12. ORANG RADIO INDONESIA 0111-0120
0111
LAGU: KEMBALI KE JAKARTA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Sekali lagi, soal fans club di seputar radio. Saya ambil contoh dari pengalan saya sewaktu menjadi Programmer dan Kepala Studio. Kesadaran saya atas banyaknya fans club di sekeliling radio saya anggap itu aset. Bangunan komunitas pendengar. Ada yang berbentuk formal semisal OI, Slangker dll. Ada yang cuma mengaku-ngaku penggemar band ini band itu, artis ini dan artis itu. Keduanya diperdulikan. Dilihat. Diapresiasi.
Untuk band dan penyanyi yang kental misalnya penggemar Koesplus, Bimbo, Ebiet, Gong 2000, Iwan Fals, Slank, Rhoma Irama, Rita Sugiarto, Elvi Sukaesih, Inul, Band Gigi dll. Ini cukup disadari saja. Radio tidak perlu membentuk dan mengkoordinatori.
Tetapi saya pernah membentuk Koes Fans Club di Bandung. Argumentasinya, bukan sekadar ber-uporia dengan dalil kelompok legendaris Indonesia. Apalagi radio saya saat itu berfisi radio keluarga Indonesia. Dengan sajian dewasa. Porsi pendengar 25 tahun ke atas mencapai 60% lebih. Klop. Semisal kode. Tetapi tidak. Tidak cuma itu. Itu cuma satu keuntungan. Pendengar dibuat langsung tahu maksudnya. Ibu-ibu langsung ngumpul.
Diam-diam saya punya misi memberi aksen nasionalis kepada audien Nusantara di wilayah lokal. Apalagi di awal reformasi ketika gaduh dis-integrasi wilayah dan dis-integrasi sosial. Istilahnya, Kembali Ke Jakarta. Sampai harus meminjam kelompok legendaris Koesplus yang lagu-lagunya merakyat, bagaikan tari pergaulan Nusantara. Tepat! Apalagi sejak SD saya sudah menggemari. Dalam sehari saja sedikitnya 30 pendengar yang mengaku fans terdaftar nama, telpon dan alamatnya. Ini simulasi pertama. Simulasi kedua saya melakukan hal yang sama di radio Purwakarta. Dan selanjutnya saya tidak perlu membuat data dan simulasi. Cukup menjadikan itu sebagai teori koordinasi Koes Fans Club. Terbuka saja. Dan ingat, di satu kota sejenis Koes Fans Club bisa lebih dari 3 kelompok. Gak perlu dipaksa gabung. Tapi anggotanya gak aneh suka ikut sana ikut sini.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
----
0112
SOSIAL BUDAYA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Jurnalisme bisa dibangun dengan konsep sosial. Tujuannya meraih pengalaman dan manfaat sebesar-besarnya untuk membangun komunitas dan masyarakat.
Satu contoh yang saya realisasikan ketika sempat membuat Kelompok Drama Radio (KDR-1026) dan rutin membawakan acara Apresiasi Seni. Otomatis komunitas ini menjadi kelompok yang dinamis di tengah geliat seni kota Bandung. Setidaknya sebagai mata jurnalis.
Saya sebut beberapa nama diantaranya. Hermana HMT pelatih teater dan sekjen Dewan Kesenian Cimahi, Ahda Imran sampai sekarang konsisten sebagai penyair dan penulis senibudaya. Dedih WG yang tamatan STSI itu 100% jadi orang radio. Dan Teguh Ari setahu saya seorang dosen. Rudy Alyruda membina sanggar sambil ngajar di sekolah dan siaran, Tolib juga ngajar, Ali Novel tetap aktivis seni tanpa terganggu sibuk untuk dapurnya. Gak tahu aktivitas lainnya dari mereka.
Yang jelas, semua kegiatan teater bahkan senibudaya lain, terpantau oleh komunitas radio ini. Acara rutin, latihan teater, rekaman drama radio, dan siaran apresiasi seni juga diwarnai diskusi reportase senibudaya.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
-----
0113
RADIO BERITA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Ok sekarang bagaimana membuat radio berita dengan teori paling praktis. Ini untuk 100% radio berita.
Harus ada direktur program dan direktur pemberitaan. Pemimpin redaksi/Editor dan koordinator liputan. Staf redaksi/editor dan reporter/penyiar. Juga harus ada bagian produksi/rekaman.
Kalau staf editor sudah biasa memilah dan menyediakan ketercukupan berita dari berbagai sumber yang bisa langsung diimprof oleh penyiar, atau melakukan re-writing agar naskah-naskah sesuai dengan ciri khas dan kebutuhan radio, serta bersama bagian produksi dapat mengolah hasil reportase secara optimal dan kreatif, maka dasar radio berita sudah hidup.
Konsep 1000 reporter yang pernah saya tulis, juga bisa dipertimbangkan.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
-----
0114
TIDAK NAIK
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Ada yang disebut radio pemalas dalam hal jurnalistik. Tidak progresif. Malah kadang lalai. Ini sering kita jumpai. Satu contoh, radio yang biasa melepas live-reportase sebagai sajian tiba-tiba saja, sesaat dan segera berlalu. Padahal live-reportase selain memiliki nilai kesegeraan pemberitaan, juga merupakan rekaman bahan baku yang bisa diolah.
Selain itu, kita mengenal istilah keterbatasan waktu, prioritas berita, kesesuaian berita, permintaan berita terbaru tentang satu hal dari pihak redaksi, dan faktor kelalaian dalam penyampaian live-reportase.
Kenyataan itu berakibat satu hal, ada materi berita yang tidak naik. Pertama karena waktu terbatas. Kedua karena bukan prioritas. Ketiga karena tidak sesuai dengan manual acara. Keempat tidak di-request oleh pihak redaksi. Kelima karena reporternya lalai terhadap beberapa materi yang sudah disiapkan, sehingga tidak tersampaikan.
Maka, pihak redaksi yang banyak berdiskusi dengan para reporter akan membuka rahasia bahan-bahan yang tidak naik itu.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
------
0115
MULAI!
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Sudah melihat di sosial media, gambar seorang polisi bertuliskan, kalau mau maju cepat, lihatnya ke depan? Sepintas benar, dan untuk hal-hal tertentu memang benar. Tapi coba putar otak kritis. Bagaimana nengok ke belakang, kalau nengok ke belakang bisa kalah sama Bung Karno, Jendral Soedirman, Sunan Kalijaga, 'Pandawa Lima' dll.
Ini otokritik saja. Mengapa mereka pemilik masa lalu itu pemenang? Dan mengapa kalau mereka masih hidup, mereka akan bangga pada masa lalunya, sebangga anak cucunya hari ini? Tiada lain karena di masa hidupnya mereka telah memulai perjuangan dan menginspirasi. Maka bagi mereka yang di hari ini sudah pernah memulai dan menginspirasi, bersyukurlah. Bagi yang belum segera mulailah. Supaya bahagia melihat ke belakang.
Pendek kata, ada filosofi yang menyebut, sukses itu justru melihat ke belakang. Misal, apakah seumur-umur tidak pernah menyentuh narkoba, atau akan berkata, Alhamdulillah sudah tobat jadi pengguna? Wajib sholat itu hukumnya setelah tunai. Kalau belum, melamunkan kewajiban!
Di dunia radio, radio adalah media massa. Seluruh stasiun radio dan pribadi-pribadi orang radio Indonesia semestinya selalu memulai perjuangan dan menginspirasi masyarakat untuk hidup lebih baik. Lahir batin. Selamat menyelamatkan.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
-----
0116
SUDUT PANDANG UJUNG PANDANG
(tips untuk orang radio sukses)
Tapi benar, dalam hidup manusia, ciri-ciri sudut pandang (prinsip) yang dipakainya akan sangat menentukan kredibilitas kepribadiannya. Dengan sudut pandang itu, akan terlihat ujung pandangnya. Semisal, ketika Rosulullah menyantuni yatim, maka jauh ke masa depan ia meneropong kesejahteraan anak yatim itu.
Ada yang cekak, sudut pandang itu egois dan selalu pribadi. Tapi bukankah ketika seseorang mengatakan harus mencintai falsafah merah seperti dirinya, maka itu yang mengakibatkan orang lain mencintai falsafah putih? Artinya, humanisme universal itu. Selamat menyelamatkan itu.
Saya gagal mencalonkan diri jadi ketua cabang PRSSNI, misalnya, karena saya ketika itu bukan direktur/penanggungjawab. Saya seorang Kepala Studio/Programmer. Bunyi AD-ART-nya begitu. Tentu saja saya tidak mau mengaku gagal sebelum mencatatkan nama dengan tetap melihat AD-ART. Harus digagalkan ketika sidang sudah dimulai. Tapi sebaiknya kita nengok ke depan, jauh, mengapa para kepala studio/programmer/para penyiar/jurnalis radio perlu membangun organisasi dan berjuang di dalamnya? Pada saat yang sama wartawan-wartawan lokal PWI bisa jadi ketua PWI Kabupaten.
Saya juga pernah 'dipecat dengan sangat hormat', konon karena beberapa kali membawakan materi siaran anti selingkuh dan cenderung pro-poligami. Konon ada LSM wanita yang protes ke KPI segala. Entahlah. Bahkan saya membuat aturan jangan putar lagu-lagu 'halal selingkuh'. Lalu malah dianggap fulgar bicara keharmonisan pasutri. Tapi bukankah kita butuh masa depan?
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
-----
0117
LINGKARAN
(tips untuk orang radio sukses)
Kerja tim setiap titik yang ditunjukkan oleh organigram institusi radio, mestilah merupakan lingkaran kekompakan. Ekspresif, kreatif tetapi solid. Apalagi organisasi ini tidak melulu melihat ke dalam tim kerja semata, tetapi untuk membuat kebijakan yang berpengaruh pada masyarakat banyak. Sampai-sampai, kebiasaan mempertimbangkan kepentingan orang banyak ini sempat membuat saya ngomong ke anak istri, sebenarnya saya punya rasa untuk jadi kepala daerah.
Memang, pengalaman saya menunjukkan, guyubnya keluarga crew dan pimpinan perusahaan, yang bagaikan adik-kakak atau anak-bapak membuat radio itu sangat humanis. Tetapi saya punya kisah lucu yang menyakitkan. Ini catatan saja.
Di suatu MUNAS PRSSNI di Jakarta saya beberapa kali teriak, sebelum saya mati semoga organisasi radio menunjukkan kemajuan dan kebaikan yang signifikan. Ternyata keesokan harinya ada direktur radio lain bertanya, emangnya ada apa kau dengan direkturmu? Nah lho, saya garuk-garuk kepala. Fyur protesku untuk organisasi. Melihat rentan, lemah, berkekurangan di sana-sini. Padahal dalam putaran selanjutnya saya juga mendukung kalau direktur saya mau menjadi ketua PRSSNI cabang Karawang-Subang-Purwakarta. Karena kalau dia terpilih setidaknya saya bisa bantu kerja jadi tangan kanan di organisasi. Pertanyaan aneh itu tak terjawab sampai masa tugas saya berahir.
Saya baru berfikir maju jadi ketua PRSSNI cabang Bogor-Sukabumi-Cianjur ketika pindah memimpin radio di Sukabumi. Kenapa ini diceritakan? Entah kenapa selain masalah keorganisasian, marketing radio, profesionalitas orang radio dll, saya merasa perlu bicara banyak soal pengaruh radio pada kehidupan sosial-budaya, seni-budaya masyarakat.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
-----
0118
SERTIFIKAT
(tips untuk orang radio sukses)
Sertifikat atau tanda tamat pendidikan kepenyiaran atau jurnalistik memang sangat membantu ketika kita memilih radio sebagai tempat bekerja mencari penghasilan, sekaligus berekspresi kreatif. Seluruh teori-teorinya akan bermanfaat. Tetapi sertifikasi (hasil seleksi) alam juga sering memenangkan kompetisi di dunia ini. Yaitu mereka yang menunjukkan potensi keradioannya dengan maksimal dan optimal. Semacam bakat alam yang kemudian terasah oleh programmernya.
Kesimpulan dari kedua orang radio dari dua pintu itu adalah, totalitas, keihlasan, dan kebahagiaannya menggeluti dunia siaran.
Saya punya pengalaman menyembunyikan sertifikat jurnalistik hampir 20 tahun. Gak banyak bicara. Karena sertifikat itu dikeluarkan oleh Forum Pembinaan Pribadi Muslim dengan membubuhkan kalimat "demi izzul Islam wal muslimin". Kalau saya buka, dikisah-uraikan, untuk apa?
Saya justru sering mengucapkan terimakasih kepada PRSSNI yang telah banyak memberi sertifikat jurnalistik dan kepenyiaran, yang ilmunya saya bagikan kepada segenap crew radio. Atau berterimakasih kepada RRI Bandung karena pernah belajar dasar-dasar siaran di situ. Atau kepada TVRI Jakarta karena pernah mendapat arahan jurnalistik di situ juga. Padahal, ada sertifikat pertama yang memulai semuanya. Apalagi saat itu konon saya terbaik nasional. Otomatis jadi sugesti perjuangan selanjutnya.
Tapi .... apa kata dunia kalau saya mengaku pejuang Islam? Biar Allah saja saksinya.
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
------
0119
SEMINAR
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)
Apa gunanya ikut seminar buat orang radio? Apa ada kaitannya dengan kenaikan jabatan atau kenaikan upah? Seminar apa saja yang perlu diikuti oleh penyiar radio?
Kalau anda bingung menjawab pertanyaan seperti itu, gak usah ikut seminar sekalian. Atau, kalau cuma nungguin uang bulanan yang tidak seberapa sambil ngamuk-ngamuk dan tidak progresif dan kreatif, sebaiknya keluar dari radio saja. Sebab itu peristiwa harian yang menyakitkan. Kita seperti manusia tertindas oleh situasi dan diri sendiri.
Seminar enterpreneur, marketing, dan segala yang berbau media publik perlu diikuti. Bukan untuk menumpuk sertifikat. Tetapi untuk menemani direktur memecahkan persoalan radio kita, membantu proses pemasaran program radio, sensitif terhadap rasa 'menjual', meningkatkan profesionalitas, mengetahui hal terkini dari data-data yang diperlukan, dll, sampai demi refresing intelektual. Kenapa refresing? Karena seorang sarjana sekalipun kadang-kadang suntuk oleh keseharian. Motivasi bisa datang dari iklim seminar yang penuh semangat. Maka belakangan banyak bermunculan motivator jadi pembicara seminar. Seperti dunia hiburan yang lain, atau dunia selebritis. Bahkan ada yang menyebut, dunia seru-seruan.
Maka bagi para direktur dan programmer sebaiknya mudah memberi ijin kalau ada crew radio mengikuti seminar yang bermanfaat. Efek positif dari seminar itu juga membuat orang radio kreatif di luar radio, sehingga menemui banyak solusi. Programmer dan direktur tentu bisa membaca peta, berapa rupiah sudah diberikan untuk kesejahteraan crew kalau tidak ada solusi sama sekali. Tetapi tentu saja, jadwal siaran dan tugas rutin di radio tetap nomor satu kalau tidak mau dipecat.
SALAM PROFESIONAL.
(Gilang Teguh Pambudi)
------
0120
PERBANDINGAN
(tips untuk orang radio sukses)
0120.
Mungkin anda suka heran, ada dua radio. Yang satu harga iklannya lebih tinggi. Kegiatan off airnya bernilai tinggi juga. Sementara yang satu lagi nilai iklannya masih di bawah, nilai kegiatan off airnya juga tidak besar. Tetapi anehnya, radio kedua lebih terlihat progresif, profesional dan disukai audien.
Ternyata masalahnya dalam hal pengelolaan. Radio kedua berusaha memberikan yang terbaik kepada klien sponsor dan kepada pendengar. Sedangkan radio pertama, memang punya pengalaman marketing yang lebih baik, tetapi lalai.
Saya sendiri yang sering menyelenggarakan acara off air di atas 40 juta ketika masih aktif, selalu berusaha menghormati teman-teman dari radio lain yang untuk sekali kegiatan off air biayanya rata-rata di bawah 10 juta. Tentu karena alasan kerja profesional dan kerja tepat milik semua radio. Begitu pula ketika bertemu radio yang biaya off airnya juga besar, saya mengucapkan selamat. Cara berfikir ini membuat kita lebih berhati-hati bekerja.
Akibatnya? Kita bisa bermain dengan angka kecil dengan sangat profesional. Dan menghargai angka yang lebih besar dengan tanggungjawab yang lebih besar pula. Akibatnya untuk proposal di atas 100 juta pun kadang tidak sulit mendapat sambutan sponsor. Sampai ketika jongkok di atas WC di suatu hari raya, seorang perwakilan sponsor masih menelpon dan mengucapkan, "Selamat hari raya, Pak Gilang".
SALAM PROFESIONAL!
(Gilang Teguh Pambudi)
Cannadrama.blogspot.Com
---------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar