MELONTAR LONTAR

Kuno. Itu tudingan kita kepada masa hidup daun lontar yang berfungsi sebagai media komunikasi tertulis. Sering kita tidak bisa Arif menyelami rahasia di baik tudingan kuno itu.

Kalaupun ada yang sudi melongok rahasia di situ, argumentasi terbesarnya adalah penelitian. Karena tugas atau karena dibiayai untuk melakukan itu. Misi utamanya, menemui pesan-pesan dari tulisan-tulisan 'istimewa' itu.

Sehingga saya terketuk untuk membuat sebuah catatan singkat. Perdulikah Anda pada kerumitan membuat jejak sejarah melalui lontar? Tahukah kita mengapa jaman itu bisa  melontar lontar sampai ke masa kini?

Lontar itu ukuran lembarannya tidak fleksibel seperti ukuran kertas di jaman sekarang. Proses pembentukan naskah yang bersambung pun tidak sepraktis menjilid buku di masa kini. Proses penulisannya memakan waktu. Hasil tulisan lontar banyak di miliki lembaga tertentu, atau hanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu. Untuk selanjutnya, pesan-pesan kepada masyarakat banyak hanya dilakukan secara lisan. Tutur tinular. Pesan berantai.

Agar uraian-uraian panjang bisa menyesuaikan diri dengan spesifikasi daun lontar, maka tulisan-tulisan pun bisa dibuat semisal tulisan untuk pesan-pesan utama. Padat berisi. Singkat-singkat.

Ini tentu jomplang jika dibandingkan dengan produksi buku-buku yang sangat tebal di era kini, tetapi menunjukkan keroposnya isi buku-buku itu. Ada yang menyebut, itu buku hiasan etalase atau rak perpustakaan. Akan nampak gagah susunan buku-buku tebal di perpustakaan daripada menjajarkan buku-buku tipis. Meskipun yang tipis bisa lebih berkualitas.

Kita lupa itu. Entah menyantap 'sialan' dari mana.  Padahal secara sugesti kepada remaja dan pemuda, buku-buku tebal biasa mendatangkan kemalasan membaca. Meskipun pada saf yang sama banyak kawula muda yang justru minimal bisa bergaya kalau menenteng buku tebal. Jauh bisa terlihat intelektual. Meskipun belum tentu tamat membacanya.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG