23. ORANG RADIO INDONESIA 0221-0230

0221
KARTU NAMA
(tips untuk orang radio sukses)

Sudah lama orang radio mafhum bahwa salahsatu kode penting bagi kerja radio adalah kartu nama, selain dikenal namanya melalui siaran radio. Apalagi sudah dimaklumi, penyiar adalah juga penjual acaranya. Apa pasal?

Dengan dikenal di radio, seorang penyiar bisa didatangi oleh siapapun, oleh biro iklan atau orang penting sekalipun. Biasanya biro iklan bereaksi kalau tiba-tiba tertarik pada suatu program acara tertentu yang khas, populer, yang dibawakan oleh seorang penyiar. Tetapi dengan pertemuan dalam berbagai forum, pertemuan personal yang sangat singkat hanya bisa mudah diatasi dengan kartu nama.

Bahkan bagi orang radio yang profesional, sudah makan asam garam radio, ia tidak akan mudah menghapus sebutan PENYIAR (orang radio) dari kartu namanya meskipun sedang off. Sedang tidak ada job di radio. Kenapa? Karena dengan membaca profesi itu di kartu nama, seorang kenalan baru bisa tiba-tiba tertarik menelponnya untuk menjadikannya MC, moderator, atau terlibat kepanitiaan suatu acara.

Ada yang bilang, sekarang jaman tukar menukar nomor telpon dan pin BB secara langsung, tak perlu kartu nama. Nyatanya, itu hanya berlaku pada kondisi tertentu saja, kondisi durasi yang agak luang, tidak pada semua kondisi. Karena kondisi yang lain justru meminta, mana kartu namanya?

Salam profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0222
HIAAA... EIT ....
(tips untuk orang radio sukses)

Sudah umum enterpreneur diterjemahkan wirausahawan atau pengusaha. Enterpreneurship adalah orang-orang yang berjiwa wirausaha. Lalu apa hubungannya dengan orang radio?

Sepintas, seorang direktur radio komersial sebagai bagian dari Orang Radio Indonesia adalah seorang pengusaha, maka dia bisa disebut enterpreneur. Sama seperti orang-orang yang punya pabrik, punya percetakan, toko dll. Lalu bagaimana dengan crew radio yang lain di depan buku tebal, enterpreneurship?

Memang seorang wirausahawan adalah seseorang yang mampu mandiri berusaha. Sederhananya, mampu membeli barang, lalu mengolahnya atau tidak, dan menjualnya demi meraih keuntungan, lalu mengelola prosedur itu yang terus semakin besar dan semakin rumit tantangannya. Dalam bidang jasa, mampu melayani pihak yang membutuhkan layanan demi meraih laba. Tetapi apakah itu artinya enterpreneurship hanya milik seorang direktur?

Tentu tidak. Enterprenership adalah modal besar bagi seorang karyawan. Karyawan teladan. Karena di dalam bekerja ia akan berhati-hati selayaknya direkturnya. Progresif. Berusaha mendulang untung untuk perusahaannya. Pendek kata, ia menjadi pengusaha bersama direkturnya. Meskipun saya tahu, banyak keluhan, sedikit sekali direktur yang sudi berterimakasih kepada kepercayaannya yang teladan.

Salam profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0223
MENIKMATI KLASEMEN
(tips untuk orang radio sukses)

Seorang teman baik saya Rosy Al-Hafidz, kepala Yatimmandiri Depok Ym, suatu ketika di Studio Alam TVRI berdiskusi dengan saya tentang kelesuan dunia radio saat ini. Kebetulan ia bersama tim baru saja wawancara di sebuah radio. Saya jawab, "Dari suatu sudut pandang dan aspek tertentu kelesuan itu memang ada. Tetapi ada juga yang harus diluruskan. Ketika suatu radio semakin mengerucut dengan raihan pendengar yang segmented, maka itu bukan bentuk kelesuan. Apalagi radio komunitas atau radio komersil bergaya komunitas. Mereka seperti sebuah pergumulan sekian puluh ribu manusia di sekeliling gelombang radio. Tetap eksis! Sepintas, masabodoh dengan radio kompetitor se-kota yang punya segmentasi berbeda.

Saya jadi teringat sistem klasemen dalam perhelatan sepakbola. Ada pertanyaan awam, mengapa tim papan tengah, bahkan langganan papan bawah, di liga Inggris dan Spanyol tetap percayadiri? Tiada lain karena dua alasan. Pertama, supremasi dan harga diri. Untuk tetap bergumul di kelas liga yang disorot mata nasional dan dunia semacam itu bukanlah hal yang mudah. Itu sudah kualifikasi alam tentang keikutsertaan. Demi nama baik yang tetap populer. Istilah sepakbolanya, yang penting tidak terkena degradasi. Kedua, klasemen tengah atau bontot sekalipun, selama kalkulasi penontonnya tinggi, masih menarik untuk promosi.

Dunia radio pun demikian. Sebuah radio yang dalam beberapa hal tertentu kalah unggul dari radio lain sekota, ternyata tetap hadir aman dan survive. Malah masih disebut punya khas tertentu. Mengapa?

Tentu karena sebagai sebuah media siaran ia tetap melakukan pekerjaan on air dan off air secara normal. Masih bernilai promosi, selain utuh menjalankan fungsi dasar radio, edukatif, rekreatif, informatif. Ia tetap punya sekelompok pendengar yang jumlahnya ribuan itu. Yang seperti komunitas pendengar setia radio itu.

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0224
HARI KEBUDAYAAN
(tips untuk orang radio sukses)

Poin ini saya tulis pada hari ini, tanggal 7 November yang digadang-gadang oleh sementara pihak sebagai bakal hari kebudayaan yang semestinya diresmikan pemerintah. Salah satu penandanya adalah kekahiran penyair Rendra. Meskipun disebut-sebut 7 November lebih tepat sebagai hari wayang nasional. Apalagi ada konggres kebudayaan di masa lampau yang menarik untuk jadi rujukan juga. Maka terlepas dari kapan tanggalnya, saya melihat, hari kebudayaan Nusantara (nasional) memang penting untuk mengakui potensi budaya, membuka wacana budaya,  sekaligus menjadi  momen promosi secara internasional. Perlu diperhitungkan cermat.

Bahkan kalau dikaitkan dengan era Presiden Jokowi, kenapa tidak? Untuk hal baik, sesuatu yang mendesak menurut prinsip politik yang terbuka pun tidak apa-apa. Atau mau menunggu berganti presiden dulu? Apa kaitannya, apa untungnya?

Bagi orang radio Indonesia, keberadaan hari kebudayaan Indonesia bisa memicu semangat untuk menggunakan seoptimal mungkin fungsi media masanya untuk mencerahkan kebudayaan Indonesia. Bisa disebut sebagai, momen sadar kebudayaan Indonesia melalui gelombang radio. Tentu menjadi warna yang menyatu dengan gerakan kebudayaan di luar institusi radio.

Sungguhpun ada radio-radio yang sudah melek senibudaya Indonesia sejak awal berdirinya, tetapi tidak sedikit radio-radio yang masih buta. Gagap budaya. Ini bahaya.

Salam profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0225
MANUSIA & KEBERAGAMAN
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Kalau kita masuk ruang siaran yang sifatnya self operating, biasanya kita menyaksikan adegan semisal one man show, meskipun dalam beberapa acara tertentu bisa dua orang atau lebih.

Ternyata ketika kita melihat seseorang yang sedang siaran, kita harus membangun kesepahaman, bahwa di ruang siaran itu sedang berinteraksi langsung puluhan ribu orang dari mana-mana. Berjubel.

Maka seorang penyiar tidak boleh egois. Selalu pingin menang dengan prinsip dan pendapatnya sendiri. Harus me-manusia secara universal. Semisal sapaan, kalau saya malam tahun barunya suka diisi dengan bakar jagung, mungkin kalau anda bakar ikan dll. Begitulah contoh sederhananya. Kalau dalam kontek agama misalnya, selamat Idul Fitri buat ummat Islam, semoga selamat dan berbahagia, sementara buat yang juga menikmati libur Idul Fitri, semoga harmonis bersama keluarga.

Dunia manusia adalah juga daya jual radio. Pada lingkarannya akan terlihat siapa akhirnya yang merapat dan memberi cinta krpada media kita. Bahkan kalau ada perselisihan antar crew tidak boleh sampai terbaca di udara, karena akan terasa tidak humanis.

Salam profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
#radio
#orangradioindonesia
#radioindonesia
#prssni

-----

0226
ORANG RADIO & ORANG TV
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Ada sebuah rahasia umum di masyarakat. Bahkan dipahami oleh masyarakat di tingkat RT dan RW. Bahwa ketika sebuah kepanitiaan membuat rencana acara, ada saja kalimat, "MC, juri, atau koordiator acara-nya Si Anu saja, dia orang radio". Kalimat ini masih berlaku meskipun orang yang dimaksud sedang off dari program siaran radio. Kalau bahasa anak TV, "Lagi gak bawain program".

Fenomena tersebut sekaligus penjelasan paling khas, natural, otentik, dan argumentatif. Bahwa kalau saya menyebut Orang Radio Indonesia, maka dia adalah siapa saja, baik orang radio yang masih aktif maupun orang yang sedang/sudah tidak aktif. Ini sudah tujuh turunan. Rejeki orang radio.

Sekaligus menunjukkan bahwa potensi orang radio bisa berguna bagi masyarakat kapan saja, di mana saja.

Tetapi ada sedikit perbedaan. Kata masyarakat awam, orang radio adalah para penyiar aktif atau mantan penyiar. Sedangkan kata dunia peofesional, orang radio adalah semua orang yang berkecimpung di dunia radio, termasuk direktur, marketing, bagian teknik dll.

SALAM PROFESIONAL

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0227
PENGHARGAAN DARI ORANG TV
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Satu contoh. Saya pernah berduet jadi MC bersama Rina Gunawan di acara Aksi Panggung Yatim. Saya dikenal sebagai Orang Radio dan aktivis senibudaya, sedangkan dia dikenal sebagai Orang TV dan Bunda Yatim.

Saya tentu memperkenalkan dia yang dikenal sebagai selebriti pembawa acara-acara di televisi nasional. Dan dia menyahut dengan menyebut, senang bisa berduet dengan Kang Gilang, orang radio.

Disebut orang radio saya sangat bangga, meskipun di 'belahan dunia' lain saya juga bangga disebut EO, Pembina Komunitas Seni, Pembina Remaja Mesjid, Penyair, atau disebut Guru Gambar.

Apa yang saya alami akan dialami juga oleh para penyiar dan para MC/Moderator dari berbagai radio di manapun, di seluruh dunia bahkan. Mereka banga dengan labelnya Orang Radio.

'Radio', terlepas dari satu lembaga siaran tertentu, organisasi pengusaha (#PRSSNI dll) dan organisasi praktisinya, dia adalah gerbong pengangkut orang radio di tengah masyarakat dengan caranya tersendiri. Sekaligus media pengangkut atensi seluruh pendengar. Luarbiasa!

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0228
MASYARAKAT PENDENGAR
(Tips Untuk Otang Radio Sukses)

Percaya atau tidak, masyarakat pendengar radio hari ini tidak bisa dicekoki seleranya. Tidak bisa dipaksa-paksa. Mereka masabodoh apakah sebuah radio itu anggota #PRSSNI atau non-PRSSNI. Apakah RRI, radio pemerintah daerah atau radio komunitas. Mereka masabodoh saja. Yang penting mereka suka. Kalau suka ya pasti didengar.

Percaya atau tidak, seorang penyiar di tengah masyarakat, sebagai potensi pribadi, juga dilepaskan oleh masyarakat dari label itu. Kalau masyatakat suka dengan penyiar radio komunitas tertentu, ia bisa memakainya sebagai MC atau moderator tanpa harus melihat bahwa dia bukan penyiar di radio anggota PRSSNI. Begitupun sebaliknya.

Kenyataan ini harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah, menjadi perhatian mentri telekomunikasi tentang apa-siapa di balik media massa radio. Juga harus dikenali oleh KPI dan LSM.

Bagi orang radio yang profesional, dia akan konsisten menjaga 'kebugaran' nilai baiknya sebagai Orang Radio Indonesia. Kapanpun di manapun. Termasuk ketika sedang tidak on air, atau ketika sedang jeda dari program siaran.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
------

0229
TERLEPAS DARI RADIO
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Pada catatan 0228 sebenarnya sudah disinggung soal cara pandang masyarakat terhadap seseorang orang radio dengan lantar belakang institusi siarannya. Kali ini dipertegas lagi tentang keunggulan orang radio ini.

Percaya atau tidak, bahkan ketika masih aktif siaran, seorang penyiar tidak bisa dikekang 100% milik radio, bahkan pada jam siarannya. Misalnya, seorang penyiar yang sedang siaran, ia masih bisa menerima telpon sejenak secara off air dari masyarakat yang memintanya untuk mendukung suatu acara tertentu. Sifatnya tidak ada kaitannya dengan radio tempat siarannya itu.

Ternyata seorang orang radio selalu dilihat sebagai milik radio tertentu sekaligus bukan milik radio tertentu. Sebuah sponsor bisa meminta dukungan program off sir kepada radio tertentu dengan meminta penyiar Si Fulan sebagai MC-nya. Tetapi sponsor lain bisa datang kepada penyiar tertentu untuk jadi MC tanpa melalui pintu radionya. Dan penyiar tersebut biasanya akan menyanggupinya asalkan di luar jadwal siaran. Sebab ia dibayar secara profesinal sesuai jam siarannya itu.

Itulah. Orang radio itu melekat dengan brand radio tertentu, tetapi sekaligus terlepas sama sekali.

SALAM PROFESIONSK!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0230
GARA-GARA RADIO
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Catatan ini mungkin bisa dipakai tetsenyum. Nyebelin kata orang tertentu.

Bayangkan, sebuah radio bisa didukung lumayan besar oleh sponsor produk tertentu. Alasanya banyak, tetutama karena masalah kepercayaan terhadap layanan dan ruang marketnya.

Orang baru, biasanya akan berubah menjadi penyiar terkenal karena dipopulerkan oleh radionya. Sementara penyiar senior yang sudah terkenal, setelah off, biasanya berusaha melestarikan popularitasnya melalui radio yang populer juga. Bahkan ia pun semakin naik kalau radionya naik kelas dari berbagai sebab, termasuk karena adanya sponsor yang sedang lumayan besar. Atau, ia bisa saja masuk ke radio yang belum terlalu populer, lalu ia yang mempopulerkannya.

Tetapi bagaimana kalau di tengah kesibukannya itu tiba-tiba seorang penyiar, secara pribadi, tanpa melalui pintu radionya, diminta untuk menjadi MC atau kepanitiaan acara-acara off air yang disponsori oleh produk kompetitor? Produk yang bersaing dengan sponsor utama kita? Masalahnya, kalau kita tidak dikenal, kita bisa diam-diam saja, tetapi kalau kita terkenal, maka radio, masyarakat dan sponsor akan ikut heboh. Maka pandai-pandailah berada di tengah popularitas gara-gara radio.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
Cannadrama.blogspot.Com
--------------------------------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG