SAYA ISLAM ATAU ISLAM SAYA

Kalaupun saya lahir di Swedia atau Belanda yang kebetulan dari keluarga Yahudi atau Nasrani, saya pasti akan dibuat penasaran oleh Allah tentang kebenaran agama saya. Itu logika iman. Universal.

Bahkan di dalam Islam, sejak usia 20 tahunan, saya pernah melakukan itu. Saya gak butuh agama warisan. Yang saya ikuti karena agama bapak, ibu, atau kakek-nenek saya. Saya butuh agama yang sesungguhnya. Kalau Islam salah, saya mutlak wajib keluar. Masabodoh disebut murtad dan kafir. Dan apa hasilnya?

Hasilnya ......... gilang gemilang! Saya tetap Islam. Selain hatam Al-Qur'an saya juga hatam Injil.

Bahkan ketika saya semakin paham Al-Qur'an, sayalah yang merasa menerima Wahyu itu. Saya tidak sedang membenarkan. Tetapi kebenaran demi kebenaran itu terus datang kepada saya berupa Al-Qur'an. Saya yang harus bertanggungjawab atas penerimaan kebenaran itu. Sesungguhnya Allah saja yang sanggup, dan Maha Penanggungjawab. Dan Allah Maha Menyaksikan setiap jiwa yang terbuka atas firman-firman-Nya. Bukan rekayasa nafsu manusia.

Demikian pula ketika saya ngaji kedatangan Isa Al-Masih. Hadirnya Muhammad SAW pada keimanan saya, segaris dengan lahir dan hadirnya 'saya Muhammad' di hadapan Allah. Demikian pula hadirnya Isa Al-Masih, kehadiran pada masa ketiga dari peristiwa tragedi penyaliban (peristiwa pengangkatan ke langit), perkabungan, dan kebangkitan itu dalam diri saya. Sebuah kenyataan lahir dan hadirnya 'saya Isa' yang disaksikan Allah SWT. Maka saya menemui kebenaran Isa AS di situ yang mustahil tidak membenarkan Allah SWT dan Rosul akhir zaman Muhammad SAW. Isa yang berdoa (sholat) dan beribadah apapun sebagaimana  mestinya.

Lalu saya tetap manusia biasa. Hamba Allah. Yatim dan fakir. Yang melihat kebenaran-kebenaran.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG