25. ORANG RADIO INDONESIA 0241-0250

0241
ARTI MAMA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Pertama, buat atau pakailah nama yang persegi. Enak diucap, didengar, gampang dihafal, familiar, 'ngindonesia', dll. Boleh nama asli. Sebagian dari nama asli. Paroan, asli dan tambahan/alias/nama beken/nama on air. Atau sepenuhnya bukan nama asli. Asal niatnya tidak menyalahkan berkah nama pemberian orang tua.

Tapi bagaimana kalau ada yang minta kita merubah nama siaran? Saya pernah mengalami. Dulu nama radio saya waktu memulai sebagai narasumber senibudaya (1991) 1 tahun pertama, nama asli. PRIHANA TEGUH PAMBUDI/ Mas Han/ Bang Han (manusia prihatin yang teguh ngaji budipekerti). Waktu mulai siaran hiburan, pake nama Gilang Samahina, biar agak lucu, seksi dan rada nyunda. Tapi temen saya (Aries Tumampi, Dinar Pamungkas, Yosan Gutawa) protes, harus Gilang Supit, karena direktur memanggil saya Si Sipit (maksudnya, Mata Sipit). Akhirnya saya proklamasikan, nama on air saya adalah GILANG MACAN SYAPUTRA. Kenapa? Macan adalah singkatan dari Mas Han, panggilan khas oleh teman saya, Chaisar Baskara. Identitas lambang yang bagus. Tapi 2 tahun kemudian diprotes direktur, nama binatang jangan dipakai. Sambil tersenyum saya mulai pakai, Gilang Syaputra saja. Syaputra adalah nama belakang Bapakku, Soetoyo Madyo Saputro. Nama ini banyak ditulis dalam sertifikasi PRSSNI.

Tapi tahukah? Saya ini DRS alias Di Radio Saja, waktu itu. Selain siaran pernah merangkap MD, produksi, reporter, moderator, MC tetap, script writer, editor, divisi off air, as.programmer, marketing, Programmer dan kepala Studio. Di atas kertas resmi, apalagi perjanjian sponsor, gak ada nama GILANG SYAPUTRA. Yang ada, Gilang Teguh Pambudi. Nama ini juga sering dipakai untuk on air, terutama di acara yang serius. Majalah d'Radio menyebut Gilang S.T. Pambudi.

Tapi suatu ketika ada manajer yang meminta saya ganti nama menjadi Galih. Bahkan ditandai teror oleh pendengar via SMS dan telpon.  Alasannya di radio baru itu sudah ada nama Gilang. Padahal nama belakangnya beda. Tentu saja satu hal yang saya pastikan saat itu, kalau harus ganti nama saya milih keluar. Pindah ke radio lain. Itulah arti nama.

SALAM PROFESIONAL!

(Gilang Teguh Pambudi)
-----

0242
RADIO SENIBUDAYA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Sesungguhnya masyarakat memahami radio yang memanfaatkan ranah publik, frekuensi yang terbatas itu. Yang edukatif, rekreatif dan informatif itu. Adalah ruang senibudaya. Tetapi, kekhususannya telah memintanya, seperti layaknya kekhususan juga meminta pusat hiburan malam.

Untuk itu saya menyebut setidaknya ada tiga model Radio Senibudaya. Pertama, radio yang peduli dengan ragam senibudaya sekeliling, sehingga banyak membuat paket on air maupun off air untuk kepentingan itu. Ditambah Apresiasi dan berita senibudayanya. Kedua, radio yang memiliki acara Apresiasi Senibudaya. Yang membicarakan semua kesenian, meskipun radionya yang segmented tidak bisa mewadahi semua konten kesenian. Ketiga, radio yang diflet dengan satu jenis program, yang memustahilkan segala peluang siaran senibudaya masyarakat, tetapi minimal masih punya siaran untuk menyisipkan informasi senibudaya sesering mungkin.

Anda cenderung yang mana? Otoritasnya ada pada Programmer/Kepala Siaran.

Bagi saya, Orang Radio Indonesia, ketiga bentuk Radio Senibudaya itu pernah saya alami di beberapa radio. Itu sebabnya, saya sangat dekat kepada semua jenis kesenian. Setidaknya untuk dimunculkan sebagai berita. Di situ pula sebagai orang Yayasan Seni Cannadrama saya telah berbagi pengalaman dengan semua. Termasuk tentang qosidah, keroncong, silat, kuntulan, jaipongan, tagoni, nasyid, tarling, campursari, wayang, sanggar gambar, komunitas puisi, teater, model, mo-dance, pencinta tanaman hias, dlsb.

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#PRSSNI
#KPI
#OrangRadioIndonesia
-----

0243
KERIS KUJANG MERKOES
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Anda tentu sudah beberapa kali dengar saya ngomong soal #KoesFansClub, baik langsung, via udara, maupun di sosmed. Ya, karena saya sendiri tidak pernah merasa berhenti sebagai koordinator Koes Fans Club sampai dengan hari ini. Bahkan ngomong-ngomong Koes Fans Club selalu ada-ada saja. Gak putus-putus. Nyata, itu karena misi pembicaraannya.

Kebetulan Koes Fans Club ala Gilang Teguh Pambudi, untuk sekadar membedakan dengan Koes Fans Club yang lain, saya resmikan tahun 1999 di Bandung. Maka suka dibilang juga Koes Fans Club 99. Angka keramat. Keramat REFORMASI karena bagian dari gerakan itu. Yang gak ngerti, diam. Ketika ada yang menyebut, Club dia lebih lama berdiri, itu tidak masuk hitungan saya. Kenapa? Saya membuat Koes Fans Club dengan maksud apresiasi lirik-lirik terpilih untuk sosial kemasyarakatan. Bagian dari POLITIK KEBUDAYAAN. Dengan naptu. Bukan karena sekadar nge-fans group legendaris itu. Bahkan saya 'memusuhi' sementara pihak yang menghina Koesplus yang konon selalu main dengan pola musik sederhana.

Beberapa misi saya misalnya. Kembali Ke Jakarta, Indonesia Kolam Susu, Nusantara, Bunga Di Tepi Jalan, dll. Meningkatkan 'pergaulan nusantara' yang berkeberagaman via lagu-lagu Koesplus. Menjelaskan bahwa idealisme itu juga ada pada kekuatan pengaruh dan kesederhanaan yang menghibur. Dst.

Sebagai Orang Radio Indonesia, saya manfaatkan frekuensinya, gelombang suaranya, untuk mengomentari hal musik, termasuk Koesplus, yang begitu brilian. Kuat! Bahkan saya membuat Koes Fans Club dengan rekayasa dan kepuasan, yang 1000 tahun ada di laci meja saya. Seperti keris kujang MERKOES. Tinggal tarik dan teriakkan. Tamat!

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#PRSSNI
#KPI
#OrangRadioIndonesia
-----

0243
MENOLAK RADIO
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Kalau saat itu PRSSNI marah atau menjadikan saya anak tiri, saya akan masabodoh. Di suatu Munas PRSSNI Jakarta saya jadi pendemo, "Sebelum saya mati semoga PRSSNI bisa lebih baik!". Saya melihat organisasi yang oleh sementara pihak dicetak tak ubahnya cuma komnitas 'ala ibu-ibu arisan' ini, kurang punya wibawa, kurang punya pengaruh kuat kepada anggota (lembaga siar), apalagi kepada perorangan awak siar dan masyarakat luas pendengar dan calon pendengar radio. Masyarakat tidak kenal!

Itu menjadi semacam penolakan kekuatan radio. Kekuatan yang dikurung-batokkan. Sementara peristiwa lain saya alami sendiri. Seorang panitia melihat saya dan teriak di panggung jazz di tengah sawah, "Acara kita begitu bernilai, panggung yang dinamis, tidak seperti radio yang asal putar musik asal-asalan". Otomatis saya merasa tertolak dan terhina di situ. Padahal saya datang sebagai jurnalis, penyampai berita senibudaya. Sebagai narasumber acara Apresiasi Seni di radio. Dan sebagai Narasumber Seni dari Yayasan Seni Cannadrama yang tidak tergantung kepada radio.

Kenapa semua itu terjadi? Karena publik kritis ternyata banyak yang tidak kenal radio, sementara lembaga siar dan organisasi radio lama tidak perduli. Semacam kesalahan kolektif, meskipun ada satu-dua radio yang menonjol dan berhasil.

Terlepas PRO-KONTRA seperti yang saya alami itu, sebagai Orang Radio Indonesia kita mesti memenangkan radio kita, dengan JURUS SEJUTA.

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#PRSSNI
#KPI
#OrangRadioIndonesia
-----

0244
PERCAYA DIRI
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

PERCAYA DIRI itu penting buat Orang Radio Indonesia. Tanpa itu, kita sudah jatuh sebelum berbuat apa-apa. Dan terlalu lemah kalau PD-nya karena 'sikap ngartis'. Kenapa? Itu kulit bukan inti.

Beberapa teman menyebutku sangat percaya diri ketika menjadi penyiar atau memimpin lembaga radio. Kenapa?

Saya bersyukur kepada Allah karena sejak awal punya alasan kuat yang tidak pernah bisa dikalahkan oleh siapapun. Dengan rendah hati saya selalu merasa bahwa selama kerja di radio saya sedang berbuat maksimal untuk Allah untuk masyarakat, untuk orang banyak. Tanpa spirit itu, umurku habis.

Sampai hati saya merasa siap kalau harus jadi anggota DPR atau Bupati gara-gara merasa berharga di radio, bukan karena merasa punya apa-apa. Dan rasa seperti itu ternyata penting. Bukan khayalan semata. Karena menjadi anggota DPRD atau Bupati itu menurut saya, ternyata bukan segala-gala. Kerja biasa juga. Bupati itu Pak RT di atas.

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

-----

0245
JUAL DIRI YANG UTAMA
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Mungkin ini model jual diri yang halal itu. Bisa jadi tips Orang Radio Indonesia yang sudah malang melintang, atau buat yang mau mulai on air di radio.

Pertama masuk radio tahun 1991, saya juga jual diri. Saya bilang, saya siap jadi narasumber acara Apresiasi Puisi seminggu sekali. Masih saya ingat ketika itu saya sampai bawa kliping tulisan-tulisan saya yang dimuat koran. Selain tentu saja bawa serifikat jurnalistik dari FP2M Jakarta, ketika saya pernah disebut sebagai peserta terbaik nasional di situ. Padahal ketika itu saya juga guru kelas VI SDN Cimanggah II Kota Sukabumi, dan Wali Kelas di SMP Pelita.

Tidak cuma itu. Setelah lama berkecimpung di dunia radio pun, saya sudah biasa bawa proposal ke radio baru, baik untuk jadi Programmer/Kepala Studio maupun untuk jadi narasumber Senibudaya dan penyiar.

Ini juga pengalaman yang bisa dipetik oleh orang/ahli yang masih di luar radio, yang belum memanfaatkan ranah publik ini, kalau mau siaran rutin. Misalnya untuk jadi narasumber senibudaya atau yang lainnya. Pengalaman saya sekaligus jawaban, bahwa sebagai narasumber senibudaya saya pernah datang bawa proposal dan diterima. Dan dibayar. Bertahun-tahun pula. Termasuk di bayar oleh Pemerintah Daerah Purwakarta selama 4 tahun karena saya juga siaran di Radio Siaran Daerah. Poligami, antara siaran di radio swasta dan di radio milik Bupati.

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#OrangRadioIndonesia
#Cannadrama
#PRSSNI
#KPI
-----

0246
DI ANTARA TIGA NARASUMBER
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Narasumber yang bisa disiarkan radio itu ada dua. Narasumber ahli dan narasumber karena keterkaitan suatu persoalan. Narasumber ahli  misalnya, seseorang yang jago main kecapi sekaligus menjelaskan hal ihwal dunia kecapi. Narasumber yang bukan ahli misalnya, seseorang pengunjung obyek wisata yang diwawancarai.

Sedangkan narasumber ahli, di lihat dari asal keberangkatan dan waktu on airnya terbagi tiga. Pertama, Orang Radio Indonesia yang menguasai materi tertentu, baik secara otodidak maupun melalui jenjang akademik. Kedua, narasumber ahli yang secara otodidak atau melalui jenjang akademik tertentu yang bergabung ke dunia siaran, menjadi bagian dari Orang Radio Indonesia, untuk menyampaikan informasi sesuai keahliannya, secara rutin/berkala. Misalnya menyampaikan pesan/misi senibudaya dan pariwisata Indonesia. Dan ketiga, narasumber ahli, misalnya ahli hukum, yang diwawancarai radio untuk kepentigan program sewaktu-waktu. Tidak terjadwal secara rutin.

Ketiga jenis narasumber ahli tersebut kalau kita buat gambar ilustrasinya, akan membentuk tali yang sambung-menyambung membentuk satu kesatuan, memanjang atau berupa jaring laba-laba, menjadi pengaruh di masyarakat. Ini penting untuk informasi dan edukasi masyarakat. Bagi saya sendiri sesuai dengan misi Cannadrama sejak awal siaran dulu, "menuju masyarakat seni Indonesia apresiatif. Masyarakat seni itu dua unsur, seniman dan pencinta seni. Meskipun pada tiap pribadi, seni yang paling dicintainya berbeda-beda".

Perkara ada kesan pertentangan antara narasumber yang satu dengan yang lain, meminjam istilah Didi Petet dalam wawancara saya dengan dia, "sangat tergantung kepada kesuksesan pendidikan Indonesia yang dimajukan oleh pemerintah".

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#OrangRadioIndonesia
#Cannadrama
#PRSSNI
#KPI
-----

0247
OSKESTRA NARSUM
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Pada catan sebelumnya, selintas sudah kita bicarakan soal pertentangan antar narasumber. Memang ada persoalan meskipun itu dinamika. Sampai saya bilang, sekedar membuka lubang tertutup. Ahli Seni Sunda itu tidak selalu menguasai seluruh potensi alat musik Sunda, seluruh karya sastra Sunda, dlsb. Bisa jadi ia cuma bisa main kecapi doang, tetapi secara teoritis dia bisa membahas semua alat musik. Bahkan seorang ahli musik dari Jerman bisa tiba-tiba muncul dalam seminar bertajuk Memahami Posisi Musik Sunda Di Tengah Masyarakat Mutahir. Ternyata ia bicara banyak soal beribu-berjuta guna musik secara universal, termasuk dengan melihat khas lokalnya. Maka jangan heran kalau ada narasumber Senibudaya Sunda ditanya tentang satu istilah dalam adat pangantenan Sunda, dia tidak bisa menjawab kecuali dengan kalimat, "Adat pangantenan dengan segala istilah dan maksud di dalamnya adalah aset kearifan lokal, terkecuali yang masuk pada ranah, wajib menolak tradisi".

Narasumber umum di radio akan bicara dan menanggapi persoalan secara umum. Narasumber yang lebih khusus biasa membahas persoalan yang khusus sesuai dengan keahlian, atau fokus program on air-nya.

Tetapi meskipun demikian akan ada rahasia yang unik bin menarik. Sebut saja di tiga radio di satu daerah memiliki 8 narasumber senibudaya yang berbeda dan menyebar. Tentu di satu radio ada lebih dari satu narasumber dengan fokus bahasan yang berbeda. Sebut saja ke delapan narasumber itu misalnya: 1. Narasumber wayang golek, 2. Narasumber kacapi suling, 3. Narasumber Puisi 4. Narasumber Senibudaya (umum), 5. Narasumber Nasyid 6. Narasumber Budaya Sunda 7. Narasumber Band Indie dan 8. Narasumber Komunitas Seni Tertentu. Setiap narasumber tentu punya khas dan fokus masing-masing. Minimal sekali seminggu on air. Tetapi kesemuanya itu harus membentuk sebuah OSKESTRA di satu daerah itu. Menyampaikan pesan universal yang sama. Keberadaban yang sama.

Inilah ORKESTRA NARSUM (Nara Sumber).

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)

#OrangRadioIndonesia
#Cannadrama
#PRSSNI
#KPI
-----

0248
JANGAN TANYAKAN
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Kalau kita Orang Radio Indonesia, baik yang 300% nyemplung harian ke radio, ataupun yang muncul sekali dua kali saja seminggu, sebaiknya jangan selalu bertanya kepada seseorang atau masyarakat, "Apakah anda mendengarkan saya?" Terkecuali kalau anda siap kecewa. Ternyata punya Radio pun dia tidak.

Sebab apa? Sebab yang utama, anda wajib merasa yakin bahwa masyarakat luas pertama yang anda maksudkan sebagai pendengar ketika  kita siaran, adalah kelompok pemerhati kita. Di depan mereka kita boleh menjaga keartisan. Ketokohan kita. Mulailah dengan menganggap cuma di dengar oleh 1 orang.  Tetapi sesungguhnya didengar oleh ratusan-ribuan orang. Selanjutnya kita percayakan kepada para pendengar efek. Yaitu mereka yang tidak dengar siaran kita, tetapi bisa tahu banyak tentang banyak hal dari yang dengar. Tutur tinular. Tatalepa, begitulah.

Itu sebabnya banyak peserta gerak jalan santai bisa ikut daftar ke radio padahal tidak dengar iklannya. Ternyata mereka dikerahkan oleh seseorang tertentu atau bahkan oleh Pak Lurah. Dasar lurah gila radio dia! Maka jadi penyiar atau narasumber di radio jangan main-main. Virus apa yang kita sebarkan?

Salam Profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
Cannadrama.blogspot.Com

#OrangRadioIndonesia
#Cannadrama
#PRSSNI
#KPI
-----

0249
LEMOOOOOOSIIIIN
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Selain beberapa kali ketemu di satu panggung (event seni), suatu ketika saya bersama beberapa teman pernah audiensi dengan Kang Dedi (Dedi Mulyadi), Bupati Purwakarta, waktu masih siaran di #Radio Berita Lemozin FM. Dalam acara di ruang kerjanya itu, dia berkomentar, "Lemosin itu kan mobil panjang?"

Demi mendengar itu spontan saya senyum sambil menjawab, "Iya, Pak mobil panjang". Bupati mungkin tidak tahu kalau di organisasi saya suka #Humas atau Infokom, selain #senibudaya, seksi rohani atau ketua. Bagi orang seperti saya, mobil panjang atau radio panjang artinya frekuensi tak terputus. Sambung menyambung menjadi satu. Kalau saya pasang iklan atau informasi di satu radio dan radio itu mengecewakan, maka akan saya pindahkan ke radio lain yang lebih bagus, karena bagi seorang #INFOKOM, semua adalah frekuensi saya. 1000 radio, satu radio. Milik saya. Ini persis ketika kami (pimpinan radio) diundang walikota Bandung, Aa Tarmana bicara soal manfaat radio untuk siaran pembangunan. Yang ada di kepala saya, ketika suatu berita diangkat suatu radio, maka radio lain di kabupaten/daerah lain bisa terinspirasi untuk memberitakan juga. Itulah frekuensi. Panjang. Bergelombang-galombang. Luas.

Kalau suatu promo atau siaran pembangunan sukses, maka selain berkemungkinan memperpanjang siaran di satu stasiun yang sama, pemindahan, atau menduakan radio untuk satu promo yang sama hanyalah persoalan memainkan (mengefektifkan) frekuensi saja. Semua satu gelombang. Dengan kata lain Dedi Mulyadi sedang berhadapan dengan orang 'gila' radio. Gila media.

Saat itu kami bicara siaran pembangunan, berarti saya siap membawa siaran pembangunan ke semua frekuensi jika diperlukan, bahkan ketika Lemozin FM tutup siaran sekalipun. Tidak perlu takut. Begitulah tersenyum itu. Senyum Orang Radio Indonesia. Tapi memang saya dan Dedi Mulyadi itu memang kadang bercinta, kadang '....'. Meskipun tangan kanannya banyak yang mengaku 'tidak kenal' saya.

Salam profesional!

(Gilang Teguh Pambudi)
Cannadrama.blogspot.Com

#OrangRadioIndonesia
#Cannadrama
#PRSSNI
#KPI
-----

0250
BUKAN MAJALAH RADIO
(Tips Untuk Orang Radio Sukses)

Sering saya kasih tips. Bikin pojok kantor radio. Kalo perlu pojok rumah juga. Sebagai perpustakaan on line. Pasang di situ internet yang bebas menelusur ke seluruh berita dan informasi dari seluruh dunia, dari segala hal. Termasuk yang sedang terjadi.

Tetapi kalo kita mau jujur, di depan internet, apalagi kalau menelusurnya lebih dari dua-tiga jam sehari, titik jenuh itu ada. Ini terjadi di dunia crew radio yang memang 'wajib' mengakses internet setiap hari.

Untuk itu jangan sepelekan majalah-majalah di perpustakaan konvensional kita. Bahkan majalah yang disebut kadaluarsa sekalipun. Mengapa? Karena, refresing sekaligus inspirasi untuk materi siaran justru bisa datang dari majalah-majalah itu. Kalau di depan internet, otak kita terbebani untuk menelusur. Sementara di depan majalah kita seperti duduk di depan panggung. Urat syaraf kita dipaksa untuk mengerti yang tersaji, terserak di 'meja makan'. Bisa seumpama relaksasi secara proses berfikir.

Ini namanya manfaat majalah untuk radio. Bukan manfaat Majalah Radio. Karena Majalah Radio atau Majalah Udara adalah mata acara yang dikonsep sebentuk majalah yang bersifat audio.

Salam Profesional!

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.Com
--------------------------------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERLU GAK HARI AYAH? Catatan lalu.

TEU HONCEWANG

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG