LEO KRISTI MENINGGALKAN KITA?

Lirik Lagu Gulagalugu Suara Nelayan

Ber-ayun2 laju...
perahu Pak Nelayan
Laju memecah ombak...
perahu Pak Nelayan
{Buih-buih memercik di kiri-kanan} 2x...
peraaahuuu…
Lihat-lihat nelayan rentang jala pukat
Tarik-tariklah tambang...
umpan sudah lekat
{Ikannya melompat-lompat} 2x...
riang riaaa…
Jauh di kaki langit terbentang layarmu
Kadang naik...
kadang turun...
dimainkan oleh ombak
Badai laut biru
Gulagalugu suara nelayan...
ber-ayun2 laju...
ber-ayun2 laju…
Gulagalugu suara nelayan...
ber-ayun2 laju...
ber-ayun2laju…
[[musik]]
Berayun ayun laju perahu Pak Nelayan
Laju memecah ombak perahu Pak Nelayan
{Buih-buih memercik di kiri-kanan} 2x...
perahuuuu…
Jauh di kaki langit terbentang layarmu
Kadang naik...
kadang turun...
dimainkan oleh ombak
Badai laut biru
{Gulagalugu suara nelayan...
ber-ayun2 laju ber-ayun2 laju} 3x
Laylaylaylaylaylaylaylaylaylay laylaylay…3x
Hmmm….

Gulagalugu Suara Nelayan. Ini lagu yang sering saya putar di radio selama membawakan acara Apresiasi Seni di radio. Tapi tahun 1991 di Radio Menara FM Kota Sukabumi saya belum bisa memutarnya. Karena di radio yang satu itu lagu-lagunya dangdut semua. Yang muncul ya lagu dari Rhoma Irama, Imam S.Arifin, Mansyur S., Ayu Soraya, Rita Sugiarto, Elvie Sukaesih, Hamdan ATT, Mucksin Alatas, dll.

Awal tahun 1994 di Bandung barulah lagu semodel ciptaan Leo Kristi itu bisa naik acara Apresiasi Seni. Bersamaan dengan lagu-lagu dari Iwan Fals, Franky Sahilatua, Gong 2000, Swami,  Ebiet G. Ade, Uli Sigar Rusadi, dll.

Apresiasi Seni adalah acara yang saya bawakan  pindah-pindah di beberapa Radio. Di Sukabumi, Bandung dan Purwakarta. Lebih dari 20 tahun. Di tiga wilayah itu, setidaknya ketika saya naik siar di satu titik pemancar, tiga empat kabupaten bisa mendengar siarannya. Tentu efektif dan efisien untuk sebuah acara Apresiasi Seni.

Musik atau lagu yang muncul di acara itu sangat selektif. Salut, lagu-lagu Leo Kristi jadi unggulan di situ. Tidak sekadar pantas didengar, enak dinikmati, tetapi inspiratif dari banyak sisi.

Setiap memutarkan lagu Gulagalugu itu, saya merasa tidak sedang memuja artis. Jujur, saya sedang berterimakasih. Atas nama nelayan, alam, ombak laut, Indonesia dan kemanusiaan. Di situ Leo Kristi lebih besar daripada sekadar artis pujaan. Bahkan saya pernah menulis puisi, lupa kata-katanya. Intinya, siapa yang dibuang? Biar saya yang mencarinya! Tetapi Leo, saya sudah menemui "alamat Gulagalugu'-nya, tanpa terbuang.

Apa benar Leo Kristi sudah meninggalkan kita?

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG