HARGA KETEPATAN

JALAN LURUS

lurus-lurus saja
tapi bukan kacamata kuda
bukan pula masuk tol keluar lol

Kemayoran, 2011-2017

-----

001.

Sikap diam pemerintah terhadap segala sesuatu, sudah menunjukkan sikap politiknya, termasuk di dalamnya hal politik kebudayaan. Terkecuali jika sesuatu itu pasti dianggap melanggar konstitusi (hukum yang berkeadilan) tetapi pemerintah memiliki keterbatasan memantaunya. Tetapi dengan alasan semu  keterbatasan pemantauan, pemerintah yang zalim bisa dengan sengaja diam-diam melakukan pembiaran.

002.

Pemerintah, apalagi pemerintahan daerah yang jauh dari isu besar nasional, ada yang biasa berdalih, "Ini itu kemauan anak-anak. Memang bagian bentuk kenakalan mereka. Tidak bisa dipersalahkan kepada pemerintah". Tetapi pemerintah sendiri yang memberi ijin atau memfasilitasi kegiatan yang disebut kenakalan itu. Tentu tidak lucu. Kecelakaan sosial dibangun oleh kenakalan pemerintah yang transparan.

003

Di negara kita yang berketuhanan Yang Maha Esa. Negara yang mengakui agama warga bangsanya. Kalau ada pelantikan pejabat, pasti disertakan sumpah itu di bawah Kitab Suci. Tetapi kitab suci apa namanya, atau pejabat apa namanya, kalau sebagian isi kitab sucinya sudah dibuang oleh yang disumpah?

004

Bahkan panitia panggung, Radio dan televisi pun banyak yang gak ngerti Apresiasi Senibudaya. Kalau tidak, tentu tidak akan banyak terjadi kekacauan melalui ruang-ruang itu. Lalu mengapa ketika pemerintah merasa terpanggil hadir, malah ikut-ikutan gagap? Melahirkan korban-korban baru dan kerancuan baru. Represif dan ketat tidak terarah. Mana politik kebudayaannya? Politik senibudayanya?

005

Bagaimana mungkin cendekiawan dan penguasa yang negarawan berpropaganda selayaknya politisi pecundang, bahwa kekuasaan itu untuk saling berbagi waktu. Padahal jika pemimpin yang satu bisa membangun ABCDE mengapa harus digantikan oleh pemimpin baru yang cuma bisa membangun ABC. Sehingga masyarakat kehilangan pembangunan DE-nya.

006

Tanda-tanda akhir zaman itu, otak dan hati yang dipakai-paksa penguasa. Dicucrup jarak jauh dari doa, suara vokal dan kritisnya. Tetapi tak ada kalimat dan penghargaan apapun. Bahkan ditinggalkan. Disingkirkan. Sebab kemampuan menyerap jalan fikiran seseorang yang cerdas dan bermanfaat telah diberi judul, menyerap aspirasi masyarakat entah.

Gilang Teguh Pambudi

Cannadrama.blogspot.Com

Cannadrama@gmail.com     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG

TEU HONCEWANG