13. ORANG RADIO INDONESIA 0121-0130

0121
JAM ARTIS
(tips untuk orang radio sukses)

Coba ingat-ingat, berapa rupiah satu jam siar diberikan kepada artis/penyanyi yang sedang promo di radio anda? Mungkin mereka baru mengeluarkan album baru, atau mau naik panggung, atau mau tayang film baru. Berapa?

500.000? 1.000.000? 2.000.000? Untuk kesederajatan iklan 50.000/menit.

Saya pernah memotivasi penyiar, kalau setinggi itu nilai satu jam siar radio untuk artis, lalu bagaimana kalau hitungan itu ditarik kepada kita? Sehari siaran minimal 2 jam selama 26 hari/bulan. Total nilai jam keartisan kita, 26.000.000,- (untuk hitungan 500.000/jam). Padahal UMR ketika itu masih di bawah 1.000.000,-.

Hitungan jam artis itu tentu saja bukan kesesuaian angka gaji rutin kita tiap bulan. Melainkan membaca nilai jam 'keartisan' atau 'figuritas'  kita di radio, di tengah ranah publik. Mahal bukan? Lalu mengapa kita memilih siaran remeh dan murah, bahkan salah?

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0122
MUSIK/LAGU TELINGA
(tips untuk orang radio sukses)

Kebanyakan masyarakat merasa gak perlu jadi pemusik atau penyanyi. Mereka cuma butuh mendengar, menikmati dengan sukacita, atau menghayati secara tematik. Apalagi instrumen yang multi interpretasi.

Ini hal sederhana tetapi penting. Intinya mereka butuh dihibur secara emosional dan intelektual melalui pemrograman, pemilihan musik/lagu, dan pemutarannya. Kita sebut, musik/lagu untuk telinga.

Adapun musik untuk para pemusik ada pada improfisasi atau acara apresiasi musik. Lebih bersifat khusus dan mengecil jumlah telinganya.

Tetapi jangan salah, dunia imajiner kita akan menyentuh wilayah hayali. Yaitu ketika telinga-telinga yang banyak itu merasa pemusik atau penyanyi. Itu normal. Justru karena hal itulah kaset/cd/vcd musik ada yang beli. Bukankah kita sering dengar, seorang penonton film ngomel-ngomel karena ada adegan jelek sekali, atau memuji-muji karena sebaliknya. Maka info dan improf musik kita pun gak boleh ngaco, karena mereka harus jadi 'orang tahu'.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0123
DANGDUT REQUEST
(tips untuk orang radio sukses)

Acara permintaan pemutaran lagu dangdut via sms, telfon, fb, atau apapun sesungguhnya sama dengan acara permintaan lagu pop, campursari, lagu mancanegara, bahkan tembang Sunda dan keroncong. Perbedaanya hanya ada pada jenis musiknya.

Kalau disebut dangdut adalah selera rakyat menengah ke bawah, bagaimana dengan daerah-daerah yang dominan musik popnya? Itu pun dengan sebutan sesuai opini masyarakat,  pop manis, pop cengeng, pop ringan dst. Apakah di tempat ini musik pop adalah selera menengah ke bawah atau bahkan musik kampungan?

Kita tidak perlu meluruskan di saat membawakan acara dangdut request tentu saja. Itu kan paradigma pemrograman. Dalam on air kita mesti natural saja. Memutar lagu-lagu sesuai aturan main, dengan rasa menghibur, familiar, dan cantik.

Terasa atau tidak, memutar lagu-lagu selera rakyat Indonesia itu akan membawa mereka menyadari bahwa dangdut adalah pemersatu bangsa, aset negara, mendatangkan rasa nikmat yang khas dalam ber-Indonesia. Ini sudah cukup. Maka kita berharap tidak ada yang membuat cacat dangdut dengan tema-tema yang merusak.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0124
ACARA CURHAT
(tips untuk orang radio sukses)

Ada sangat banyak acara mingguan, beberapa yang bisa disebut karena disukai atau ditunggu-tunggu diantaranya adalah: Tangga Lagu, Satu Jam Bersama '...', Wayang Golek, Dialog Dengan Dokter, Apresiasi Seni/Sastra, Info Wisata, Ajang Curhat, Info Olahraga Sepekan, dst.

Lihat. Dari yang saya sebut ada satu jenis acara yang sangat terkenal di dunia radio, Ajang Curhat. Yaitu acara spesial untuk mencurahkan isi hati, baik sedih atau bahagia dalam urusan percintaan. Biasanya digandrungi remaja dan pemuda. Apalagi yang jomblo, termasuk janda dan duda.

Biasanya acaranya berupa pembacaan karya tulis berbentuk curahan hati. Bisa serupa puisi atau surat. Ada yang ditujukan kepada inisial seseorang, ada pula yang ditujukan kepada entah. Mungkin masih sebatas harapan dalam kesepian dan kehampaan.

Saya jadi teringat orasi saya di gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Pusat Jakarta tahun 1991. Selain bicara soal jurnalistik, saya juga menyampaikan satu prinsip, bahwa surat-surat cinta yang 'nyastra' adalah bentuk tafsir seseorang atas ajaran hidup. Maka jika kita menemui surat-surat cinta atau naskah-naskah curhat yang berbau putus asa, temperamental, bahkan 'mesum', maka kita segera  bisa menebak, sedemikian rentan dan nestapanya tafsir hidup mereka. Di sinilah penyiar sebagai penengah harus cerdas, dewasa dan penuh alternatif solusi. Apakah kita temui hal demikian dalam surat-surat cinta Bung Karno, misalnya?

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0125
ALA BISA
(tips untuk orang radio sukses)

Setiap daerah di Nusantara pasti memiliki seni tradisi yang khas dan digandrungi ketika disiarkan radio, baik sebagai acara harian atau mingguan. Di tatar Pasundan ada Wayang Golek, di Jawa Tengah dan Jogja ada Wayang Kulit, dst.

Kopetensi yang perlu dimiliki oleh seorang penyiar acara tradisi seperti itu adalah, standarisasi yang direncanakan. Oleh karena itu perlu ada kesepahaman antara penyiar dan programmer. Untuk acara Wayang Golek, misalnya, tidak harus pembawa acaranya adalah seorang dalang atau sefasih dalang dalam menghafal sangat banyak lakon wayang.

Penyiar Wayang Golek setidaknya sudah mempelajari sejarah wayang, dan sisi pentingnya untuk disiarkan di era kini. Dia juga mengenal tokoh-tokoh populer dalam pewayangan sebagai bahan improfisasi. Selain itu, ini yang penting, harus sudah mempelajari tema wayang yang akan disiarkan. Karena dengan cara itu ia bisa mengajak pendengar untuk menikmatinya.

Satu lagi, wayang golek dan seni tradisi Sunda lainnya adalah duta Kasundaan. Maka orang radio untuk siaran acara Sunda wajib paham falsafah Kasundaan. Paham yang humanis universal. Ini rahasinya, banyak yang tidak tahu, kearifan dan kecerdasan lokal di dalam wayang bahkan di dalam tari jaipong adalah kesepahaman dunia. Termasuk kesepahaman dalam identitas nasional. Sekali lagi, banyak yang tidak sadar ini.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)

-----

0126
SIARAN PEMILU
(tips untuk orang radio sukses)

Selain program harian dan mingguan, penyiar sering ditugasi pula untuk acara pertengah bulan atau perbulanan. Misalnya acara-acara siaran langsung dari aula yang diset untuk minggu ke 1 dan ke 3. Atau sebulan sekali. Ada juga acara tahunan, misalnya program spesial malam tahun baru. Atau yang berkaitan dengan hari besar nasional, hari besar agama, dan hari peringatan internasional. Ada juga yang dulu perlima tahun sekali, yaitu sebulan siaran PEMILU. Tetapi untuk saat ini pemilu legislatif, pemilu presiden, dan pemilu kepala daerah untuk gubernur dan bupati, kesemuanya tidak serentak 5 tahun sekali. Susul-menyusul.

Informasi siaran pemilu ini menuntut para penyiar untuk tetap profesional di bidangnya di tengah pesta demokrasi itu. Terlepas dari kecenderungan pribadi pada partai-partai tertentu, tetapi secara kelembagaan, institusi radio memiliki rujukan undang-undang siaran dan undang-undang pemilu.

Mustahil para penyiar mengawal sebulan pesta pemilu tanpa tahu undang-undang pemilu. Malah kalau perlu jauh-jauh hari penyiar menguasai teori jurnalistik liputan pemilu dan mengikuti sosialisasi undang-undang, aturan, dan jadwal pemilu.

Pendek kata, radio termasuk lembaga yang bertanggungjawab dalam hal mencerahkan masyarakat untuk memiliki kesadaran demokrasi melalui pemahaman dan keikutsertaannya dalam pemilu.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)

-----

0127
AKTIVIS PARTAI
(catatan untuk orang radio sukses)

Selama menjadi penyiar, di luar radio saya pernah aktif di suatu partai. Tetapi saya harus sesuai undang-undang, netral ketika memutar iklan kampanye partai apapun, bahkan ketika suara saya dipakai untuk mengisi iklan itu. Maklum pihak marketing dan partai sudah menandatangani perjanjian promosi. Ini resiko. Meskipun masyarakat kenal betul suara saya.

Hal sama saya berlakukan kepada seluruh penyiar tanpa kecuali ketika saya mulai jadi manajer radio. Mereka ada yang aktif di partai beda-beda. Bahkan ada yang calon anggota DPR. Tetapi saya memberlakukan peraturan rata, semua harus memutar iklan partai apapun secara profesional, membaca adlibs dan mengisi suara iklannya.

Kalau ada yang jadi calon anggota DPR dari partai tertentu, memang ada baiknya penyiar yang bersangkutan rehat selama bulan kampanye, supaya suaranya yang terkenal tidak mengisi iklan partai yang berbeda dari yang dibelanya. Masalahnya, ada radio yang bisa memberi izin, ada yang tidak.

Kalau radio tidak memberi izin rehat siaran selama bulan kampanye, otomatis penyiar itu harus mundur sebagai penyiar, untuk total menjadi calon legislatif.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0128
REFORMASI PINGGIR JALAN
(tips untuk orang radio sukses)

Suatu ketika di awal reformasi saya siaran duet di bulan pemilu. Teman sebangku saya adalah calon anggota DPRD Kota Bandung. Dalam hati sebagai programmer saya bilang, "Kalau ada iklan partai lain yang masuk, kamu bisa ngisi suara rekaman tidak?" Tapi saya jawab sendiri, "Biarpun partaimu beda dengan partainya direktur kita, kamu pasti menemui kepala studio yang sehati untuk dilindungi agar tidak ngisi suara iklan partai lain. Dengan begitu suaramu di daerah pemilihan aman". Aku tersenyum. Dia pun lolos ke gedung Dewan.

Tapi saya punya pengalaman lain, saya anggap gagap situasi. Di era Mega Presiden wajar saya memberi ruang terbuka untuk pemberitaan soal Presiden dari PDI Perjuangan itu, juga kegiatan partainya. Apalagi bupati di tempat saya jadi kepala studio dan programmer juga diusung oleh PDI Perjuangan. Hampir tiap hari berita Mega, Bupati, juga partainya naik dalam journal Suara Populer Ekspos tiap jam. Sampai presiden berganti SBY tetapi bupatinya belum ganti. Tentu berita lain, tokoh lain (termasuk berita SBY), bahkan partai lain juga ada. Tidak 100% begitu.

Tiba-tiba ketika saya duduk di mobil ob-van samping supir, saat mobil itu berhenti pinggir jalan karena ada crew di belakang mau beli sesuatu, supir saya nanya," Kalau Kang Gilang partainya apa?" Saya fikir itu hanya celetukan belaka, saya jawab, "Emangnya kenapa, saya PDI Perjuangan". Pertanyaan itu juga datang dari crew lain. Data ini menunjukkan gak ada perintah formal soal individu 'berasa partai' di radio.

Tak tahunya beberapa minggu kemudian saya dipanggil direktur. Dia berkata, " Sudah lama kita kerja sama (sejak 1991), ahir bulan ini nampaknya kerja sama kita tidak akan dilanjutkan lagi. Situasi perusahaan sedang saya atasi". Hmmm. Padahal radio sedang di atas angin. Dulu waktu saya mulai memimpin, direktur ngaku putus asa sampai mau menjual radio itu. Mungkin saya tidak perlu 100% curiga karena partai, apalagi beberapa bulan sebelum itu saya dipanggil PKS dan diberi ucapan terimakasih di atas panggung karena telah memutar iklan kegiatan sosialnya. Teman-teman juga tahu di era orde baru di kabupaten lain saya biasa kampanye untuk PPP. Meskipun waktu jadi ketua Karang Taruna Kelurahan (1992) hati saya sudah GOLKAR. Lalu di awal reformasi saya PAN. Sebagai pribadi yang kerja di radio, saya masabodoh masyarakat tahu itu.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0129
TALKSHOW KAMPANYE
(tips untuk orang radio sukses)

Wawancara dengan siapapun adalah hal lumrah, tidak beda. Terasa ada tantangan tersendiri ketika narasumbernya orang populer atau pejabat tinggi menurut masyarakat. Bagaimana kalau dalam suatu talkshow yang hadir narasumber partai yang mau pemilu?

Setidaknya ada beberapa jenis kita kenal. Diantaranya wawancara sesuai jadwal hari kampanye, sehingga radio punya jadwal sesuai sosialisasi dari KPU. Bahkan anggaran juga dari KPU. Sementara partai kebagian waktu sama. Atau, sesuai Undang-Undang partai tertentu mengajukan acara talkshow.

Tentu tidak penting, seorang penyiar separtai atau tidak dengan narasumbernya. Yang jelas, penyiar mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mewakili pendengar, sedangkan pihak partai harus jago menjawab pertanyaan masyarakat itu kalau mau sukses. Biasanya partai menyiapkan pembicara yang handal, berwibawa atau berpengaruh. Bahkan poin-poin yang diserahkan narasumber kepada penyiar untuk kampanye partainya tetap akan ditanyakan dengan nada kritis. Karena justru harga jurnalistiknya ada pada kejelasan di situ, tanpa mengurangi niat kampanye narasumbernya.

Pertanyaan itu misalnya, "Partai anda menyebut anti korupsi, tapi masyarakat ada yang curiga calon anggota dewan anda terduga koruptor, bagaimana menjelaskan persoalan ini?" Kalau penjawab sukses, dia sudah berusaha mengatasi keadaan yang sesungguhnya.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0130
MENGENAL JURNALISTIK RADIO SEJAK SMA
(tips untuk orang radio sukses)

Suatu ketika di Selabintana Sukabumi saya sebagai Kepala Studio Radio menjadi ketua panitia pedidikan jurnalistik radio tingkat SLTA. Narasumbernya dua orang dari IISIP Jakarta.

Yang terfikirkan oleh saya ketika merealisasikan kegiatan itu setidaknya ada dua perkara. Pertama, para siswa SMA dalam wilayah pengayaan pendidikan, sebaiknya mengenali fungsi radio dari dekat. Karena kelak mereka tidak 'gagap radio' ketika aktif di masyarakat, menjadi aktivis mahasiswa, atau setelah menjadi tokoh masyarakat dan profesional. Radio adalah sentrum dunia. Kedua, jika para siswa itu ada yang berbakat di bidang jurnalistik, mereka sudah mendapat tempaan yang proporsional sejak di SMA. Bahkan bisa kuliah untuk jurusan yang sesuai.

Berangkat dari pengalaman itu, tidak ada salahnya kalau radio-radio secara independen, mengandalkan SDM penyiar andalannya mengadakan pelatihan jurnalistik untuk SMA. Fungsinya untuk promosi kepada pendengar muda bahwa radio adalah dunia yang menghibur, memberi informasi, dan mendidik.

Tidak mustahil jebolan pelatihan ini yang prestasinya menonjol kelak bisa juga menjadi penyiar, sambil kuliah atau setamat kuliah. Karena kelompok drama radio yang pernah saya latih pun bisa melahirkan penyiar dan reporter.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
Cannadrama.blogspot.Com
--------------------------------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG