amerika, senyum Putri Diana, cara ngasuh Megawati, nasionalisme Bung Karno, orasi SBY, bisanya Habibie, cerdasnya Gusdur, siapnya Jokowi, bahkan raja di film-film animasi, dst. semua itu malah bikin saya ngelamun kali aja jadi Bupati atau Wakil Bupati. Ha ha.
Tapi jujur, melihat mentri agama yang terakhir di era Presiden Jokowi ini saya tertarik. Ia menjadi poros sentral pemerintah dalam menjaga keutuhan NKRI yang sejak sebelum kemerdekaan selalu dalam rahmat Allah SWT.
Perkara heboh rencana sertifikasi Khotib Jumat, saya gak dulu banyak komen. Kalaupun sertifikasi itu tidak jadi, setidaknya hebohnya beberapa hari terakhir bisa menjadi EFEK KEJUT, bahwa berkhotbah atau berceramah agama itu gak boleh asal jeplak. Harus dewasa, pinter, menyatukan ummat dan menjaga keutuhan NKRI yang dirahmati Allah itu. Kalaupun sertifikasi itu jadi, tentu langkah-langkahnya sudah diperhitungkan untuk keuntungan ummat, warga bangsa dan negara.
Yang repot kalau Mentri Agama cuma melindungi satu partai atau satu kelompok. Juga kalau MUI berpolitik praktis dengan membekingi satu partai atau suatu persekutuan tertentu.
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar