DONGENG SAMIUN PILKADA

Pernahkah anda merasakan serupa dongeng ini? Ketika Anda kalah Pilkada karena ternyata yang menang calon lain. Anda ditanya, "Mana kegiatan panggungmu, kalo memang benar bisa mandiri, dengan menolak calon terpilih?" Sementara ketika di tengah jalan Anda pro kepada calon lain, yang mulanya tidak didukung,  karena di belakang hari ada tanda-tanda mulai sungguh-sungguh dalam membangun. Anda juga ditanya, "Mana panggungnya, agar setiap panggung buatanmu itu kami anggap sebagai pemberianmu dari pihak atau kubu yang menang Pilkada?" Dari dua pertanyaan itu, kalah menang nasib kita cuma dikejar-kejar. Dalam posisi seperti itu saya sudah biasa bikin kegiatan-kegiatan sosial(seni)budaya dengan anggaran pribadi.

Sampai-sampai saya pake logika  'ngeri' sendiri di depan barang yang dicuri orang, meskipun harganya tidak lebih dari dua juta rupiah. Kalau yang mencuri satu kubu dengan saya dalam tim Pilkada yang kalah, apa dia sedang berkata, "Kamu mengajak kami kalah, setidaknya pengaruhnya sampai ke sini, dapat apa kita dalam kekalahan? Ini saja barangmu saya curi. Anggap kesalahanmu itu sudah memberi!" Sementara ketika di tengah waktu saya mendukung penguasa yang terpilih dalam Pilkada, karena kemajuan pembangunannya lumayan, ada lagi pencuri yang mungkin berkata, "Sekarang kamu masuk di pihak yang menang Pilkada. Tapi kubu kamu tidak memberi apa-apa. Atau memberi tapi tidak seberapa. Atau memberi tapi tidak merata sehingga kami tidak kebagian. Ihlaskan saja barangmu ini saya curi sebagai bentuk pemberian juga". 

Sementara kalo saya berandai-andai yang mencuri itu dari kubu yang menang, apa dia sedang pesta kemenangan sambil mencibiri yang kalah? Sementara kalau mencurinya setelah saya gabung dengan penguasa yang menang, karena kemajuan pembangunan lumayan signifikan, apa dia sedang memberi ucapan selamat datang. Termasuk ucapan selamat datang karena merasa menang tapi merasa gak kebagian apa-apa? 

Sebenarnya dunia apa sih yang kita bicarakan? Padahal dari logika iman, setidaknya yang saya percayai, gak ada hubungannya antara merasa gak kebagian itu dengan curi-mencuri. Tetapi alih-alih dapat kejelasan,  sementara pihak yang kebagianpun, misalnya kalo di tingkat nasional sampai jadi Mentri, atau pejabat ini itu, dan mereka tentu bagian dari penguasa yang menang, masih juga merasa gak kebagian sehingga mesti mencuri, korupsi.

Lalu saya berdoa, "Semoga tidak demikian. Semoga kalimat Allah mengantarkan negri ini ke dalam keadilan, ketentraman, dan kesejahteraan. Amin".

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG